Suara.com - Komunitas Yahudi yang berada di Austria menolak Palestina merdeka, saat ini, negara mayoritas penduduk beragama Islam itu masih terus dijajah oleh Israel dengan dukungan dari Amerika Serikat (AS).
Penolakan itu terjadi saat Kongres Palestina Merdeka (Free Palestine) di Wina ibu kota Austria baru-baru ini.
Kongres Palestina Merdeka ini menghadapi penolakan dari sejumlah aktor politik, termasuk komunitas Yahudi Austria, yang menekan polisi untuk melarang acara ini.
Wilhelm Lagthaler, salah satu penyelenggara, menggambarkan pembatalan ini sebagai "penghalangan gaya Wina," namun ia mencatat bahwa rencana cadangan memungkinkan kongres itu tetap berjalan.
Hanin Zuabi, mantan anggota parlemen Israel, dan Azzam Tamimi, seorang jurnalis Palestina-Inggris, termasuk di antara sejumlah pembicara terkemuka dalam kongres tersebut.
Pemimpin Barat Khawatir Generasi Muda Memahami 'Kebenaran' Tentang Palestina
Tamimi menyoroti perubahan persepsi global terhadap perlawanan Palestina setelah 7 Oktober 2023, dengan menyebutnya sebagai "perjuangan untuk kebebasan dan martabat melawan ideologi Zionis" ketimbang sekadar sengketa wilayah.
Ia menjelaskan bahwa para pemimpin di negara-negara Barat khawatir generasi muda akan melihat 'kebenaran' tentang perlawanan Palestina, dan mengatakan: "Mereka takut ketika anak-anak mereka menjabat 10 tahun lagi, mereka akan melihat dunia dengan cara yang berbeda. Anak-anak mereka akan berada di pihak keadilan dan Palestina."
Zuabi menegaskan bahwa tindakan Israel menargetkan semua warga Palestina, bukan hanya kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dan menyatakan bahwa Israel menganggap keberadaan mereka sebagai ancaman.
Baca Juga: Dramatis! Pria Coba Bakar Diri di Tengah Demo Membara Kecam Perang Gaza
Meskipun menghadapi tantangan, para penyelenggara kongres melaporkan banyak orang menghadiri acara tersebut, yang menandakan minat internasional terus berlanjut terhadap perjuangan Palestina merdeka.
Konflik Israel-Palestina
Sudah ada puluhan ribu orang tewas di Jalur Gaza, Palestina imbas serangan yang diluncurkan oleh Israel pada 7 Oktober 2024 hingga detik ini.
Hal itu tentu menjadi sorotan banyak pihak di berbagai negara. Kali ini Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia (UI), Sya'roni Rofii turut buka suara.
Perlu diketahui, bahwa konflik Palestina dan Israel terhitung telah terjadi lebih dari setengah abad lalu. Berbagai langkah diplomatik dalam bentuk perjanjian dan prakarsa telah beberapa kali dilakukan untuk mencapai perdamaian.
Namun, berbagai upaya tersebut tidak berhasil dan konflik antar keduanya masih terjadi hingga saat ini.
Kepada Suara.com, Sya'roni sapaan akrabnya memberikan gambaran sekilas soal konflik Israel vs Palestina tersebut.
Peristiwa itu kata dia tentunya tidak lepas dari adanya serangan pada 7 Oktober 2024 oleh kelompok Hamas ke Israel.
Hal tersebut tentunya menjadi sebuah peristiwa yang tidak dapat diprediksi oleh Israel, meski negara Zionis itu memiliki intelijen yang luar biasa hebatnya.
"Menurut saya apa yang terjadi saat ini memang tidak lepas dari peristiwa 7 Oktober 2023, dimana ada serangan dari Hamas ke Israel. Kemudian serangan itu menjadi sesuatu tidak diprediksi Israel, kendati Israel memiliki intelijen yang luar biasa hebatnya," katanya dihubungi Suara.com.
Padahal, banyak negara yang menilai pertahanan Israel sangat sulit ditembus. Namun, peristiwa 7 Oktober itu dibantah keras dengan adanya serangan dari Hamas.
"Pertahanan di udara dan darat dan semua teritori kelihatannya susah ditembus, tapi bisa ditembus juga (Oleh Hamas)," dia berujar.
Tentunya, kata pengamat UI itu, serangan yang dilancarkan oleh Hamas tentu menjadi pukulan besar bagi Israel.
"Bagi Israel itu pukulan, bahaimana mereka berusaha untuk memulihkan citra kekuatan penting di kawasan. Lebih dari itu, ada sandera yang di ambil oleh Hamas jumlahnya kurang lebih ratusan, ada yang dilepas ada juga yang masih disandera," imbuh dia.
Namun, ditengah tujuan PM Israel, Benjamin Netanyahu melakukan politik Membumihanguskan Gaza, ada tekanan dari warganya sendiri untuk membebaskan sandera.
"Jadi memang di Israel sendiri saya kira, pemerintah PM Israel, Benjamin Netanyahu mendapat tekanan dari warga Israel, bahwa sandera harus dibebaskan disisi lain natanyahu menggunakan membebaskan sandera politik bumi hangus," ucap Roni sapaan akrabnya juga.
Dia menilai, bahwa peristiwa yang saat ini terjadi di Gaza merupakan sejarah dan konflik baru Israel-Palestina, hingga memerlukan sudut pandang yang cukup luas.
"Dan berusaha membumi hanguskan Gaza, sehingga pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Saya kira peristiwa terakhir itu adalah babak baru dalam sejarah konflik Israel Palestina. Saya kira ini merupakan sejarah konflik ini. Ini memerlukan sudut pandang sangat luas," tegasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat
-
Harta Kekayaan Minus Wahyudin Moridu di LHKPN, Anggota DPRD Ngaku Mau Rampok Uang Negara
-
Dapat Kesempatan Berpidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Bakal Terbang ke New York?
-
SPBU Swasta Wajib Beli BBM ke Pertamina, DPR Sebut Logikanya 'Nasi Goreng'
-
Menkeu Purbaya hingga Dirut Pertamina Mendadak Dipanggil Prabowo ke Istana, Ada Apa?
-
Bukan Kursi Menteri! Terungkap Ini Posisi Mentereng yang Disiapkan Prabowo untuk Mahfud MD
-
Jerit Konsumen saat Bensin Shell dan BP Langka, Pertamina Jadi Pilihan?