Suara.com - Himpunan Mahasiswa Pelajar Lanny Jaya (HMPLJ) Jabotabek menyebut, operasi militer pembebasan pilot susi Air Kapten Philip yang ditawan Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat atau TPN-PB mengakibatkan hilangnya rasa keamanan di tengah masyarakat sipil. Mereka mengungkap, terdapat delapan masyarakat sipil yang diduga jadi korban kriminalisasi.
"Operasi militer dalam rangka pembebasan Kapten Philip yang ditawan TPN-PB telah berdampak terhadap hilangnya rasa keamanan di tengah masyarakat sipil," kata Rio perwakilan HMPLJ Jabotabek lewat keterangannya, Kamis (20/4/2023).
Mereka menilai pemerintah dan aparat keamanan enggan menyelesaikan konflik tersebut secara damai. Akibatnya, banyak korban jiwa dan kerugian materil yang sangat besar bagi rakyat sipil di wilayah konflik di Papua.
"Dampak dari upaya pembebasan sandera oleh TPNPB itu kemudian berimbas kepada kriminalisasi dan penyiksaan yang dilakukan aparat terhadap masyarakat sipil yang disinyalir masih berusia pelajar. Kejadiannya berlokasi di distrik Kuyawage Lanny Jaya," ujar Rio.
Mereka mencatat terdapat delapan korban yang diduga dikriminalisasi, di antaranya Witi Unue (17) warga distrik Yal disiksa hingga meninggal dunia dalam tahanan, Preson Gwijangge (15) distrik Meborok masih ditahan belum diketahui keberadaanya. Lalu Apendak Karunggu (15) distrik Meborok disiksa hingga tak berdaya (pelajar), dan Kejar Murib (15) distrik Wolongome masih ditahan belum diketahui keberadaanya.
Kemudian Parina Karunggu (14) distrik Meborok peluru masih bersarang dalam tubuh sejak 4 april 2023 hingga sekarang, Cerita Telenggen (25) distrik Wolongome, Oumeka Tabuni (28) distrik wutpaga, masih tahanan belum diketahui keberadaanya, dan seorang anak dari Wahyu yang juga belum diketahui keberadaanya.
Atas hal itu, Himpunan Mahasiswa Pelajar Lanny Jaya (HMPLJ) Jabotabek menyampaikan pernyataan sikapnya;
1. Aparat keamanan hentikan kriminalisasi terhadap masyarakat sipil di wilayah konflik di Nduga dan Kuyawage, Papua.
2. Negara segera membentuk tim investigasi independen untuk mencari fakta di lapangan terkait penyiksaan terhadap masyarakat sipil di Papua.
Baca Juga: Jalan Terjal Operasi Penyelamatan Pilot Susi Air: Negosiasi Alot, 4 Prajurit TNI Gugur
3. Negara segera melakukan dialog damai untuk menyelesaikan konflik Papua.
4. Hentikan pendropan militer di tanah Papua Tarik militer organik dan non-organik dari wilayah konflik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Sekolah di Tiga Provinsi Sumatra Kembali Normal Mulai 5 Januari, Siswa Boleh Tidak Pakai Seragam
-
Makna Bendera Bulan Bintang Aceh dan Sejarahnya
-
Antara Kesehatan Publik dan Ekonomi Kreatif: Adakah Jalan Tengah Perda KTR Jakarta?
-
Fahri Hamzah Sebut Pilkada Melalui DPRD Masih Dibahas di Koalisi
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa