Suara.com - Guru Besar Filsafat STF Driyakara, Franz Magnis Suseno atau yang akrap disapa Romo Magnis, menyoroti soal pemerintahan Prabowo-Gibran yang ingin mempersatukan semua partai politik bergabung ke pemerintahan atau membuat koalisi gemuk.
Romo Magnis mengatakan langkah Prabowo itu disebut hanya agar pemerintahannya tidak diganggu oleh DPR RI.
Hal itu disampaikan Romo Magnis dalam refleksinya bagaimana Indonesia ke depam pasca adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal sengketa Pilpres 2024.
"Saya dari media melihat bahwa tendensinya adalah untuk mempersatukan semua partai menjadi pendukung pemerintah baru, pemerintah Prabowo," kata Romo Magnis dalam diskusi di Kawasan Matraman, Jakarta Timur, Senin (29/4/2024).
Romo Magnis bahkan memperkirakan hanya ada satu atau dua partai di parlemen yang nantinya tidak gabung ke pemerintahan Prabowo-Gibran.
"Kemungkinannya PKS dan mungkin juga PDIP tidak ikut. Tapi partai-partai lain ikut, akan lebih dari 80 persen memungkinkan pemerintah tidak diganggu oleh DPR," katanya.
Ia lantas menyinggung kinerja DPR selama ini yang dianggapnya sangat memalukan. Terlebih tidak terdengar mendebatkan soal Pemilu yang bermasalah.
"Nah mengenai DPR, saya umum saja begitu, DPR itu sampai sekarang sudah memalukan. Di dalam seluruh debat menjelang pemilu yang cukup tajam dan penting, saya sekalipun tidak dengar suara dari DPR yang ikut di dalam hal itu," ungkapnya.
Ia justru mempertanyakan DPR RI yang terkesan tak mewakili rakyat. Menurutnya, DPR hanya sibuk memikirkan bagaimana caranya balik modal selama menjadi caleg.
Baca Juga: Komandante Stelsel Bikin Caleg PDIP Jateng Ketar-ketir, Raih Suara Terbanyak Belum Tentu Dilantik
"Mereka mewakili siapa? Dewan Perwakilan Rakyat, Tentu saja kalau harus bayar Rp 5-10 miliar rupiah satu orang untuk masuk ke dalam DPR itu jangan dikira bahwa dia punya perhatian pada orang kecil," katanya.
"Saya tidak mengatakan dia seorang korup tapi tentu pikirannya adalah bagaimana mengembalikan uang itu. Itu 5 miliar rupiah kebanyakan kita 5 juta saja, jarang melihatnya secara fisik apalagi seribu kali 5 juta itu baru 5 miliar," Romo Magnis menambahkan.
Memang, kata dia, yang menjadi harapan PKS dan PDIP yang kemungkinan menjadi oposisi dalam politik ke depan. Terlebih ke dua partai juga sangat ideologis. Namun hal itu masih dianggap lemah.
"Kita juga lemah karena partai-partai kita tidak punya profil ideologis. Mungkin PKS punya sedikit, PDIP juga susah dirumuskan ya Soekarno, tapi tidak lebih dari itu. Yang lain itu semua hanya mengikuti salah satu dinasti," ujarnya.
Di Indonesia sendiri kata dia, tidak punya partai berideologi kiri. Sebab masih trauma dengan kejadian di tahun 1965.
"Nah yang bagi saya menjadi lalu pertanyaan, Bukan bahwa kita akan menjadi sesuatu kediktatoran mungkin lebih mirip dengan sistem, sistem Xi Jinping di Cina Tanpa partai komunis. Yang mendukung sistem sekarang adalah Koalisi antara para kapitalis mereka punya uang, partai-partai dukung, karena mereka dijanjikan kedudukan yang basah dan dengan demikian kita akan punya sistem yang tanpa oposisi sama sekali," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Romo Magnis: Reformasi Tidak Berhasil Berantas KKN
-
Sidang Perdana Sengketa Pemilu 2024, PDIP Ingin Suara PSI Nol di Papua Tengah
-
Komandante Stelsel Bikin Caleg PDIP Jateng Ketar-ketir, Raih Suara Terbanyak Belum Tentu Dilantik
-
Koalisi Perubahan Buru-buru Merapat ke Prabowo, PDIP Ungkap Sikapnya Saat Ini
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Ini Dia Pemilik Tanggul Beton Cilincing, Perusahaan yang Pernah Diperebutkan BUMN dan Swasta
-
Kronologi Gen Z Tumbangkan Rezim di Nepal: Dari Blokir Medsos Hingga Istana Terbakar!
-
Menkeu Purbaya Masuk Kabinet, Tapi Rakyat Justru Makin Pesimistis Soal Ekonomi RI Kedepan
-
Bintang Liga Prancis Rp57,8 Miliar Tak Sabar Bela Timnas Indonesia pada Oktober
-
Inikah Kata-kata yang Bikin Keponakan Prabowo Mundur dari DPR?
Terkini
-
Peringatan Keras! Komisi VIII Minta Kementerian Haji dan Umrah Harus Bersih: Jangan Terjebak Korupsi
-
Bali Diterjang Banjir Terparah dalam Satu Dekade, Benarkah Hanya Salah Cuaca Ekstrem?
-
Cerita Malang Pasutri Yang Jadi Korban Banjir di Bali, Sempat Telepon Anak Jam 4 Pagi
-
Tas Kecil Jadi Petunjuk, Satu Korban Banjir Bali Dikenali dari Kartu Koperasi Simpan Pinjam
-
Tragis! Seruduk Pohon di Kawasan Ragunan Jaksel, Pemotor Langsung Koit di Tempat
-
Buruan Cek! Pramono Umumkan KJP Plus Tahap II 2025 Mulai Cair, Rp1,61 Triliun untuk 707 Ribu Siswa
-
Banjir NTT Telan Banyak Nyawa: Bayi Terseret 2 Km dari Rumah hingga Warga Meninggal Syok Berat!
-
Kegelisahan Budi Arie Sebelum Dicopot Prabowo, Sampai Cari Bocoran Isi Pertemuan di Hambalang
-
Buntut Hina Sri Mulyani, Menkeu Purbaya Larang Putranya Main Instagram
-
Siapa Rudy Tanoe? Tersangka Korupsi Bansos, Lawan KPK Lewat Praperadilan!