Suara.com - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dan Amnesty International Indonesia (AII) mengecam keras tindakan berlebihan dan tidak proporsional kepolisian terhadap suporter Persatuan Sepak Bola Indonesia Semarang (PSIS) di lingkungan stadion Jatidiri, Semarang, Jumat (17/2/2023). Pihak kepolisian kembali menggunakan gas air mata yang diarahkan kepada para suporter.
Koordinator KontraS, Fatia Maulidiyanti menilai semestinya pihak kepolisian bisa mengupayakan tindakan lain selain menggunakan gas ari mata. Menurut Pasal 5 Perkapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan, tindakan yang dapat dilakukan kepolisian dapat berupa kekuatan yang memiliki dampak pencegahan, perintah lisan, kendali tangan kosong lunak, kendali tangan kosong keras hingga kendali senjata tumpul.
"Secara bertahap upaya-upaya tersebut semestinya dilakukan secara maksimal dalam mengurai gangguan keamanan yang terjadi," kata Fatia dalam keterangan persnya, Sabtu (18/2/2023).
KontraS dan Amnesty International Indonesia juga berpendapat kalau penggunaan gas air mata dalam peristiwa tersebut tidak tepat serta keliru untuk digunakan. Sebab implikasi dari asap gas air mata tersebut dapat berdampak pada orang-orang yang ada di sekitar peristiwa, mengingat lokasi stadion yang dekat dengan permukiman warga.
Terlebih lagi, diketahui asap gas air mata ternyata masuk ke dalam stadion yang mengakibatkan pertandingan sempat dihentikan. Mereka menduga hal tersebut menjadi pelanggaran serius atas ketentuan Fédération Internationale de Football Association (FIFA) Stadium Safety and Security Regulation dan Peraturan Kepolisian Negara Nomor 10 Tahun 2022 tentang Pengamanan Penyelenggaraan Kompetisi Olahraga (Perpol 10/2022).
"Meski pihak kepolisian mengklaim penggunaan gas air mata digunakan di luar stadion, tetapi tidak bisa dihindari efek asap gas air mata tersebut berdampak pada orang-orang yang ada di dalam stadion," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid menilai kalau Polri tidak belajar dari pengalaman di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang.
"Kami mempertanyakan keseriusan kepolisian yang ingin berbenah diri dalam melakukan pengamanan pertandingan olahraga," tegasnya.
Oleh sebab itu, KontraS dan Amnesty International Indonesia mendorong Mabes Polri untuk melakukan evaluasi serta pendalaman kepada anggota kepolisian, tidak terkecuali terhadap atasannya, mengenai adanya dugaan tindakan penggunaan kekuatan yang berlebihan (excessive use of force) dan tidak proporsional pada saat melakukan pengamanan pertandingan sepakbola antara PSIS Semarang vs Persis Solo.
Alasan Pakai Gas Air Mata
Kapolrestabes Kota Semarang Kombes Pol Irwan Anwar mengatakan bahwa aparat terpaksa mengeluarkan gas air mata untuk memecah massa, karena desakan para suporter yang semakin brutal ingin masuk ke stadion Jatidiri Semarang, saat laga PSIS vs Persis berlangsung.
"Ketika serangan semakin brutal kepada petugas baru aparat luncurkan gas air mata untuk memecah massa, dan hal itu terjadi di luar stadion Jatidiri Semarang. Kami estimasi massa suporter yang hadir sekitar 1500an," tuturnya.
Terkait penggunaan gas air mata digunakan oleh kepolisian, Irwan menjelaskan bahwa hal itu setelah upaya kepolisian memberikan peringatan secara lisan dan melalui speaker, bahkan berkali-kali aparat mengingatkan, hingga melempar petugas pun masih mengingatkan saja.
"Peristiwa tadi itu setelah ada dorongan dari massa itu berada di luar stadion Jatidiri bahkan di luar pagar, mereka memaksa untuk tetap masuk ke dalam stadion tanpa tiket, bahkan mas Yoyok tadi juga sudah memberikan penjelasan bahwa beberapa pertimbangan kenapa hal ini harus dilakukan, hingga apa akibatnya jika para suporter masuk ke stadion, namun hal itu juga masih diabaikan oleh adik-adik suporter," katanya.
"Kami dapat pastikan bahwa para penonton tadi itu, satupun tidak memiliki tiket, maka kita melakukan penyekatan dan jangan sampai penonton yang tanpa tiket ini tidak masuk ke lapangan Jatidiri Semarang," sambungnya.
Tag
Berita Terkait
-
Bentrok Suporter PSIS, Dedengkot Panser Biru 'Pimpin Perang' Terbuka di Medsos, Begini Cuitannya Soal Persis
-
Babak Baru Bentrok di Laga PSIS vs Persis, 16 Suporter Diperiksa Polisi
-
Bentrokan Suporter vs Polisi Pecah di Stadion Jatidiri, CEO PSIS Semarang: Kami Minta Maaf ke Masyarakat
-
Kronologi Bentrok Suporter PSIS Semarang dengan Polisi, Diwarnai Tembakan Gas Air Mata
-
Sepak Bola Ricuh Lagi, 4 Fakta Bentrok Suporter PSIS: Polisi Tembak Gas Air Mata
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Prakiraan Cuaca 4 Oktober 2025 di Berbagai Kota Wisata dari Bogor, Bali hingga Yogyakarta
-
Dolar Diramal Tembus Rp20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan 'Bakar Uang' Menkeu
-
'Spill' Sikap NasDem: Swasembada Pangan Harga Mati, Siap Kawal dari Parlemen
-
Rocky Gerung 'Spill' Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK
-
Detik-detik Bus DAMRI Ludes Terbakar di Tol Cikampek, Semua Penumpang Selamat