Suara.com - Pakar Hukum Tata Negara, Buvitri Susanti mengajak Jusuf Kalla atau JK untuk ikut menggarap film dokumenter jilid 2. Bivitri menyinggung terkait pernyataan JK yang menyebut Dirty Vote hanya mengungkap 25 persen kecurangan Pemilu 2024. Bivitri mengaku tim film Dirty Vote ingin menawari JK untuk membuat film bersama.
"Sebelumnya saya mau berterima kasih pada Pak JK karena bilang yang 25 persen itu loh Pak. Kata temen-temen produser dan Director Dirty Vote coba tanya sama pak JK yang 75 persen lagi mau dijadiin film Dirty Vote 2," kata Bivitri dalam dalam forum bertajuk Election Talk #4 Konsolidasi Untuk Demorkasi Pasca Pemilu 2024: Oposisi Atau Koalisi? di FISIP Universitas Indonesia (UI), Depok, Kamis (7/3/2024).
Oleh sebab itu, Bivitri berseloroh mengajak JK untuk menggarap film Dirty Vote jilid 2. Hal itu sekaligus menjawab rasa penarasan masyarakat tentang kecurangan Pemilu yang terjadi.
"Kata Pak JK Itu baru 25 persen. Nah jadi waktu kami roadshow ada yang bilang 'ah kata Pak JK kalian ini cuma bisa 25 persen', saya bilang kalau mau yang 75 persen (terbongkar), kita minta aja pak JK jadi produser filmnya," ucap Bivitri.
Tanggapan JK soal Dirty Vote
Sebelumnya, JK mengatakan film dokumenter Dirty Vote baru menampilkan kecurangan dalam Pemilu 2024 sebesae 25 persen.
Kecurangan-kecurangan yang dijelaskan dalam film dinilai masih ringan dibandingkan dengan temuan fakta lain di lapangan.
"Masih ringan dibanding kenyataan yang ada di masa itu. Masih tidak semuanya mungkin baru 25 persen," ujar JK di kediamannya di kawasan Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024).
Eks Ketua Umum Partai Golkar itu menyampaikan Dirty Vote tidak menjangkau daerah-daerah kecil yang juga terindikasi terjadi kecurangan Pemilu. Ia turut menyinggung tentang pembagian bantuan sosial atau bansos yang lekat dengan rekayasa.
"Karena tidak mencakup kejadian di daerah-daerah kejadian di kampung-kampung, kejadian bagaimana bansos diterima orang bagaimana datang petugas-petugas mempengaruhi orang," ucap JK.
Meski begitu, JK tetap mengapresiasi film tersebut. Dia berpesan bahwa pemilu yang kotor hanya menyebabkan proses pemilihan tidak sempurna.
Berita Terkait
-
Ungkit Bagi-bagi Bansos, JK Curiga Hasil Pemilu 2024 Sudah Dikondisikan: Tak Boleh Uang Negara untuk...
-
Jusuf Kalla Beberkan Golkar Pragmatis: Tak Ada Partai Mau Jadi Oposisi!
-
Gusarnya JK Lihat Situasi Indonesia Saat Ini: Panas dan Membosankan karena Pemilu
-
Jusuf Kalla: Pemilu 2024 Adalah Pemilu Terburuk Sejak Pertama Kali Digelar
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
PLN Resmikan Dua SPKLU Center Pertama di Jakarta untuk Dorong Ekosistem Kendaraan Listrik
-
Koalisi Masyarakat Sipil Gugat UU TNI, Tolak Ekspansi Militer ke Ranah Sipil
-
KPK Sita Uang Miliaran Rupiah dalam OTT Gubernur Riau Abdul Wahid
-
Pramono Pastikan Kampus IKJ Tak Dipindah ke Kota Tua, Fokus Bangun Ekosistem Seni di TIM
-
Onad Resmi Direhabilitasi: Bukan Pengedar, Ini Alasan BNNP DKI
-
Budi Arie Merapat ke Gerindra? Muzani: Syaratnya Cuma Ini!
-
Yusril: Pasal KUHP Lama Tak Lagi Efektif, Judi Online Harus Dihantam dengan TPPU
-
Prabowo Setujui Rp5 Triliun untuk KRL Baru: Akhir dari Desak-desakan di Jabodetabek?
-
Subsidi Transportasi Dipangkas, Tarif Transjakarta Naik pada 2026?
-
Wacana Soeharto Pahlawan Nasional Picu Kontroversi, Asvi Warman Soroti Indikasi Pemutihan Sejarah