Suara.com - Museum Perumusan Naskah Proklamasi atau Museum Proklamasi tengah jadi perbincangan lantaran PDI Perjuangan mempermasalahkan penggunaannya untuk deklarasi koalisi PAN Golkar PKB dan Gerindra.
Deklarasi tim pendukung bacapres Prabowo Subianto ini dinilai tak seharusnya dilakukan di museum yang punya sejarah besar bagi kemerdekaan Republik Indonesia.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi merupakan museum yang terletak di Jalan Imam Bonjol 1, Menteng, Jakarta. Dulunya pada masa pendudukan Jepang, jalan ini bernama Jalan Meiji Dori.
Bangunan museum tersebut sebelumnya adalah tempat tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda. Tadashi Maeda adalah perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda di masa Perang Pasifik.
Museum ini dulunya dirancang sebagai bangunan Kota Taman pertama di Indonesia oleh Belanda tepatnya di tahun 1910. Gedung itu berdiri seluas 3.914 meter dan luas bangunan 1.138 meter persegi.
Gedung bergaya Eropa oleh Belanda ini dibangun pada 1920. Hingga akhirnya, Jepang masuk dan menduduki Indonesia saat terjadi Perang Pasifik.
Saat itu, Laksamana Muda Maeda menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Pada 16 Agustus 1945, Maeda mengizinkan lokasi itu sebagai tempat disusunnya perumusan naskah proklamasi Indonesia.
Naskah proklamasi pun dirancang oleh Soekarno, Ahmad Soebardjo, Moh. Hatta, dan Sayuti Melik sebagai juru ketik. Kemudian berdasarkan surat ukur No. 955 tanggal 21 Desember 1931, gedung ini adalah milik PT Asuransi Jiwasraya yang dulunya bernama Nederlandsch Indische Levensverzekering en Lijfrente Maatschappij van 1859.
Gedung ini beberapa kali berubah fungsi hingga akhirnya ditetapkan sebagai Museum Proklamasi. Gedung itu juga sempat dijadikan British Council General atau Konsulat Jenderal Inggris.
Baca Juga: 5 Daftar Event Seru di Jakarta Bulan Agustus 2023, Tak Boleh Dilewatkan!
Pada 1947, gedung ini menjadi kediaman resmi Duta Besar Kerajaan Inggris. Muncul aksi nasionalisasi terhadap bangsa asing tersebut yang membuat pemerintah berniat mengambil alih gedung itu.
Gedung itu selanjutnya diserahkan kepada Departemen Keuangan dan dikelola oleh PT Asuransi Jiwasraya. Pada 1961, gedung itu pun dikontrak Kedutaan Inggris selama 20 tahun yakni sampai 1981.
Sebenarnya sejak 1976, Indonesia berupaya menetapkan gedung itu sebagai monumen bersejarah. Pada 25 November 1980, berlangsung rapat koordinasi Bidang Kesra Departemen Dalam Negeri dan Pemda DKI Jakarta yang menghasilkan bahwa gedung itu akan menjadi Monumen Sejarah Indonesia.
Keputusan itu pun didukung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan disahkan pada 28 Desember 1981. Penetapan ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 666 Tahun 2015 sebagai lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikan kepada masyarakat.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerima gedung itu dari PT Asuransi Jiwasraya dengan mengganti uang anggaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. Gedung ini sempat dikelola lebih dahulu oleh Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Pada 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto memerintahkan Direktur Permuseuman untuk merealisir gedung tersebut sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Hingga akhirnya pada 26 Maret 1987, gedung ini diberikan ke Direktorat Permuseuman dan menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Berita Terkait
-
Dianggap Tak Etis, Pro Kontra Penggunaan Museum Proklamasi untuk Deklarasi Koalisi Prabowo
-
Kritik Keras PDIP untuk Gerindra, Golkar dan PAN; Jangan Pakai Museum dan Tempat Bersejarah untuk Politik Praktis
-
Bawaslu Akan Periksa Laporan Relawan Ganjar yang Masalahkan Prabowo Cs Deklarasi Koalisi di Museum
-
Alasan SBY Tak Hadiri Sidang Tahunan MPR/DPR: Persiapan Buka Museum SBY*ANI
-
PAN, Golkar, PKB dan Gerindra Resmi Deklarasikan Prabowo Jadi Bacapres 2024
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Lumpur Setinggi 2 Meter Mustahil Disingkirkan? Ini Solusi Manfaatkan Kayu Gelondongan Sisa Banjir
-
Kemensos Siapkan Jaminan Hidup Korban Bencana Sumatra Selama 3 Bulan
-
Kubu Roy Suryo Ungkap Detik-detik 'Penyusup' Kepergok Masuk Ruang Gelar Perkara Kasus Ijazah Jokowi
-
Prabowo Kunjungan di Sumatra Barat, Tinjau Penanganan Bencana dan Pemulihan Infrastruktur
-
Viral Tumpukan Sampah Ciputat Akhirnya Diangkut, Pemkot Tangsel Siapkan Solusi PSEL
-
KPK Buka Peluang Periksa Istri Ridwan Kamil di Kasus Korupsi Bank BJB, Sebut Perceraian Tak Pengaruh
-
Membara Kala Basah, Kenapa Kebakaran di Jakarta Justru Meningkat Saat Hujan?
-
Keroyok 'Mata Elang' Hingga Tewas, Dua Polisi Dipecat, Empat Lainnya Demosi
-
Disebut-sebut di Sidang Korupsi Chromebook: Wali Kota Semarang Agustina: Saya Tak Terima Apa Pun
-
Kemenbud Resmi Tetapkan 85 Cagar Budaya Peringkat Nasional, Total Jadi 313