Suara.com - Beberapa warga Korea Utara menentang peraturan mode dan gaya yang ketat untuk melawan rezim. Ekspresi individualisme ini bisa membuat mereka kehilangan kebebasan.
Korea Utara meningkatkan kampanye negatif terhadap orang-orang yang mengenakan pakaian gaya "kapitalis" atau meniru gaya rambut asing.
Ini menjadi bagian dari tindakan keras yang diterapkan lebih luas terhadap budaya pop asing, menurut Daily NK, kantor berita yang berbasis di Seoul, Korea Selatan.
Rezim Korea Utara telah lama melarang pengaruh luar yang memengaruhi cara hidup sosialis mereka. Gaya rambut dan berpakaian para warga perempuan dan laki-laki di sana juga terbatas hanya pada daftar gaya rambut dan pakaian yang "disetujui".
Mengutip sumber-sumber di Utara, Daily NK mengatakan pejabat Liga Pemuda Patriotik Sosialis menyatakan bahwa pakaian olahraga dan rambut dalam "gaya Korea Utara" adalah elemen penting gaya hidup sosialis.
Warga Korea Utara yang melanggar aturan mode ini dapat ditahan, diinterogasi, dipukuli, dan dalam beberapa kasus, dipenjara.
Daily NK juga melaporkan pihak berwenang merekam para perempuan yang dihentikan di jalan karena tidak mengikuti peraturan mode pemerintah dan menggunakan rekaman itu dalam pidato tentang perilaku menentang negara.
Satu video menunjukkan beberapa perempuan yang sepertinya berusia antara 20-an dan 30-an telah ditahan karena mengenakan legging ketat atau mengecat rambut mereka, menurut Daily NK.
Komentar dalam rekaman tersebut menggambarkan para perempuan itu sebagai "berandalan kapitalis" dengan "pakaian tidak senonoh" dan "ideologi yang tidak murni."
Baca Juga: Korea Utara Disebut Jadi Dalang Aksi Perampokan Aset Kripto Game Axie Infinity
Tidak bisa bebas berekspresi
Pembelot asal Korea Utara Eunhee Park mengatakan kepada DW bahwa Pyongyang berusaha untuk membasmi individualisme karena pilihan bebas berkontribusi pada oposisi terhadap rezim.
Park membelot dari Korea Utara pada tahun 2012 dan menjadi pembicara utama pada kelompok advokasi Freedom Speakers International yang berbasis di Korea Selatan.
"Saya berusia 16 tahun ketika pertama kali melihat acara televisi asing, tetapi saya langsung menyukai apa yang saya lihat, kehidupan orang-orang itu sangat berbeda dengan apa yang saya lihat di sekitar saya di Korea Utara," kata perempuan berusia 31 tahun itu kepada DW.
"Kami diberitahu bahwa diktator Kim adalah ayah kami dan kami harus melakukan apa yang dia katakan, tetapi tiba-tiba saya melihat orang-orang menikmati kebebasan."
Park mengatakan ada "banyak pembatasan" dalam hal pilihan berpakaian dan bahwa "orang-orang hanya mengikuti perintah." "Namun, saya percaya bahwa fesyen adalah ekspresi dari karakter seseorang dan saya ingin menjadi diri saya sendiri, tapi saya bahkan tidak bisa mengendalikan tubuh saya sendiri."
Berita Terkait
-
5 Rekomendasi HP Murah Baterai 6000 mAh untuk Ojek Online dan Kerja Lapangan, Bye Lowbatt
-
27 Kode Redeem FC Mobile 17 Desember 2025: Sikat Hazard 115 dan Paket Festive Fixtures
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Bak Main Game RPG! LEMON Ajak Fans Level Up Lewat Single Terbaru yang Penuh Semangat
-
Jamie Carragher Tiba-tiba Melunak, Bujuk Mo Salah Balik Lagi ke Liverpool
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar