Suara.com - Putusan bebas terhadap Mayor Inf (Purn) Isak Sattu, terdakwa kasus kekerasan di Paniai, jadi tamparan keras bagi keluarga korban. Tak hanya itu, vonis tersebut juga memberi tamparan bagi korban pelanggaran HAM lainnya yang hingga kini masih menunggu keadilan.
Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyatakan, perlu ada penyidikan ulang untuk menemukan pihak lain yang paling bertanggung jawab dalam tragedi kemanusiaan ini
"Sedari awal transparansi itu kurang, tetapi juga ketika dibuka di pengadilan melalui pembacaan dakwaan, terlihat sekali terputus," kata Usman saat dijumpai di kantor Amnesty International Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/12/2022).
Menurut Usman, ada rangkaian yang terputus dalam penyidikan kasus ini. Peristiwa ini, kata Usman dimulai pada tanggal 7 Desember 2014 saat ada anggota TNI yang ditegur masyarakat untuk mematikan motor dan lampu.
Hanya saja, anggota TNI itu menolak dan terjadi perselisihan. Data yang dihimpun Amnesty, terjadi penganiayaan yang diduga dilakukan oleh anggota Tim Khusus Yonif 753/AVT terhadap 11 anak-anak asli Papua yang berusia antara 10 sampai 16 tahun.
"Di situlah masyarakat setempat marah dan protes keesokan harinya. Reaksi negara, dalam hal ini TNI polri sangat eksesif sehingga mengakibatkan pembunuhan tidak sah. Itu rangkaian yang terputus," jelas Usman.
Meski demikian, lanjut Usman, hakim dalam perkara ini menemukan adanya peristiwa pidana berupa kejahatan kemanusiaan atau crime against humanity. Hanya, hakim tidak menemukan tanggung jawab pidana terhadap sosok Isak Sattu selaku terdakwa.
"Tentu kalau saya jadi hakim, saya membayangkan, saya akan melakukan perintah pengadilan, tentu harus dapat persetujuan anggota hakim, untuk jaksa mengambil langkah-langkah hukum lanjutan," beber Usman.
Langkah lanjutan itu berupa penyidikan lanjutan. Tujuannya, agar ada penuntutan terhadap terdakwa baru yang lebih memiliki tanggung jawab pidana atas peristiwa Paniai.
"Apakah itu berupa penyidikan lanjutan, sehingga ada penuntutan dgn terdakwa baru yang lebih tepat dan lebih memiliki tanggung jawab pidana atas peristiwa dua hari itu."
Mengutip dari SuaraSulsel.id--jaringan Suara.com, Majelis Hakim Pengadilan HAM di Pengadilan Negeri Makassar memvonis bebas Mayor Inf (Purn) Isak Sattu terkait kasus kekerasan di Paniai, Papua. Putusan itu dibacakan langsung Ketua Majelis Hakim Sutisna Sawati pada Kamis (8/12/2022) kemarin.
Dalam putusannya Isak Sattu dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pelanggaran HAM berat.
Sebagai informasi, peristiwa Paniai di Papua terjadi pada 7-8 Desember 2014. Dalam peristiwa itu dilaporkan 4 warga sipil meninggal dunia akibat luka tembak dan tusukan. Sedangkan 21 orang menjadi korban penganiayaan.
Laporan Komnas HAM menyebut kekerasan yang terjadi hingga memakan korban memenuhi unsur kejahatan kemanusiaan. Peristiwa itu tidak lepas dari status Paniai sebagai daerah rawan dan adanya kebijakan atas penanganan daerah rawan.
Enam tahun berselang, setelah melakukan penyelidikan, pada 3 Februari 2020 Komnas HAM menetapkan peristiwa berdarah Paniai sebagai pelanggaran HAM berat.
Berita Terkait
-
Tak Sudi Mayor Purn Isak Sattu Divonis Bebas Kasus HAM Berat Paniai, Kejagung Siap Ajukan Kasasi ke MA
-
Terdakwa Pelanggaran HAM Berat Paniai Bebas , Pertebal Ingatan Masyarakat Papua Keadilan Susah Dicapai
-
Terdakwa Pelanggaran HAM Berat Paniai Bebas, KontraS: Bukti Lemahnya Penyidikan Kejaksaan Agung
-
Eks Anggota TNI Kasus HAM Paniai Dituntut 10 Tahun Bui, KontraS: Hukuman Formalitas, Jauh dari Kata Keadilan!
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Datangi Pabrik Aqua Lagi, Dedi Mulyadi Ungkap Sumber Airnya yang Tak Sesuai Iklan
-
Tragedi Prada Lucky: Sidang 22 Seniornya Digelar, Sang Ibu Tuntut Keterbukaan
-
Terbang ke Kualalumpur, Selain Gaza, Isu 'Nuklir' Jadi Bahasan Panas Prabowo di KTT ASEAN
-
'Cuma Omon-omon?' Refly Harun Skeptis Prabowo Bisa Lepas dari Pengaruh Jokowi
-
Siap-siap, Sidang Dimulai: KPK Limpahkan Berkas Eks Kadis PUPR Sumut ke Jaksa
-
PDIP Gagas Sumpah Pemuda Baru, Ini Kata Hasto Kristiyanto
-
Airbus A400M Milik TNI AU Akan Bermarkas di Halim
-
BNI Lepas 27.300 Pelari di Wondr JRF 2025 untuk Dorong Ekonomi Hijau dan Gaya Hidup Sehat
-
Hasto Kristiyanto: Dorong Kebangkitan Ekonomi Maritim dan Desa Wisata Indonesia
-
Indonesia Sambut Timor Leste, Anggota Paling Bungsu ASEAN