Suara.com - Seorang pria paruh baya bernama Juliadi (48), duduk di pinggir makam mendiang istrinya di TPU Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur pada Senin (11/03/24). Istri dari Juliadi sudah 3 tahun yang lalu berpulang akibat kanker hati yang diderita dan didiagnosis positif virus Covid-19.
Tidak sendirian, ia datang bersama istri keduanya dan juga anak bungsunya. Jauh-jauh mereka datang dari Babelan, Bekasi Utara, untuk berziarah ke makam mendiang istrinya.
Juliadi mengatakan sangat terbantu dengan petugas di TPU Bambu Apus. Rumahnya yang jauh dan kesibukan pekerjaan membuat dirinya tidak sempat untuk merawat makam sang istri tercinta.
Terkait biaya perawatan, Juliadi mengatakan petugas tidak mematok besarannya.
Juliadi merasa sangat senang karena makam istrinya tampak sangat terawat setiap kali dirinya mengunjunginya.
"Enggak sih, sukarela saja, jadi karena ngerasa jauh jadi ibaratnya seikhlasnya saja ya itu udah ada yg ngerawat, kalau kita kan enggak mungkin ngurusin karena jauh. Terbantu saya namanya juga pekerja kan, seneng kita jadi wajar kita ngasih sesuatu apa pun, bahagia kita seneng apalagi istri ini," ujar Juliadi saat berbincang dengan Suara.com di TPU Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur pada Senin (11/03/24).
Saat awal kabar duka itu tiba, Juliadi tidak tahu menahu dimana istrinya akan dimakankan. Ia tiba-tiba dikabarkan bahwa sang istri dimakamkan di TPU Bambu Apus ini.
"Dulu saya tau-tau dibawa ke sini aja dari RSCM, saya tinggal di Bekasi. Ini istri yg meninggal," kata dia.
Jualiadi juga bercerita dirinya dimintai uang sebesar Rp 500 ribu untuk akomodasi dari rumah sakit ke pemakaman. Namun untuk biaya pemakaman di TPU Bambu Apus ini ia tidak dipungut biaya.
Baca Juga: KPK Periksa Eks Sekjen Kemenkes Terkait Pengadaan APD Rugikan Negara Rp625 Miliar
"Kalau saya dari RSCM itu cuma waktu covidnya, saya dikasih taunya itu terima beres saja, cuma uang admin masih ada, saya waktu bayar itu Rp 500 ribu alasannya buat masuk tol sama akomodasi lah yaa segala macem kalau pemakaman gak ada pokonya cuma itu saja," jelasnya.
Pihak keluarga kata Jualiadi, saat pertama hanya diminta biaya untuk perawatan makam. Adapun per tahunnya Rp 500 ribu.
Ia juga berharap agar pendemi tidak lagi terjadi. Jualiadi dan keluarga merasa sangat tersiksa dengan adanya pandemi mematikan yang sudah membuat orang tercintanya tiada.
"Itu tersiksanya di situ sih pak, kita mau keluar kemana-mana jadi gak bebas. Jangan sampe ada lagi lah covid saya ngerasa gak nyaman saja, kalau yang belum kena memang ngerasa biasa saja, saya udah ngerasain anak saya 2 juga istri saya, masih perawatan dirumah isoman," tuturnya. (Muhamad Iqbal Fathurahman)
Berita Terkait
-
Kasusnya Dikhawatirkan Naik Saat Musim Mudik, PAPDI Sarankan Prokes Dan Vaksin Booster Covid-19
-
Saban Hari Kerja Mati-matian Kubur Jenazah, Cerita Saksi Hidup Kengerian Era Covid-19 di TPU Pondok Rangon
-
KPK Periksa Eks Sekjen Kemenkes Terkait Pengadaan APD Rugikan Negara Rp625 Miliar
-
KPK Periksa Eks Sekjen Kemenkes Terkait Pengadaan APD Rugikan Negara Rp625 Miliar
-
Beasiswa SMK Jakarta dan Tangerang dari PT Wahana Makmur Sejati
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
Terkini
-
KemenPPPA: Perilaku Gus Elham Bisa Masuk Kategori Pidana Kekerasan Terhadap Anak
-
Kepala BGN: Program MBG Penyumbang Terbesar Keracunan Pangan Nasional
-
Rasa dan Kualitas Makanan Jadi Keluhan Utama Anak soal Program Makan Bergizi Gratis
-
Jejak Kudeta Gagal Yoon Suk Yeol Terungkap, Kepala Inteljen Korea Selatan Ditangkap!
-
Adik JK Minta Pemeriksaan Kasus Korupsi Rp1,35 Triliun PLTU Kalbar Ditunda, Kenapa?
-
Anak-anak Nilai Program Makan Bergizi Gratis Bikin Hemat Uang Jajan
-
PSI Kritik Pemprov DKI Hanya Ringankan Pajak BPHTB: Harusnya Sekalian Gratis...
-
Refly Harun Pasang Badan Selamatkan Roy Suryo Cs: Kasus Ijazah Jokowi Tak Layak Diproses!
-
Komisi I DPR Usul Indonesia Tiru Kebijakan China, Influencer Harus Punya Sertifikat Profesi
-
PBNU dan Wamenag Bersuara Keras: Perilaku Gus Elham Nodai Dakwah, Tak Pantas Ditiru!