Suara.com - Indonesia terkenal dengan toleransi beragama. Saat Natal dan Idul Fitri, wajah toleransi ini terlihat, termasuk saat Hari Raya Waisak umat Buddha. Toleransi perayaan Waisak terlihat di Kalimanggis, Temanggung, Jawa Tengah, Selasa malam kemarin.
Ratusan umat Buddha memenuhi ruangan dan halaman Wisma Bhikkhu Jayawijaya dalam perayaan Tri Suci Waisak 2566 Buddhist Era (BE) di Desa Kalimanggis yang warganya mayoritas penganut ajaran Buddha tersebut.
Sebagian di antara mereka mengenakan pakaian adat Jawa, termasuk anak-anak yang bertugas membawa persembahan puja bakti.
Perayaan Tri Suci Waisak itu melibatkan hampir semua warga di Desa Kalimanggis, bukan hanya umat Buddha, bahkan dalam kepanitiaan juga melibatkan umat non-Buddha.
Perayaan Waisak di sana diiringi suara gamelan. Gamelan mengiringi lagu-lagu bernuansa Buddhis di Wisma Bhikkhu Jayawijaya di Dusun Krajan, Desa Kalimanggis.
Umat non-Buddha terlibat sejak awal, mulai dari membuat tratak dan menyiapkan kursi yang diambil dari beberapa dusun dan dalam kepanitiaan juga ada umat Islam dan Kristen, termasuk di bagian memasak di dapur juga melibatkan ibu-ibu yang beragama non-Buddha.
Warga Desa Kalimanggis Budi Rahayu penganut Nasrani menyampaikan kegiatan seperti ini dan melibatkan semua warga sudah menjadi agenda sejak dulu.
"Perayaan keagamaan ini diangkat bersama-sama, mulai dari pembiayaan, tenaga, kemudian saran dan masukan dari semua umat dengan maksud agar umat Buddha bisa merayakan Waisak dengan lancar. Segala sesuatunya tercukupi, umat Buddha merayakan Waisak dan nanti dirasakan oleh umat yang lain, baik itu Muslim maupun Nasrani, dan kepercayaan lainnya semua bisa merasakan," katanya.
Mantan Sekdes Kalimanggis yang kini bertugas di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Temanggung ini menuturkan kegiatan yang didukung bersama bukan hanya perayaan Waisak saja, tetapi juga waktu Lebaran dan Natal.
Meskipun mayoritas warga beragama Buddha, waktu Idul Fitri itu semua warga tetap saling berkunjung dari rumah ke rumah, baik itu yang yang beragama Islam, Buddha maupun Nasrani didatangi semua.
"Saat Waisak seperti ini juga warga berdatangan tidak memandang agamanya, semuanya dikunjungi. Waktu Natal begitu juga semuanya mengucapkan selamat Natal. Semua datang dari rumah ke rumah secara bergiliran," katanya.
Menurut dia masyarakat di Kalimanggis sudah biasa antarumat beragama itu kerja sama. Bahkan kalau umat Buddha setiap tanggal 15 atau saat purnama mengadakan selamatan itu semua warga juga ikut.
Istri Budi Rahayu, Ariyati menyampaikan dalam perayaan Waisak ini dirinya ikut membantu menyiapkan makanan bagi para tamu.
Ia mengaku sudah beberapa kali terlibat dalam kegiatan umat Buddha, bahkan waktu ada lomba koor antarwihara dirinya ditunjuk sebagai dirigen.
"Saya yang menjadi dirigen meskipun menyanyikan lagu-lagu Buddhis dan beberapa penabuh gamelan yang tampil dalam karawitan perayaan Waisak saat ini juga ada yang non-Buddha, kami selalu kerja sama dalam kebaikan," katanya.
Kepala Desa Kalimanggis Didik Agung Susilo dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada para panitia yang bukan hanya dari intern umat Buddha tetapi juga ada dari non-Buddha bahkan dari berbagai sekte semuanya bersatu, kompak mengadakan kegiatan ini.
"Inilah harapan kami, agama itu ageman atau pakaian, jadi kita hanya bagaimana menyikapi agama yang kita percayai dianut masing-masing sehingga seperti dalam perayaan Waisak ini tidak memandang perbedaan itu, khususnya pemuda bergerak bersatu melaksanakan kegiatan ini," katanya.
Ia berharap kegiatan ini menjadi contoh bagi kegiatan-kegiatan yang lain. Kegiatan kalau dilaksanakan dengan bersatu dan kompak, maka dusun, desa, dan kecamatan ini, bahkan Indonesia akan semakin membawa kedamaian.
Kades Kalimanggis mengingatkan pandemi COVID-19 belum berakhir, mudah-mudahan dengan situasi yang terus membaik ini dengan doa para hadirin dalam perayaan Waisak ini, Indonesia diberkati keselamatan bagi semua makhluk di dalamnya.
Ketua Panitia Perayaan Tri Suci Waisak di Wisma Bhikkhu Jayawijaya, Wargino menuturkan kegiatan ini dilakukan umat Buddha, tetapi juga didukung dari umat agama lain di daerah ini, yakni Kristen dan Islam.
