Suara.com - Krisis air bersih di lingkungan RT 05/RW 01, Duri Kosambi, Jakarta Barat (Jakbar) bikin tensi darah warga naik. Pasalnya mereka harus menunggu untuk menampung air PAM yang hanya mengalir dari tengah malam hingga subuh.
Apabila tidak begadang, warga terpaksa merogoh kocek lebih dalam hanya untuk membeli air bersih, lantaran Air PAM di rumah mereka sudah tidak lagi mengalir sejak 5 tahun belakangan.
Seorang warga RT 05, Supriyati (61) mengatakan, untuk memenuhi suplai air bersih terpaksa membeli air galon isi ulang.
"Satu galon yang keliling Rp 7 ribu," kata Supriyati saat dikonfirmasi, Jumat (13/9/2024).
Supriyati mengungkapkan, banyak warga yang harus begadang untuk menampung air PAM.
Sebab air bersih dari perusahaan air minum daerah itu yang hanya dialirkan ke pemukiman warga mulai lewat tengah malam, sekitar jam 01.00 hingga menjelang azan subuh, sekira jam 04.00 WIB.
Akibat kebiasan yang tidak sehat tersebut, berakibat kepada warga yang kesehatannya terganggu.
"Kebetulan, kalau saya ada kegiatan pos minggu, saya cek tensinya warga. Mereka bilang ‘saya tadi malem nggak bisa tidur, nungguin air dari jam 01.00 WIB sampai jam 03.00 WIB, jam 02.00 WIB sampai jam 04.00 WIB, makanya tensinya naik’. Kebetulan saya salah satu anggota PKK juga," jelasnya.
Keluhan krisis air bersih di perkampungannya bukan hal baru.
Baca Juga: Pipa Air PAM Bocor di Jalan Satrio, Perkantoran di Kuningan Beli Air Galon Buat MCK
Krisis air bersih sudah terjadi sejak 5 tahun lalu, meski demikian warga belum mendapat jawaban atas permasalahan yang dialaminya.
Supriyati mengatakan, pihak PAM sempat membetulkan pipa instalasi, namun hingga kini warga masih kesulitan dalam memperoleh air bersih.
Walau tak memperoleh air bersih dengan layak, namun warga masih tetap harus membayar tagihan PAM walau hanya berupa abonemen.
"Iya tetap (bayar) abonemen-nya. Kalau saya tuh karena tidak dimanfaatkan soalnya enggak keluar ya, bayar Rp 15 ribu atau Rp 10 ribu kadang kurang, karena sama sekali nggak keluar," katanya.
Ia berharap permasalahan ini bisa cepat dicarikan solusinya karena, tidak semua warga memiliki mesin pompa untuk air tanah.
Kemudian, akibat terputusnya suplai air bersih pengeluaran warga menjadi lebih besar karena harus membeli air galon, dan menggunakan jas laundry untuk mencuci pakaian.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
Terkini
-
Sopir Angkot Cegat Mikrotrans JAK41 di Velodrome, Dishub DKI Janji Evaluasi Rute
-
Ratusan Warga Prasejahtera di Banten Sambut Bahagia Sambungan Listrik Gratis dari PLN
-
Hasto PDIP: Ibu Megawati Lebih Pilih Bendungan dan Pupuk Daripada Kereta Cepat Whoosh
-
Putri Zulkifli Hasan Sambut Putusan MK: Saatnya Suara Perempuan Lebih Kuat di Pimpinan DPR
-
Projo Tetapkan 5 Resolusi, Siap Kawal Prabowo hingga 2029 dan Dukung Indonesia Emas 2045
-
Budi Arie Bawa Gerbong Projo ke Gerindra? Sinyal Kuat Usai Lepas Logo Jokowi
-
Cinta Terlarang Berujung Maut, Polisi Tega Habisi Nyawa Dosen di Bungo
-
Dua Tahun Lalu Sakit Berat, Kini Adies Kadir Didoakan Kembali di Majelis Habib Usman Bin Yahya
-
Makna Arahan Mendagri Tito Karnavian Soal Dukungan Pemda Terhadap PSN
-
Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII Wafat, Akhir Perjalanan Sang Pemersatu Takhta Mataram