Suara.com - Banyak yang penasaran dengan riwayat pendidikan Effendi Gazali setelah baru-baru ini memberikan pernyataan yang keras terkait pencopotan Shin Tae Yong (STY) sebagai pelatih Timnas Indonesia oleh PSSI. Lantaran, pemecatan STY dianggap publik terkesan mendadak dan buru-buru.
Ia mengungkapkan bahwa jika timnas Indonesia gagal memenangkan pertandingan berikutnya dalam ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI bisa menghadapi krisis yang cukup besar, bahkan berujung pada desakan "all" out. Dimana publik mengartikannya sebagai desakan kepada seluruh jajaran pengurus PSSI untuk copot jabatan jika prestasi Timnas merosot.
Dalam forum diskusi yang ditayangkan di TV nasional itu, Effendi menekankan bahwa kesalahan komunikasi antara berbagai pihak dalam federasi sepak bola Indonesia selama ini menjadi salah satu penyebab utama kebingungan publik mengenai keputusan-keputusan penting dalam dunia sepak bola tanah air.
Riwayat Pendidikan Effendi Gazali
Effendi Gazali lahir pada 5 Desember 1966, dikenal sebagai pengamat komunikasi politik dan sepak bola. Selain memiliki karier yang cemerlang di dunia akademik dan media, Effendi juga terlibat dalam dunia sepak bola Indonesia, memberikan pandangannya yang cukup tajam terkait kinerja PSSI.
Effendi Gazali mengawali pendidikan tinggi di Universitas Indonesia (UI), di mana ia meraih gelar Sarjana Komunikasi pada tahun 1990. Ia kemudian melanjutkan studi pascasarjana di bidang yang sama dan meraih gelar Master dalam bidang Komunikasi pada tahun 1996.
Tak berhenti di situ, Effendi semakin memperdalam pengetahuannya dengan melanjutkan studi ke luar negeri. Ia memperoleh gelar Master dalam bidang International Development, dengan konsentrasi pada International Communication, dari Universitas Cornell di Ithaca, New York, pada tahun 2000.
Setelah menyelesaikan pendidikan magisternya, Effendi kembali melanjutkan studi ke jenjang doktoral. Ia meraih gelar Ph.D. dalam bidang Komunikasi Politik dari Radboud University Nijmegen, Gelderland, Belanda, pada tahun 2004.
Disertasinya yang berjudul Communication of Politics & Politics of Communication in Indonesia: A Study on Media Performance, Responsibility, and Accountability diterbitkan oleh Radboud University Press pada tahun yang sama.
Karier Akademik dan Penghargaan
Effendi Gazali memiliki karier akademik yang gemilang. Ia menjabat sebagai dosen di program pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia dan juga di Sekolah Pascasarjana Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Sebagai akademisi, ia sering kali memberikan pandangan yang tajam dalam berbagai isu politik dan media.
Baca Juga: Beda Gaji Ketum PSSI dan Menteri BUMN: Bayaran Dobel Erick Thohir jadi Pejabat Negara
Sebagai penghargaan atas kontribusinya dalam dunia akademik, Effendi Gazali pernah meraih beberapa penghargaan bergengsi. Pada tahun 2003, ia dinobatkan sebagai Peneliti Terbaik UI di bidang Social & Humanity, berkat publikasinya di jurnal internasional.
Ia juga menerima penghargaan dari International Communication Association (ICA) pada tahun 2004, dalam acara ICA Annual Conference di New Orleans. Penghargaan ini diberikan untuk kategori Research, Teaching & Publication oleh ICA Instructional & Developmental Division.
Namun, Effendi Gazali memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai dosen di Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) pada awal tahun 2021.
Keputusan ini diambil setelah ia merasa kecewa dengan pemberitaan yang menimpanya ketika dipanggil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus korupsi ekspor benur.
Sebagai bagian dari pengunduran dirinya, Effendi juga mengembalikan gelar profesor yang ia raih kepada negara, yang menjadi salah satu bentuk protes terhadap dunia jurnalistik yang ia anggap semakin tidak objektif. Demikianlah informasi terkait riwayat pendidikan Effendi Gazali.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas
Berita Terkait
-
Beda Gaji Ketum PSSI dan Menteri BUMN: Bayaran Dobel Erick Thohir jadi Pejabat Negara
-
Tanpa STY di Sisi Lapangan, Akankah SUGBK Bakal Penuh di Bulan Maret Nanti?
-
Kualifikasi Piala Dunia, Timnas Indonesia dan Laga Lawan Bahrain yang Tak Lagi Spesial
-
Alex Pastoor dan Denny Landzaat Jadi Staff Kepelatihan, Apa Rencana PSSI?
-
Kontroversi STY Out! PSSI Klaim Sudah Beri Segalanya untuk Pelatih Korsel
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Mensos Sebut Penggalang Donasi Tanpa Izin Terancam Sanksi Rp10 Ribu: Warisan UU Tahun 60-an
-
Komisi Reformasi Pertimbangkan Usulan Kapolri Dipilih Presiden Tanpa Persetujuan DPR
-
Ironi Hakordia, Silfester Matutina Si Manusia Kebal Hukum?
-
Mensos Sebut Donasi Bencana Boleh Disalurkan Dulu, Izin dan Laporan Menyusul
-
Usai dari Pakistan, Prabowo Lanjut Lawatan ke Moscow, Bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
-
Tragedi Terra Drone: Kenapa 22 Karyawan Tewas? Mendagri Siapkan Solusi Aturan Baru
-
Solidaritas Nasional Menyala, Bantuan Kemanusiaan untuk Sumatra Tembus 500 Ton
-
Nestapa Korban Tewas di Kebakaran Kantor Drone, KemenPPPA Soroti Perlindungan Pekerja Hamil
-
Ketua DPD RI Soal Bencana Sumatera Masih Tutup Keran Bantuan Asing: Bangsa Kita Masih Mampu
-
Kebakaran Gedung Terra Drone Jadi Alarm, Mendagri Panggil Kepala Daerah Bahas Izin Bangunan