Dalam kegiatan perayaan Waisak ini juga ditampilkan gamelan atau karawitan untuk mengiringi lagu-lagu rohani dan sejumlah petugas mengenakan pakaian adat Jawa.
"Anak-anak saat persembahan puja bakti mengenakan pakaian adat Jawa, hal ini untuk melestarikan adat Jawa jangan sampai hilang, termasuk gending-gending Jawa inilah modulasi, lagunya bahasa Indonesia tetapi terjemahan dari bahasa Sansekerta," katanya.
Keberagaman umat dan pelestarian adat Jawa dalam perayaan Waisak di Desa Kalimanggis ini mendapat perhatian khusus dari Bante Wongsin Labhiko Mahathera beserta rombongannya dari Jakarta untuk menghadiri perayaan Waisak tersebut.
"Saya atas nama pimpinan bikkhu sangha yang hadir dalam acara peringatan Hari Tri Suci Waisak di Wisma Bhikkhu Jayawijaya di Kalimanggis ini merasa bangga atas apa yang diselenggarakan oleh panitia, khususnya ada tradisi Jawa yang sulit dicari di tempat lain," katanya.
Menurut dia perayaan Tri Suci Waisak di Kalimanggis ini sangat bagus dengan mengangkat budaya Jawa sehingga dapat membangkitkan kebudayaan daerah Jawa dan nantinya bisa dilestarikan oleh generasi mendatang.
"Saya merasa kagum atas apa yang dilakukan oleh panitia dengan menampilkan kebudayaan daerah, apalagi kerapihan umat yang sungguh ingin merayakan Waisak yang sudah dua tahun tidak diselenggarakan karena pandemi COVID-19," katanya.
Oleh karena itu pihaknya bersama sejumlah biksu berusaha datang walaupun jauh dari Jakarta setelah sebelumnya menghadiri perayaan Tri Suci waisak di Candi Borobudur.
"Hari ini kami di Temanggung, luar biasa, saya melihat kerukunan umat beragama di Temanggung, khususnya umat yang mayoritas mendukung kegiatan ini sehingga kami merasa aman dan nyaman sekaligus bangga atas persatuan dan kesatuan bangsa ini," katanya.
Ia menilai panitia yang juga melibatkan umat non-Buddha itu luar biasa. Kalau ingin maju harus bersatu, karena persatuan dan kesatuan akan membawa ketenteraman, kebahagiaan sejati bagi semua umat.
Bante Wongsin berpesan kepada umat Buddha di Temanggung agar mentaati apa yang diajarkan oleh Buddha. Mereka harus berusaha untuk mengikuti acara rutin yang dilakukan wihara, yaitu kebaktian doa setiap malam.
"Contoh umat Islam yang berdoa lima kali sehari, tetapi umat buddha hanya sekali, seharusnya bersemangat untuk membersihkan batin," katanya.
Perbedaan adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus disyukuri dan dengan perbedaan itu umat harus hidup rukun dan bersatu.
Toleransi antarumat beragama di Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini hendaknya menjadi pembelajaran bersama dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. (Antara)
Tag
Berita Terkait
-
Jadi Pondasi Ekonomi Daerah, Pemprov Jateng Beri Perhatian Penuh pada UMKM
-
Geger Kematian Dosen Cantik Untag: AKBP Basuki Dikurung Propam, Diduga Tinggal Serumah Tanpa Status
-
'Meditasi Mata Air', Perempuan Wonosobo Tanam 1.000 Kopi untuk Kelestarian DAS Bodri
-
Evakuasi Korban Bencana Tanah Longsor di Banjarnegara
-
Sinopsis The Chronology of Water: Debut Penyutradaraan Kristen Stewart
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
Akses Berobat Dipermudah: Pasien JKN Bisa Langsung ke RS Tanpa Rujukan Berlapis
-
Gubernur Bobby Nasution Dukung LASQI Kenalkan Islam ke Generasi Muda Lewat Seni
-
YLBHI Desak Komnas HAM Tak Takut Intervensi dalam Kasus Munir
-
Profil KH Anwar Iskandar: Ketua MUI 2025-2030, Ini Rekam Jejaknya
-
Gus Yahya Bantah Mundur dari PBNU, Sebut Syuriyah Tidak Punya Kewenangan
-
Negosiasi Panas Krisis Iklim Kandas Gegara Kebakaran di Dapur COP30, Apa Penyebabnya?
-
KPK Tancap Gas Sidik Korupsi Bansos, Meski Rudi Tanoe Terus Ajukan Praperadilan
-
Malam Penganugerahan Pegadaian Media Awards 2025 Sukses Digelar, Ini Daftar Para Jawaranya
-
Sekjen PBNU Minta Pengurus Tenang di Tengah Isu Pelengseran Gus Yahya dari Kursi Ketua Umum
-
Kader Muda PDIP Ditantang Teladani Pahlawan: Berjuang Tanpa Tanya Jabatan