Suara.com - Komnas HAM RI menyoroti situasi konflik bersenjata dan persoalan hak masyarakat adat di Papua, khususnya terkait pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB).
Dalam pemaparannya, Komnas HAM menegaskan pentingnya dialog dan penguatan koordinasi untuk mendorong penyelesaian berbagai konflik yang terjadi.
Komisioner Komnas HAM, Prabianto Mukti Wibowo menjelaskan bahwa pelaksanaan PSN di Merauke berpotensi memicu konflik hak kepemilikan lahan masyarakat adat, terutama untuk proyek food estate yang membutuhkan lahan hingga 2 juta hektar.
“Kami telah melakukan kajian terkait PSN secara keseluruhan dan akan segera mengumumkan hasilnya. Khusus di Merauke, kami mendorong adanya ruang dialog antara pemerintah dan masyarakat adat agar hak-hak mereka tetap dihormati,” ujar Prabianto, Rabu (18/12/2024).
Ia menambahkan bahwa masalah komunikasi sering kali menjadi akar persoalan konflik dalam pelaksanaan PSN.
Lantaran itu, Komnas HAM berkomitmen untuk terus memfasilitasi dialog agar prinsip-prinsip HAM tetap terjaga dalam setiap tahap pelaksanaan proyek.
Sementara itu, Komisioner Komnas HAM lainnya, Anis Hidayah menyoroti kondisi daerah otonomi baru yang dianggap rentan terhadap konflik bersenjata.
Ia menjelaskan bahwa kerentanan tersebut bukan disebabkan oleh penambahan provinsi, melainkan karena wilayah tersebut memang sejak lama memiliki sejarah konflik bersenjata.
“Komnas HAM telah menetapkan Papua sebagai isu prioritas sejak 2022. Kami melakukan berbagai strategi, mulai dari penanganan kasus HAM secara hukum hingga penguatan koordinasi dengan stakeholder, seperti pemerintah, masyarakat sipil, dan organisasi masyarakat sipil,” kata Anis.
Baca Juga: Apresiasi Pemulangan Mary Jane dan Bali Nine, Komnas HAM Harap Bukan karena Overcrowd
Selain itu, Komnas HAM juga aktif melakukan pengamatan situasi untuk memetakan persoalan-persoalan utama di Papua, termasuk pengungsi internal yang menjadi dampak dari konflik berkepanjangan.
Dengan berbagai langkah ini, Komnas HAM berharap dapat mendorong penyelesaian konflik di Papua melalui pendekatan yang berbasis hak asasi manusia dan dialog konstruktif antara semua pihak.
Kontributor : Kayla Nathaniel Bilbina
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Usai Dicopot Prabowo, Benarkah Sri Mulyani Adalah Menteri Keuangan Terlama?
-
Inikah Ucapan yang Bikin Keponakan Prabowo, Rahayu Saraswati Mundur dari Senayan?
-
Suciwati: Penangkapan Delpedro Bagian dari Pengalihan Isu dan Bukti Rezim Takut Kritik
-
Viral Pagar Beton di Cilincing Halangi Nelayan, Pemprov DKI: Itu Izin Pemerintah Pusat
-
Temuan Baru: Brimob Dalam Rantis Sengaja Lindas Affan Kurniawan
-
PAN Tolak PAM Jaya Jadi Perseroda: Khawatir IPO dan Komersialisasi Air Bersih
-
CEK FAKTA: Isu Pemerkosaan Mahasiswi Beralmamater Biru di Kwitang
-
Blusukan Gibran Picu Instruksi Tito, Jhon: Kenapa Malah Warga yang Diminta Jaga Keamanan?
-
DPR Sambut Baik Kementerian Haji dan Umrah, Sebut Lompatan Besar Reformasi Haji
-
CEK FAKTA: Viral Klaim Proyek Mall di Leuwiliang, Benarkah?