Suara.com - Ratusan tentara Meksiko dikerahkan ke perbatasan dengan Amerika Serikat pada Selasa sebagai bagian dari kesepakatan yang menghentikan ancaman tarif 25 persen terhadap impor Meksiko. Kesepakatan tersebut mewajibkan Meksiko untuk menindak perdagangan fentanyl yang selama ini menjadi perhatian utama pemerintah AS.
Pasukan Meksiko akan ditempatkan di titik-titik rawan di sepanjang perbatasan yang memiliki tingkat tinggi migrasi ilegal serta perdagangan narkotika dan senjata. Wilayah yang menjadi fokus utama dalam operasi ini mencakup negara bagian perbatasan Baja California, Sonora, dan Tamaulipas, sebagaimana diungkap oleh tiga pejabat militer dan pemerintah yang mengetahui rencana tersebut.
Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, mengungkapkan bahwa sebagai bagian dari kesepakatan ini, AS juga telah berjanji untuk menghentikan aliran senjata berdaya tinggi ke Meksiko. Langkah ini dianggap sebagai upaya bersama untuk mengurangi kekerasan yang kerap dipicu oleh kelompok kriminal yang mendapatkan pasokan senjata dari AS.
Rencana besar ini mencakup pengerahan hingga 10.000 tentara ke perbatasan Meksiko-AS. Meski demikian, beberapa analis mengkhawatirkan dampak dari penempatan pasukan dalam jumlah besar ini. Mereka menilai bahwa fokus besar pada perbatasan berpotensi membuat daerah lain di Meksiko menjadi lebih rentan terhadap ancaman keamanan.
"Presiden menghadapi tekanan besar dalam membuat keputusan ini," ujar Andres Sumano, peneliti di Colegio de la Frontera Norte (Colef).
Ia menambahkan bahwa tekanan dari AS terkait kebijakan perdagangan bisa berdampak signifikan terhadap ekonomi Meksiko jika tidak segera ditangani.
Seandainya kesepakatan ini tidak tercapai, perang dagang antara Meksiko dan AS bisa berujung pada resesi bagi ekonomi Meksiko. Sementara itu, konsumen di AS juga akan terdampak dengan kenaikan harga produk impor dari Meksiko, termasuk mobil dan truk yang selama ini menjadi andalan perdagangan antara kedua negara.
Sebelumnya, AS dan Meksiko mencapai kesepakatan penting pada Senin (5/2), dengan AS menyetujui penundaan tarif impor barang Meksiko selama satu bulan. Keputusan ini diambil setelah pembicaraan antara Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dan Presiden AS Donald Trump, yang bertujuan untuk meredakan ketegangan dagang dan meningkatkan kerja sama dalam pemberantasan perdagangan narkotika.
“Kami melakukan diskusi yang baik dengan Presiden Trump, dengan penuh rasa hormat terhadap hubungan bilateral dan kedaulatan masing-masing negara,” ujar Sheinbaum melalui unggahan di media sosial X.
Baca Juga: Tuai Kontroversi, Trump Kirim Kriminal ke Penjara 'Neraka di Bumi'
Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Meksiko akan segera memperketat pengamanan di perbatasan utaranya dengan mengerahkan 10.000 pasukan Garda Nasional. Langkah ini bertujuan untuk mencegah penyelundupan narkotika, khususnya fentanyl, ke AS. Sementara itu, AS berjanji akan mengambil tindakan lebih lanjut guna menghentikan arus masuk senjata berkaliber tinggi ke Meksiko.
“Amerika Serikat berkomitmen untuk mencegah perdagangan senjata ilegal ke Meksiko,” tambah Sheinbaum, menegaskan bahwa kedua negara akan mulai bekerja sama dalam isu keamanan dan perdagangan mulai pekan ini.
Trump, dalam unggahan di media sosialnya, mengonfirmasi penundaan tarif dan menyebut perbincangannya dengan Sheinbaum berlangsung dalam suasana yang sangat bersahabat.
“Tarif ditunda selama satu bulan ke depan,” ungkap Trump, seraya menegaskan bahwa kedua negara akan menggunakan waktu ini untuk melakukan negosiasi lebih lanjut.
Kesepakatan ini muncul setelah pengumuman Trump pada Sabtu (3/2) mengenai penerapan tarif besar-besaran terhadap Meksiko, Kanada, dan China akibat meningkatnya ancaman dari imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba. Pengumuman tersebut sempat memicu reaksi keras dari Meksiko, dengan Sheinbaum mengancam akan melakukan tindakan balasan jika kebijakan itu tetap diberlakukan.
Berita Terkait
-
Tuai Kontroversi, Trump Kirim Kriminal ke Penjara 'Neraka di Bumi'
-
6 Terluka dalam Serangan Penembakan di Pos Pemeriksaan Tepi Barat, Penyerang Tewas
-
Gertak Elon Musk, Trump Ingatkan Siapa yang Berkuasa di Gedung Putih
-
Donald Trump: Tidak Ada Jaminan Perdamaian di Gaza
-
Netanyahu Temui Trump: Bahas Gencatan Senjata Gaza dan Strategi Melawan Iran
Terpopuler
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
Terkini
-
Suyudi-Dedi Prasetyo Calon Kuat, Seabrek 'Dosa' Era Kapolri Listyo Mesti Ditanggung Penerusnya!
-
Tiga Mahasiswa Dinyatakan Hilang, Polda Metro Jaya Buka Posko Pengaduan
-
Isu Listyo Sigit Diganti, ISESS Warning Keras: Jangan Pilih Kapolri dengan Masa Jabatan Panjang
-
'Ganti Kapolri' Trending, Data INDEF Ungkap Badai Kemarahan Publik di X dan TikTok, Ini Datanya
-
Marak Pencurian Kabel Traffic Light di Jakarta, Pramono Ogah Penjarakan Pelaku: Humanisme Penting!
-
Gigit Jari! Bansos Disetop Imbas Ribuan Warga Serang Banten 'Dibudaki' Judol, Termasuk Belasan ASN
-
Cegah Siswa Keracunan, BGN Ajari Penjamah di Mimika soal MBG: Diiming-imingi Sertifikat Hygiene!
-
Isu Pergantian Kapolri, Pengamat Sebut Rekam Jejak Hingga Sensitivitas Sosial Jadi Parameter
-
Pengamat Sebut Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Punya Tantangan untuk Reformasi Polri
-
Duit 'Panas' Korupsi Haji, A'wan PBNU Desak KPK Segera Tetapkan Tersangka: Jangan Bikin Resah NU!