Suara.com - Meskipun Donald Trump masih memiliki waktu satu bulan sebelum resmi dilantik kembali sebagai Presiden Amerika Serikat, langkah-langkah kontroversialnya sudah mulai mendominasi pemberitaan. Dalam waktu singkat, Trump telah memicu kebingungan melalui pernyataan meremehkan Kanada, mengintimidasi media, dan menggagalkan kesepakatan anggaran di Kongres.
“Kita akan melihat lebih banyak kekacauan di periode kedua Trump dibandingkan yang pertama,” ujar Todd Belt, profesor ilmu politik di Universitas George Washington.
Belt menambahkan bahwa putusan Mahkamah Agung yang memberikan kekebalan luas kepada presiden untuk tindakan resmi akan semakin membuka peluang Trump untuk bertindak sesuai impulsnya.
Trump kembali berhasil menarik perhatian publik dan menggeser sorotan dari Presiden Joe Biden yang hampir menghilang dari pandangan selama minggu-minggu terakhir masa jabatannya.
Pada Senin lalu, Trump menggelar konferensi pers perdananya setelah kemenangan di pemilu 5 November, berbicara selama lebih dari satu jam tentang berbagai topik sembari menikmati sorotan yang diberikan media.
“Semua orang ingin menjadi teman saya,” ujarnya, merujuk pada kunjungan para CEO teknologi dan pemimpin bisnis ke kediamannya di Florida.
Namun, Trump juga menegaskan keinginannya untuk “merapikan” media—sebuah langkah yang selama ini ditunjukkan melalui tuntutan hukum dari timnya. Pengamat dan kelompok hak asasi manusia menyatakan keprihatinan bahwa pendekatan ini dapat memperburuk kebebasan pers.
Gaya komunikasi Trump tetap menjadi teka-teki, dengan pernyataan yang sering kali samar dan bertentangan. Contohnya, dalam isu vaksin, Trump mengaku sebagai “pendukung besar” vaksin polio tetapi juga menyebarkan keraguan terkait kaitan vaksinasi dan autisme—sebuah teori yang telah lama dibantah oleh para ahli.
“Ini ada yang salah. Dan kita akan coba mencari tahu apa itu,” ucap Trump, mengaitkan lonjakan angka autisme di AS dengan faktor yang belum jelas.
Baca Juga: PM Inggris Keir Starmer Tunjuk Peter Mandelson Sang Pangeran Kegelapan Sebagai Dubes untuk AS
Padahal, para pakar menyatakan peningkatan tersebut disebabkan oleh perubahan kriteria diagnosis, peningkatan kesadaran, dan skrining yang lebih baik.
Kebingungan serupa muncul ketika Trump bercanda bahwa menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 adalah “ide yang bagus.” Pernyataan tersebut langsung memicu spekulasi dan respons beragam dari media, diplomat, dan para analis.
Di tengah kontroversi yang disulut oleh Trump, para pelaku ekonomi menghadapi tantangan besar. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menyatakan bahwa kebijakan Trump mendatang penuh ketidakpastian.
“Kita benar-benar tidak tahu kebijakan seperti apa yang akan diterapkan—tarif apa, dari negara mana, berapa lama, dan sebesar apa. Kita juga belum tahu apakah akan ada tarif balasan,” ujar Powell.
Ketidakpastian tersebut membuat pasar saham anjlok pekan ini, terutama setelah The Fed menaikkan proyeksi inflasi dan memperlambat laju pemangkasan suku bunga untuk tahun depan.
Kekacauan di periode kedua Trump diperkirakan semakin memanas dengan kehadiran Elon Musk, pengusaha terkaya di dunia sekaligus CEO SpaceX, Tesla, dan X. Musk kerap menunjukkan minatnya untuk ikut campur dalam perdebatan politik, termasuk ikut menyuarakan pendapat dalam diskusi anggaran di Kongres minggu ini.
Berita Terkait
-
PM Inggris Keir Starmer Tunjuk Peter Mandelson Sang Pangeran Kegelapan Sebagai Dubes untuk AS
-
Putin Siap Bernegosiasi, Tantang Barat Uji Pertahanan Melawan Rudal Hipersonik: Kita Lihat Apa yang Terjadi!
-
Heboh! Trump Sebut Kanada Negara Bagian ke-51, Trudeau Disebut "Gubernur"
-
Trump Gugat Media Atas Survei yang Unggulkan Kamala Harris di Iowa
-
Trump Klaim Kecurangan Juri, Upaya Batalkan Vonis Kasus Stormy Daniels Ditolak
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Kasus Siswa Keracunan MBG di Jakarta Capai 60 Anak, Bakteri jadi Biang Kerok!
-
Polisi Masih Dalami Sosok 'Bjorka' yang Ditangkap di Minahasa, Hacker Asli atau Peniru?
-
Rano Karno Sebut Penting Sedot Tinja 3 Tahun Sekali: Kalau Tidak bisa Meledak!
-
Korban Tewas Ponpes Al Khoziny Ambruk Jadi 14 Orang, Tim DVI Terus Identifikasi Santri Belasan Tahun
-
Diragukan Bjorka Asli, Dalih Polisi Ciduk WFH Pemuda Tak Lulus SMK yang Diklaim Bobol Data Bank
-
Viral Korban Kecelakaan Diduga Ditolak Puskesmas, Dibiarkan Tergeletak di Teras
-
Ombudsman RI Saran RUU Perampasan Aset Harus Perjelas Kerugian Akibat Korupsi dan Langgar HAM
-
Detik-detik Artis Keturunan Indonesia Ardell Aryana Disandera Tentara Israel saat Live TikTok
-
Rocky Gerung Pasang Badan Bebaskan Aktivis Kasus Demo Agustus: Mereka Bukan Kriminal!
-
Pastikan Serapan Anggaran MBG Membaik, Luhut: Menkeu Tak Perlu Ambil Anggaran yang Tak Terserap