Suara.com - Sejumlah mahasiswa dan alumni dan Civitas Akademika Universitas Trisakti menyatakan sikap atas situasi demokrasi dan politik Indonesia saat ini di Tugu Reformasi, Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, Jumat (9/2/2024).
Pernyataan sikap serta mimbar bebas dilakukan di Tugu Reformasi, lantaran tidak diperkenankan masuk ke dalam universitas.
Pantauan Suara.com, alumni dan dosen mengenakan kaos yang bersablon tema aksi 'Trisakti Melawan Tirani.'
Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti, Vladima Insan Mardika, membacakan maklumat yang berisikan menentang terjadinya berbagai pelanggaran etika kehidupan berbangsa yang diperlihatkan oleh pemimpin negara, Joko Widodo.
Selain itu, mereka juga menyasar kepada Mahkamah Konstitusi, dan sejumlah menteri hingga Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara pemilu.
"Kami menolak personifikasi dan personalisasi kewajiban negara atas hak-hak rakyat untuk tujuan partisan elektoral," kata Vladima, di Jakarta Barat, Jumat (9/2/2024).
Saat ini, para Civitas Akademika Trisakti juga menyoroti soal bantuan sosial (bansos) yang saat ini terkesan merupakan bantuan pribadi dari Jokowi.
Mereka juga melihat, pemberantasan korupsi yang dipertontonkan Jokowi saat ini penih dengan intrik. Pasalnya saat para terduga koruptor yang ikut dalam tim kampanye yang didukung oleh para penguasa negeri, penyelidikan kasusnya dihentikan.
"Kami juga menolak pemberantasan korupsi yang bermotif dan bertujuan politik partisan. Jika negara serius, maka penanganan korupsi tidak berhenti ketika pejabat yang diperiksa justru menjadi juru kampanye paslon tertentu yang didukung penguasa," jelasnya.
Baca Juga: Civitas Academica Trisakti Gelar Aksi Selamatkan Demokrasi
Vladima menilai, apa yang dilakukan oleh Jokowi saat ini sangatlah merusak marwah hukum dan demokrasi di Indonesia. Selain itu, Vladima juga mengutuk atas upaya intimidasi terhadap cara berekspresi, kritik dan protes mahasiswa, para aktivis.
Warga biasa yang bersuara kritis juga seakan dibungkam, termasuk pengkondisian politik ketakutan terhadap masyarakat luas dalam mengaktualisasikan hak pilihnya pada hari pemungutan suara.
Pasca Reformasi, Vladima menilai, Pemilu 2024 merupakan Pemilu pertama yang dinilai tidak fair. Tidak bebas dan tidak demokratis semenjak masa Reformasi.
"Terlalu banyak ketidaknetralan pejabat dan aparat negara, termasuk penyalahgunaan fasilitas dan sumber daya negara lainnya hanya untuk kepentingan partisan paslon tertentu," tegasnya.
Vladima menegaskan mendukung suara gerakan keprihatinan guru besar beserta civitas akademika dari berbagai kampus Universitas atas kemunduran demokrasi saat in.
"Dan mendukung seruan untuk kembali ke jalan demokrasi yang benar," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Prabowo Kunjungan di Sumatra Barat, Tinjau Penanganan Bencana dan Pemulihan Infrastruktur
-
Viral Tumpukan Sampah Ciputat Akhirnya Diangkut, Pemkot Tangsel Siapkan Solusi PSEL
-
KPK Buka Peluang Periksa Istri Ridwan Kamil di Kasus Korupsi Bank BJB, Sebut Perceraian Tak Pengaruh
-
Membara Kala Basah, Kenapa Kebakaran di Jakarta Justru Meningkat Saat Hujan?
-
Keroyok 'Mata Elang' Hingga Tewas, Dua Polisi Dipecat, Empat Lainnya Demosi
-
Disebut-sebut di Sidang Korupsi Chromebook: Wali Kota Semarang Agustina: Saya Tak Terima Apa Pun
-
Kemenbud Resmi Tetapkan 85 Cagar Budaya Peringkat Nasional, Total Jadi 313
-
Bukan Sekadar Viral: Kenapa Tabola Bale dan Tor Monitor Ketua Bisa Menguasai Dunia Maya?
-
Muncul SE Kudeta Gus Yahya dari Kursi Ketum PBNU, Wasekjen: Itu Cacat Hukum!
-
Drone Misterius, Serdadu Diserang: Apa yang Terjadi di Area Tambang Emas Ketapang?