Suara.com - Downing Street kini berada dalam posisi sulit setelah salah satu orang kepercayaan Donald Trump, Chris LaCivita, menyebut Peter Mandelson, calon Duta Besar Inggris untuk Amerika Serikat, sebagai "benar-benar bodoh". Pernyataan ini sontak memicu kehebohan di kedua sisi Atlantik.
Chris LaCivita, yang dikenal sebagai tokoh sentral dalam lingkaran Trump dan salah satu arsitek kemenangan pemilihan presiden terbaru, menyampaikan komentar tajam ini, tampaknya dengan tujuan menciptakan kegaduhan.
Komentar tersebut sangat kontras dengan pandangan terhadap Karen Pierce, duta besar Inggris saat ini di Washington, yang oleh LaCivita disebut sebagai "profesional yang dihormati secara universal". Ini semakin menyoroti perbedaan pandangan dalam lingkup diplomasi Inggris-Amerika.
Pemerintah Inggris sebelumnya merasa hubungan dengan pemerintahan Trump yang akan datang berada dalam kondisi baik. Upaya diplomatik intensif yang dilakukan Karen Pierce dan timnya telah membuahkan hasil dalam membangun hubungan positif. Namun, komentar LaCivita kini menimbulkan pertanyaan besar tentang persepsi pemerintahan Trump terhadap Mandelson.
Sejauh ini, tim Trump belum memberikan klarifikasi atas komentar LaCivita, termasuk apakah pernyataan tersebut mencerminkan pandangan Trump secara pribadi atau hanya opini pribadi LaCivita. Namun, hal ini memunculkan pertanyaan serius tentang penilaian pemerintah Inggris dalam menunjuk Mandelson.
Downing Street dianggap lalai karena tidak mengantisipasi reaksi negatif ini, terutama mengingat jejak rekam Mandelson di dunia politik dan komentarnya yang kontroversial di beberapa kesempatan.
Jika kontroversi ini terus berkembang, penunjukan Mandelson sebagai duta besar dapat menjadi batu sandungan dalam hubungan Inggris-Amerika, meskipun ia memiliki pengalaman luas dalam perdagangan internasional yang dianggap sebagai aset penting.
Namun, jika Downing Street berhasil meredam situasi ini dengan diplomasi yang cermat, skandal ini mungkin hanya menjadi catatan kecil dalam perjalanan hubungan bilateral kedua negara.
Untuk saat ini, tekanan ada pada Downing Street untuk menjelaskan dan memastikan bahwa kepercayaan terhadap hubungan Inggris-Amerika tetap terjaga di tengah transisi politik yang sensitif ini.
Baca Juga: 2 Ribu Tentara Amerika Serikat Ditempatkan di Suriah, Untuk Apa?
Berita Terkait
-
2 Ribu Tentara Amerika Serikat Ditempatkan di Suriah, Untuk Apa?
-
Usai Borong Oscar, Sutradara Oppenheimer Dapat Gelar Kehormatan dari Kerajaan Inggris
-
Padahal Belum Dilantik Donald Trump Sudah Bikin Kontroversi Jelang Kepemimpinan Periode Kedua, Apa Saja Tingkahnya?
-
Terungkap! Jumlah Asli Pasukan AS di Suriah Ternyata Dua Kali Lipat yang Dilaporkan
-
PM Inggris Keir Starmer Tunjuk Peter Mandelson Sang Pangeran Kegelapan Sebagai Dubes untuk AS
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU
-
Rais Aam PBNU Kembali Mangkir, Para Kiai Sepuh Khawatir NU Terancam Pecah
-
Puasa Rajab Berapa Hari yang Dianjurkan? Catat Jadwal Berpuasa Lengkap Ayyamul Bidh dan Senin Kamis
-
Doa Buka Puasa Rajab Lengkap dengan Artinya, Jangan Sampai Terlewat!
-
Pedagang Korban Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Mulai Tempati Kios Sementara