Suara.com - Pemilihan Presiden (Pilpres 2024) nampaknya sama panasnya ketika Pemilu 2004. Pasalnya, ketegangan itu muncul antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri.
Kali ini, pengulangan sejarah Pemilu 2004 itu terjadi lagi. Apalagi adanya pembelotan Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2024 dengan mendukung Capres 02 Prabowo Subianto.
Infromasi yang didapat, pada 2004 lalu ketegangan itu muncul antara Ketua Umum PDI Perjuangan dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
- Gembar-gemborkan Pemilu Curang, Anies dan Ganjar Dapat Tantangan dari Pria Ini
- Momen Cak Imin Akui Gibran Adalah Pemimpin Masa Depan: Sekarang Pasti Pura-pura Lupa
Pengkhianatan SBY kepada Megawati pada waktu itu muncul saat orang tua dari AHY maju bersama Jusuf Kalla.
Padahal, waktu itu SBY tengah menjabar sebagai Menko Polhukam dalam Kabinet Gotong Royong era Megawati jadi Presiden RI.
Pada pemilu 2024 ini, pengulangan sejarah pengkhianatan itu terjadi saat Jokowi membelot dari Megawati.
Pasalnya, PDI Perjuangan mengusung Capres 03 Ganjar Pranowo - Mahfud MD, sedangkan Jokowi disebut-sebut berbelot dengan mendukung Capres 02 Prabowo-Gibran.
Nampaknya polemik Megawati vs SBY dan Jokowi tersebut mendapatkan sorotan dari banyak pihak, salah satunya Direktur Eksekutif Sentral Politika, Subiran Paridamos.
Kepada wartawan dia berujar, bahwa hubungan Megawati dengan Jokowi akan retak akibat tidak satu komando pada pilihan PDIP.
Baca Juga: AHY Pamer Rapat Kabinet, Malah Ditanya Apa Rasanya Bersalaman dengan Moeldoko
Hal itu terlihat ketika Jokowi malah memajukan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal calon wakil presiden Prabowo Subianto.
"Jokowi tidak bertabayyun dengan Megawati terkait Gibran ini sampai selesai Pilpres 2024," kepada wartawan belum lama ini.
Dia memprediksi, akibat sikap politik yang berseberangan serta manuver politik yang tak wajar dilakukan Jokowi melalui politisasi lembaga peradilan, berpotensi mengulang ketegangan politik antara Megawati dan SBY.
Sementara itu, SBY baru-baru ini buka suara terkait ketegangan dirinya dengan Megawati. Bahkan, Bahkan, mantan Presiden ke-6 ini mengaku memiliki kesamaan ideologi dengan Ketum PDIP tersebut.
Momen itu terlihat pada unggahan akun YouTube CNN Indonesia. SBY mengaku bahwa Megawati tidak pernah mengganggu dirinya saat menjabat sebagai Presiden.
"Waktu menjadi Presiden sampai dengan sekarang saya menghormati ibu Mega dengan keluarganya, itu modal pending menurut saya karena saya melihat itu dari bagai mana ibu Megawati yang saya katakan tidak pernah mengganggu dan tidak jahat, saya juga tentu didak mungkin jahat kepada ibu Megawati dan siapapun," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara
-
Buku "Jokowi's White Paper" Ditelanjangi Polisi: Cuma Asumsi, Bukan Karya Ilmiah
-
Gibran Turun Gunung ke Nias, Minta Jembatan 'Penyelamat' Siswa Segera Dibangun
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Pengamat: Sikap Terbuka Mendagri Tito Tunjukkan Kepedulian di Masa Bencana