Suara.com - Ketua DPD RI La Nyalla Mahmud Mattalitti mengatakan sejak amandemen UU 1945, partai politik menjadi penentu tunggal arah perjalanan bangsa Indonesia. Parpol juga menjadi instrumen untuk mengusung calon presiden dan calon wakil presiden serta memutuskan diterbitkannnya Undang-undang.
"Partai politik melalui fraksi di DPR RI, yang memutuskan undang-undang yang mengikat seluruh warga negara," ujar La Nyalla dalam FGD 'Amandemen Konstitusi dalam Rangka Mengembalikan Kedaulatan Rakyat', Kamis (23/6/2022).
DPD RI sebagai wakil dari daerah kata La Nyalla, tak memiliki ruang dalam menentukan wajah dan arah perjalanan bangsa ini.
Menurutnya sejak amandemen entitas non partisan terpinggirkan. Semua simpul, penentu perjalanan bangsa ini direduksi hanya di tangan partai politik.
"Inilah yang kemudian menghasilkan pola partai-partai besar menjadi tirani mayoritas untuk mengendalikan semua keputusan melalui voting di parlemen," ucap La Nyalla.
Tak hanya itu, sejak amandemen UU 1945 tersebut, DPR bersepakat membuat aturan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold. Sehingga terjadi dominasi dan hegemoni partai politik untuk memaksa suara rakyat.
"Mereka (DPR) juga bersepakat membuat undang-undang yang memberi ambang batas pencalonan presiden atau presidensil tres sehingga lengkap sudah dominasi dan hegemoni partai politik untuk memasung Vox populi dengan cara memaksa suara rakyat, dalam pilpres, terhadap pilihan terbatas, yang telah mereka tentukan," tutur La Nyalla.
Karena itu kata La Nyalla, terjadi proses pertemuan antara oligarki ekonomi dan oligarki politik untuk mengatur dan mendesain siapa pemimpin nasional melalui Pemilihan Presiden.
Mantan Ketua Umum PSSI itu mengungkapkan oligarki ekonomi akan terlibat membiayai semua proses. Yaitu dari mulai biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun koalisi partai, hingga biaya pemenangan dalam proses Pilpres.
Baca Juga: Singgung 9 Naga, Budayawan Eros Djarot: Jokowi Penguasa tapi Tidak Berkuasa
Karenanya kata La Nyalla, tak heran jika janji manis yang disampaikan saat kampanye calon presiden tak pernah terealisasi karena adanya peran oligarki ekonomi. Sebab, oligarki ekonomi juga yang membiayai capres dan cawapres yang diusung.
"Jangan heran bila janji-janji manis kampanye untuk mewujudkan kemakmuran rakyat yang diucapkan oleh kandidat capres cawapres, tidak akan pernah terwujud, karena ada peran oligarki ekonomi yang membiayai proses munculnya pasangan capres dan cawapres itu," jelasnya.
Lebih lanjut, La Nyalla menuturkan oligarki ekonomi juga akan meminta balasan bahwa kebijakan dan kekuasaan harus berpihak pada kepentingan oligarki.
Lebih lanjut, ia menyebut selama oligarki ekonomi ikut terlibat membiayai capres dan cawapres, janji-janji manis tak akan pernah terealisasi.
"Oligarki ekonomi akan menuntut balas agar kebijakan dan kekuasaan, harus berpihak kepada kepentingan mereka. Maka siapapun calon presiden dan 2024 nanti selama oligarki ekonomi ikut mendesain dan membiayai, maka janji-janji manis capres itu tidak akan pernah terwujud," katanya.
Berita Terkait
-
Syaikhu: PKS Tak Dijual kepada Oligarki, Ingin Menang dengan Cara Bermartabat
-
Di Acara Rapimnas, Ahmad Syaikhu: PKS Is Not For Sale To Oligarch
-
Singgung 9 Naga, Budayawan Eros Djarot: Jokowi Penguasa tapi Tidak Berkuasa
-
Ketua DPD PDIP Jatim Kusnadi Siap Maju Pilgub; Semoga Nanti Allah Ngijabahi
-
Lantik Ketua Demokrat Sulsel, AHY Bicara Kolaborasi dengan Parpol Lain, Beri Solusi ke Masyarakat
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
BBW Jakarta 2025: Lautan Buku Baru, Pesta Literasi Tanpa Batas
-
Program MBG Dikritik Keras Pakar: Ribuan Keracunan Cuma Angka Statistik
-
Konvensyen DMDI ke-23 di Jakarta, Sultan Najamudin Tekankan Persatuan dan Kebesaran Rumpun Melayu
-
Polemik Ijazah Jokowi Masih Bergulir, Pakar Hukum Ungkap Fakta Soal Intervensi Politik
-
Geger Ijazah Gibran! Pakar Ini Pertanyakan Dasar Tudingan dan Singgung Sistem Penyetaraan Dikti
-
Dana Pemda Rp 234 T Mengendap di Bank, Anggota DPR Soroti Kinerja Pemda dan Pengawasan Kemendagri
-
Diteror Lewat WhatsApp, Gus Yazid Lapor Polisi Hingga Minta Perlindungan ke Presiden Prabowo
-
Survei Gibran 'Jomplang', Rocky Gerung Curiga Ada 'Operasi Besar' Menuju 2029
-
Menteri Imigrasi di FLOII Expo 2025: Saatnya Tanaman Hias Indonesia Tembus Dunia!
-
KPK Lanjutkan Operasi 'Memiskinkan' Nurhadi, Hasil Panen Rp1,6 Miliar Disita