Suara.com - Dihapusnya jurusan IPA, IPS, dan bahasa untuk murid SMA di Jakarta menuai gelombang protes dari orang tua murid. Pasalnya, penghapusan jurusan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta membuat para murid bingung untuk menentukan pilihan jika ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Bella (bukan nama sebenarnya), salah satu orang tua murid pun mengaku geram dengan penerapan tersebut. Sebab, anaknya kini duduk di kelas 2 SMA Negeri di Jakarta yang telah mulai menerapkan bagian dari kurikulum merdeka belajar tersebut.
Bella terang-terangan mengatakantak suka dengan pernyataan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang beralasan penghapusan jurusan itu agar murid SMA lebih terarah sesuai minat dan tujuan kuliahnya. Padahal, menurutnya, tidak semua murid SMA sudah yakin dengan jurusan kuliah yang akan dia tempuh selepas lulus.
"Berkaca dari saya dulu waktu SMA bahkan sampai udah mau lulus aja gak tau mau kuliah apa dan di mana. Jadi saya mikirnya, alasan begitu, kayak semua anak dari kelas 1 SMA udah tahu aja dia mau jadi apa dan di mana, Kan gak semua anak begitu," keluh Bella dihubungi Suara.com, Jumat (19/7/2024).
Bella mengaku, anaknya sendiri termasuk yang belum punya keputusan tentang jurusan kuliah. Sebagai orang tua, Bella enggan memandang sebelah mata antara jurusan IPA, IPS, dan bahasa.
Dia menepis anggapan kalau setiap orang tua murid SMA ingin anaknya masuk jurusan IPA. Sehingga, menurutnya, tetap adanya jurusan bagi murid SMA kelas 2 dan 3 justru terasa lebih baik daripada dihapuskan.
"Saya pribadi bukan tipikal orang tua yang merasa IPA lebih bergengsi. Tapi sekarang anak saya seperti gak terarah akan ke mana," kata Bella.
Pendapat serupa disampaikan pula oleh orang tua murid di sekolah di Bekasi, Uswatun. Profesinya sebagai guru di SMP dan memiliki anak yang akan segera masuk SMA, membuat Uswatun ketar-ketir.
Dia memahami kalau kurikulum merdeka belajar itu dimaksudkan agar anak lebih banyak praktik daripada hanya menghapal teori. Akan tetapi, menurutnya, jurusan pelajaran di SMA sebenarnya sangat membantu anak untuk mengenali potensi dirinya sendiri.
Baca Juga: Tahun Ini, Disdik DKI Hapus Jurusan IPA-IPS-Bahasa di SMA Jakarta
"Bisa mencegah anak gak merasa salah ambil jurusan karena udah berkaca 2 tahun waktu di SMA. Misalnya, waktu SMA jurusan IPA ternyata kesulitan, terseok-seok, jadi bisa nyebrang jurusan lain waktu kuliah," tutur Uswatun.
"Sebenarnya itu sangat membantu dua tahun di SMA membaca karakter siswa," imbuhnya.
Sebagai pengajar, Uswatun sendiri mengaku heran dengan penerapan kurikulum merdeka belajar yang menurutnya belum ideal dilakukan untuk sistem pendidikan di Indonesia. Termasuk dengan dihapusnya jurusan di SMA.
Di sisi lain, pada pembelajaran untuk murid SMP justru ada tambahan dengan kewirausahaan, di mana siswa harus belajar menjual produk tertentu.
"Kejuruan SMA dihilangkan tapi SMP malah disuruh kewirausahaan, ini emang gak kebalik ya?" ujar Uswatun keheranan.
Tertulis dalam peraturan Mendikbudristek nomor 12 tahun 2024 bagian kurikulum mengatur bahwa murid kelas XI akan diberi mata pelajaran umum dan khusus.
Berita Terkait
-
Tahun Ini, Disdik DKI Hapus Jurusan IPA-IPS-Bahasa di SMA Jakarta
-
Tawuran Pas Azan Magrib, Pelajar SMA di Kebon Jeruk Tewas Disambar Kereta
-
Kurikulum Merdeka: Siswa SMA Tak Lagi Dibebani Jurusan, Bebas Pilih Mata Pelajaran Sesuai Minat
-
Kronologi Ketua OSIS SMA Tewas saat Ultah: Sebelum Diceburkan ke Kolam, Fajar Sempat Ditepungi Teman-temannya
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Isi Rapor SMA Ferry Irwandi Dibuka, 40 Hari Tak Masuk Sekolah Tapi Jadi Wakil Cerdas Cermat
-
Pesan Terakhir Pria di Lubuklinggau Sebelum Tenggak Racun: Aku Lelah, Terlilit Utang Judol
-
Curanmor di Tambora Berakhir Tragis: Tembak Warga, Pelaku Dihajar Massa Hingga Kritis!
-
Bantu Ibu Cari Barang Bekas, Anak 16 Tahun di Lampung Putus Sekolah, Ini Kata Kemen PPPA!
-
Sidak Gabungan di Lapas Karawang, Puluhan Ponsel Disita dari Blok Narapidana
-
Bromance di KTT ASEAN: Prabowo Dipeluk Erat PM Malaysia, Tertawa Lepas Bak Kawan Lama
-
RESMI! Timor Leste Gabung ASEAN, Prabowo dan Pemimpin Asia Tenggara Teken Deklarasi
-
Ungkap 38 Ribu Kasus Narkoba Sepanjang 2025, DPR Minta Polri Waspadai Peningkatan Akhir Tahun
-
Dinilai Bebani Petani Kecil, SPKS Minta Pemerintah Tinjau PP 45 Tahun 2025
-
Gus Najih: Rakyat Dukung Polri Sikat Bandar, Hukum Mati Pengedar Narkoba!