Suara.com - Upaya mengurangi prevalensi perokok terus menghadapi tantangan. Meskipun produk tembakau alternatif yang lebih rendah bahaya telah tersedia, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, adopsinya mengalami hambatan karena penyebaran misinformasi.
Untuk menyukseskan penurunan prevalensi perokok, maka perang melawan misinformasi tersebut harus dilakukan.
"Sebagai bagian dari masyarakat yang menggunakan produk tembakau alternatif dan secara aktif menjangkau pemerintah untuk mengubah kebijakan tentangnya, saya selalu dihadapkan pada misinformasi yang beredar di masyarakat," ucap Pimpinan Malaysian Organization of Vape Entity (MOVE), Samsul K Arifin.
Pada acara Innovation Summit Southeast Asia 2023 yang berlangsung di Asia School of Business, Kuala Lumpur pada Rabu (10/5/2023), Samsul menjelaskan salah satu misinformasi yang kerap membuatnya heran adalah "rokok elektrik vape menyebabkan disfungsi ereksi". Ia mengaku telah mencari riset-riset terkait vape dan tak menemukan sama sekali penelitian yang menemukan hal itu.
"Banyak pihak yang menakut-nakuti publik sehingga membuat orang-orang menghindari produk tembakau alternatif. Ada yang bilang produk tembakau alternatif dapat menyebabkan popcorn lung atau peradangan pada bronkiolus. Namun, tidak ada buktinya. Bahkan Cancer Research the United Kingdom (UK) menyatakan secara resmi bahwa tidak ada kaitan antara produk tembakau alternatif dan popcorn lung," urainya, Minggu (28/5/2023).
Samsul mengungkapkan, sejumlah riset justru telah membuktikan bahwa produk tembakau alternatif dapat mengurangi risiko hingga 95 persen lebih rendah daripada rokok.
"Pemerintah Inggris telah merilis 'The Tobacco Control Plan for England' pada Juli 2017, menekankan bahwa produk tembakau alternatif bisa berperan mengurangi risiko yang disebabkan rokok. Selain itu, Jepang juga memperkenalkan produk tembakau alternatif pada 2013 dan penggunanya terus meningkat. Peningkatan jumlah itu paralel dengan penurunan jumlah perokok di Jepang,” ungkap Samsul.
Menurutnya, pemerintah negara lain dapat meniru pemanfaatan terhadap produk tembakau alternatif dari kedua negara tersebut.
Hal senada diungkapkan Presiden Advanced Center for Addiction Treatment Advocacy, Arifin Fii. Dia menuturkan, pemerintah perlu memikirkan ulang kebijakan yang diterapkan pada produk tembakau alternatif.
Baca Juga: Produk Tembakau Alternatif Berpotensi Bantu Perokok Dewasa Beralih dari Kebiasaan Merokok
Arifin menegaskan pentingnya penyusunan regulasi produk tembakau alternatif yang berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan sains.
“Dengan menggunakan pendekatan berbasis sains, pemerintah bisa menyusun regulasi yang berbasis profil risiko pada produk tembakau alternatif. Idealnya, regulasi yang bertanggung jawab, berbasis sains, dan proporsional akan memberikan peluang bagi siapa pun untuk mengakses produk tembakau alternatif yang telah terbukti lebih rendah risikonya daripada rokok," ujarnya.
Dengan membuka akses terhadap produk tembakau alternatif, seperti yang Inggris dan Jepang lakukan, maka pemerintah dari negara lain diharapkan dapat mengurangi masalah merokok yang selama ini sulit diatasi.
Kerugian kesehatan yang muncul akibat rokok bisa dikurangi jika akses pada produk tembakau yang memiliki risiko lebih rendah dapat diberikan.
Berita Terkait
-
Ketika Ulama Dukung Nge-Vape, Rokok Piye?
-
Regulasinya Kurang Memadai, Bikin Informasi Industri Vape Sering Keliru
-
Dokter Paru Ini Klaim Rokok Elektrik Tak Sebabkan Orang Sekitar Jadi Perokok Pasif
-
Apakah Produk Tembakau Alternatif Lebih Rendah Risiko? Ini Kata Dokter Spesialis Paru
-
Jumlah Perokok Global Alami Penurunan yang Lambat
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak
-
Warga Bener Meriah di Aceh Alami Trauma Hujan Pascabanjir Bandang
-
Mutasi Polri: Jenderal Polwan Jadi Wakapolda, 34 Srikandi Lain Pimpin Direktorat dan Polres
-
Tinjau Lokasi Bencana Aceh, Ketum PBNU Gus Yahya Puji Kinerja Pemerintah
-
Risma Apresiasi Sopir Ambulans dan Relawan Bencana: Bekerja Tanpa Libur, Tanpa Pamrih
-
Aktivitas Tambang Emas Ilegal di Gunung Guruh Bogor Kian Masif, Isu Dugaan Beking Aparat Mencuat