Suara.com - Kala Komando Perang Khusus Angkatan Darat Korea Selatan menyatakan bahwa Presiden Yoon Suk Yeol memintanya untuk mengeluarkan anggota parlemen dari gedung Majelis Nasional selama operasi darurat militer yang terjadi minggu lalu.
Letnan Jenderal Kwak Jong-keun mengungkapkan hal ini dalam pertemuan dengan Komite Pertahanan Parlemen pada hari Selasa, menjelaskan bahwa Yoon menghubunginya melalui telepon yang dianggap aman.
"Dia menyatakan bahwa kuorum belum tercapai, sehingga saya harus memaksa masuk dan mengeluarkan mereka," katanya.
Kwak mengacu pada kebutuhan kuorum sebesar 150 dari 300 anggota parlemen untuk mencabut dekrit darurat militer Yoon, yang akhirnya berhasil dengan 190 anggota memberikan suara setuju.
Dia menambahkan bahwa dia berkonsultasi dengan para komandan lapangan mengenai langkah untuk menyerbu gedung parlemen, baik dengan tembakan kosong atau memutuskan aliran listrik agar anggota parlemen tidak melanjutkan pemungutan suara.
Para komandan menyarankan agar tidak melaksanakan tindakan tersebut, dan Kwak mendukung pendapat tersebut.
“Jika tindakan itu dilakukan, pasukan yang terlibat bisa menjadi pelanggar hukum, dan banyak orang bisa terluka akibat pembobolan,” ujarnya. "Saya bilang kepada mereka untuk tidak melanjutkan, dan setelah melihat mereka pergi, saya menghentikan operasi lebih lanjut."
Ketika ditanya apakah dia melaporkan tindakannya kepada Yoon, Kwak mengatakan tidak, tetapi menjelaskan kondisi tersebut kepada Menteri Pertahanan saat itu, Kim Yong-hyun, saat pasukan mundur.
Dia juga memberikan informasi kepada Anggota DPR Park Beom-kye dari Partai Demokrat bahwa dia mengetahui rencana Yoon untuk memberlakukan darurat militer dua hari sebelumnya, pada 1 Desember.
Baca Juga: Komentari Cuaca Jakarta, Oh My Girl Bahas Kebiasaan Sebelum Manggung
"Komandan Kwak tidak melaporkan kepada kejaksaan bahwa dia sudah mengetahui sebelumnya," ungkap Park, menjelaskan bahwa Kwak tidak bersaksi karena para pihak terlibat sepakat mengenai pernyataan yang akan disampaikan.
Mengenai perintah yang diterimanya pada 1 Desember, Kwak menyatakan misinya adalah untuk mengamankan enam lokasi, termasuk Majelis Nasional dan tiga tempat yang terkait dengan Komisi Pemilihan Nasional, serta kantor pusat DP dan Flower Research, sebuah perusahaan survei opini, yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan saat itu melalui telepon aman.
Saat ditanya tentang penggunaan istilah seperti senjata, api, peluru kosong, atau kendaraan lapis baja oleh Yoon, Kwak menyatakan bahwa ia tidak ingat dengan pasti.
Tag
Berita Terkait
-
Mantan Menhan Korsel Bakal Buka-bukaan Soal Darurat Militer
-
Sutradara Squid Game Hwang Dong-hyuk Ikut Tekan Pemakzulan Presiden Korsel
-
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Dicekal di Negara Sendiri, Dilarang ke Luar Negeri!
-
Park Chan-wook hingga Bong Joon-ho Isi Petisi Pemakzulan Yoon Suk-yeol
-
Komentari Cuaca Jakarta, Oh My Girl Bahas Kebiasaan Sebelum Manggung
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Diduga Lakukan Pemerasan hingga Ratusan Juta, Kajari dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri HSU Ditahan KPK
-
Boni Hargens: 5 Logical Fallacies di Argumentasi Komite Reformasi Polri Terkait Perpol 10/2025