Suara.com - Protes besar-besaran yang dipicu oleh pemerkosaan terhadap dua gadis berusia empat tahun di sebuah sekolah di Thane, Maharashtra, berujung pada bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi. Kejadian ini berlangsung di Stasiun Kereta Api Badlapur, di mana ribuan orang berkumpul dan menghalangi pergerakan kereta api selama lebih dari enam jam.
Massa yang marah menuntut hukuman mati bagi tersangka, seorang petugas kebersihan berusia 23 tahun yang diduga terlibat dalam insiden tersebut. Ketegangan meningkat setelah upaya pemerintah untuk meredakan situasi justru ditanggapi dengan teriakan "gantung, gantung" dari para pengunjuk rasa.
Ketika polisi mulai mengambil tindakan tegas dengan tongkat dan gas air mata, massa yang semula duduk di rel kereta api mulai berlarian. Bentrokan semakin memanas ketika pengunjuk rasa membalas dengan melemparkan batu, mengubah stasiun menjadi medan pertempuran. Namun, polisi berhasil menguasai situasi dan membubarkan massa.
Kemarahan publik semakin memuncak setelah terungkap bahwa orang tua kedua gadis tersebut harus menunggu selama 11 jam di kantor polisi untuk mengajukan Laporan Informasi Pertama (FIR). Pemerintah merespons dengan menangguhkan tiga personel polisi yang terlibat dalam keterlambatan ini.
Insiden ini terjadi tidak lama setelah kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter muda di Kolkata, yang telah menimbulkan gelombang kemarahan di kalangan masyarakat India.
Pemimpin Oposisi di Majelis Maharashtra, Vijay Wadettiwar, menyatakan bahwa insiden di Thane ini lebih serius karena melibatkan anak-anak yang sangat muda. Ia juga mendesak agar polisi yang bertanggung jawab atas keterlambatan FIR segera diberi sanksi.
"Kekejaman dilakukan terhadap seorang gadis berusia tiga setengah tahun, seorang gadis berusia empat tahun, dan di kantor polisi, mereka (orang tua) diminta menunggu selama 11 jam ketika mereka hendak mengajukan pengaduan... Apakah masih ada kepekaan? Saya berbicara dengan komisaris polisi dan mengatakan kepadanya bahwa polisi wanita yang bertanggung jawab atas keterlambatan ini harus segera diskors," kata Wadettiwar seperti dikutip dari kantor berita Press Trust of India.
Serangan terhadap kedua gadis tersebut terjadi pada 16 Agustus di dalam toilet perempuan di sebuah sekolah berbahasa Inggris. Penyelidikan mengungkapkan bahwa tidak ada petugas perempuan yang ditempatkan di toilet tersebut, dan banyak kamera CCTV sekolah yang tidak berfungsi. Sebagai tindakan awal, kepala sekolah telah diskors, sementara guru kelas dan pengasuh anak dipecat.
Wakil Kepala Menteri Maharashtra, Devendra Fadnavis, telah memerintahkan pembentukan Tim Investigasi Khusus (SIT) yang akan dipimpin oleh seorang perwira perempuan dari Indian Police Service (IPS).
Baca Juga: Ada Khel Khel Mein, Ini 3 Rekomendasi Film Akshay Kumar yang Tayang 2024
Selain itu, pengadilan jalur cepat diusulkan untuk menangani kasus ini dengan segera. Komisi Hak Asasi Manusia Nasional juga meminta laporan terperinci dari otoritas Maharashtra dalam waktu dua minggu terkait insiden tersebut.
Berita Terkait
-
Ada Khel Khel Mein, Ini 3 Rekomendasi Film Akshay Kumar yang Tayang 2024
-
Simpan Sobekan Buku Harian Anaknya, Ayah Dokter Korban Pemerkosaan di India Ungkap Kekecewaan
-
Tragedi Pemerkosaan dan Pembunuhan Dokter Magang di India: Seruan untuk Mengakhiri Kekerasan
-
Gadis 'Orang Asli' Usia 10 Tahun Ditemukan Tewas, Hasil Otopsi Ungkap Adanya Pemerkosaan
-
Berebut Mainan dengan Kakak, Gadis Kecil Meregang Nyawa di Tangan Ayah Kandung
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
-
Viral Video Syur 27 Detik Diduga Libatkan Oknum Dokter di Riau
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
-
BCA Mobile 'Tumbang' di Momen Gajian, Netizen Mengeluh Terlantar Hingga Gagal Bayar Bensin!
Terkini
-
JPPI Ungkap 3 Masalah Fundamental Program MBG, Desak Reformasi Badan Gizi Nasional
-
Usut Kasus Korupsi di DJKA, KPK Panggil Billy Beras
-
Tidak Ada yang Ahli Gizi: Ini Latar Pendidikan Tiga Pimpinan BGN di Tengah Sorotan Kasus MBG
-
Ngaku Tak Dendam, Prabowo Blak-blakan: Anies yang Bantu Aku Menang karena Emak-emak Kasihan
-
Polisi Ungkap Fakta di Balik Penemuan Kerangka Manusia di Proyek Perumahan Tangerang
-
Sebut Lonjakan Korban Keracunan MBG Capai 8.649 Anak, JPPI Minta Program Dihentikan
-
KAJ, KLJ, KPDJ Cair Lagi! 200 Ribu Warga Jakarta Dapat Top-Up Rp 300 Ribu
-
Dokumen Negara Saling Tabrak! Dr. Tifa Beberkan Kejanggalan Fatal Ijazah Gibran, Ini Buktinya
-
Heran Pembangunan LRT Fase 1B Velodrome-Manggarai Belum Juga Rampung, PSI: Bikin Macet
-
Geger! Narkoba Disulap Jadi Cairan Vape, Jaringan Om Bos Terbongkar Dramatis di Jakarta