Suara.com - Polemik akun Kaskus Fufufafa masih terus bergulir. Pasalnya akun dengan banyak jejak digital yang kontroversial itu diduga milik Wakil Presiden Terpilih 2024-2029, Gibran Rakabuming Raka.
Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menilai perlu melihat fenomena akun Fufufafa ini secara holistik atau lebih luas lagi. Terlebih kemudian dikaitkan dengan persoalan demokrasi di Indonesia.
Titi menyoroti berbagai jejak digital unggahan akun tersebut saat diskusi online yang digelar Pusat Studi Agama & Demokrasi UII bertajuk 'Fufufafa: Pemilik, Implikasi Hukum dan Etik' pada Kamis (19/9/2024).
"Unggahan Fufufafa itu merefleksikan literasi digital yang sangat buruk atau yang disebut dengan tuna digital. Orang bisa punya banyak akun tapi bukan berarti dia melek atau terliterasi dengan baik secara digital," kata Titi.
Selain itu, Titi menyebut bahwa pemilik akun Fufufafa itu tuna politik. Terlebih dengan unggahan yang tidak jarang mengolok-olok lawan politik atau pihak yang berbeda pandangan politik dengannya.
Kebencian politik yang dituangkan akun tersebut mencerminkan literasi yang buruk dan tidak mumpuni. Jika memang kemudian pemilik akun itu benar milik seorang politisi.
"Lalu tuna etika, bagaimana kemudian cara dia memperlakukan martabat seorang manusia, terutama perempuan, itu buruk sekali, terutama soal merespons orientasi seksual seseorang," ucapnya.
"Ini yang paling menyebalkan dari akun Fufufafa adalah dia sangat seksis menjadikan perempuan itu objek, makanya kan omongannya soal susu dan hal-hal yang memang perempuan itu adalah objek," imbuhnya.
Dia bilang hal itu mengindikasikan kebencian terhadap perempuan dengan patriarkis dengan relasi kuasanya. Sehingga unggahan yang dimunculkan pun tidak lepas dari seksisme dan objektifikasi terhadap perempuan.
"Jadi dari membaca postingannya saja kita sudah bisa menilai bahwa orang itu pasti relasinya adalah relasi kuasa antara laki-laki dan perempuan, di mana perempuan itu merupakan objek yang tidak lepas dari hal-hal yang berbau seksualitas, objektifikasi seksualnya itu sangat kentara ya di dalam akun Fufufafa," ucapnya.
Selain itu, akun Fufufafa juga cukup diskriminatif terkhusus terhadap orientasi seksual seseorang, gender dan pilihan politik yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan ketidakdewasaan politik.
"Lalu soal kalau dia adalah seorang politisi, kita bisa langsung kasih label yang bersangkutan bukan politisi yang kredibel, karena kalau yang kredibel tidak akan seperti itu cara komunikasinya, komunikasi politik maupun penggunaan media sosial yang dilakukan," tandasnya.
Gagalnya literasi digital dan pendidikan politik pun, kata Titi tidak bisa dilepaskan dari fenomena Fufufafa ini. Sehingga fenomena ini harus menjadi refleksi untuk semua pihak.
"Itu memang betul-betul cerminan literasi digital yang buruk dan perilaku politik yang sangat butuk. Ini respons apa yang dicerminkan dalam postingan akun Fufufafa dan kalau kita melihat demokrasi sebagai sebuah sistem nilai ya," tegasnya.
Ditambahkan Titi, demokrasi memang ditentukan oleh mayoritas namun bukan berarti lantas minoritas tidak ditinggalkan begitu saja. Hal itu yang tidak disadari oleh akun Fufufafa ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Sekolah di Tiga Provinsi Sumatra Kembali Normal Mulai 5 Januari, Siswa Boleh Tidak Pakai Seragam
-
Makna Bendera Bulan Bintang Aceh dan Sejarahnya
-
Antara Kesehatan Publik dan Ekonomi Kreatif: Adakah Jalan Tengah Perda KTR Jakarta?
-
Fahri Hamzah Sebut Pilkada Melalui DPRD Masih Dibahas di Koalisi
-
Mendagri: Libatkan Semua Pihak, Pemerintah Kerahkan Seluruh Upaya Tangani Bencana Sejak Awa
-
Seorang Pedagang Tahu Bulat Diduga Lecehkan Anak 7 Tahun, Diamuk Warga Pasar Minggu
-
Banjir Ancam Produksi Garam Aceh, Tambak di Delapan Kabupaten Rusak
-
Simalakama Gaji UMR: Jaring Pengaman Lajang yang Dipaksa Menghidupi Keluarga
-
Manajer Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Diteror Bangkai Ayam: Upaya Pembungkaman Kritik
-
Sepanjang 2025, Kemenag Teguhkan Pendidikan Agama sebagai Investasi Peradaban Bangsa