Suara.com - Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, pada Rabu (5/2), mengumumkan bahwa Israel akan memboikot Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC), dengan menuduh lembaga tersebut bersikap anti-Semit dan hanya berfokus menyerang Israel.
“Badan ini lebih banyak menyerang negara demokratis dan menyebarkan anti-Semitisme dibandingkan benar-benar mempromosikan hak asasi manusia,” tulis Saar dalam sebuah unggahan di platform X.
Saar mengklaim bahwa Israel menjadi satu-satunya negara yang memiliki agenda khusus di UNHRC dan menerima lebih banyak resolusi daripada Iran, Kuba, Korea Utara, dan Venezuela jika digabungkan.
"Israel bergabung dengan Amerika Serikat dan tidak akan lagi berpartisipasi dalam UNHRC," tambahnya.
Respon UNHRC: Israel Tidak Bisa "Mundur"
Juru bicara UNHRC, Pascal Sim, menanggapi pernyataan Israel dengan menegaskan bahwa Israel hanya memiliki status pengamat di dewan tersebut dan bukan bagian dari 47 negara anggota yang memiliki hak suara.
"Sebagai negara dengan status pengamat, Israel sebenarnya tidak dapat 'mengundurkan diri' dari dewan," kata Sim.
Israel memang sebelumnya mengikuti tinjauan berkala yang wajib diikuti oleh semua anggota PBB di UNHRC. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, negara tersebut memilih untuk memboikot perdebatan mengenai situasi hak asasi manusia di Palestina dan wilayah Arab yang diduduki.
Langkah AS dan Pemutusan Hubungan dengan UNRWA
Baca Juga: Rencana Trump Soal Gaza Picu Kecaman Global, Saudi Sebut Pendudukan Israel Akar Masalah
Boikot Israel terhadap UNHRC ini sejalan dengan kebijakan Amerika Serikat. Presiden AS, Donald Trump, sehari sebelumnya menandatangani perintah eksekutif yang menarik Washington dari berbagai badan PBB, termasuk UNHRC.
Selain itu, AS juga menarik dukungan dari badan PBB yang menangani pengungsi Palestina, UNRWA. Langkah ini diikuti Israel, yang pada Kamis (6/2) memutus hubungan dengan UNRWA dengan menuduh lembaga tersebut melindungi kelompok militan Hamas.
Keputusan ini diperkirakan akan semakin memperkeruh ketegangan antara Israel, Palestina, dan komunitas internasional dalam isu hak asasi manusia serta kebijakan Israel di wilayah pendudukan.
Berita Terkait
-
Rencana Trump Soal Gaza Picu Kecaman Global, Saudi Sebut Pendudukan Israel Akar Masalah
-
Hamas Tolak Keras Rencana Trump 'Ambil Alih' Gaza: Serangan Terhadap Hak Palestina
-
Trump Ingin Ambil Alih Gaza dan Menjadikannya Kawasan Wisata Timur Tengah
-
PBB Buka Peluang Karir dan Relawan bagi Mahasiswa, Simak Caranya!
-
Menag Sebut Israel Jadi Penyebab Negara Timur Tengah Sulit Lahirkan Peradaban Islam Modern
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Merasa Terlindungi, Barang Pemberian Kapolda Herry Heryawan Bikin Penyandang Tunarungu Ini Terharu
-
Kolaborasi Bareng DPRD DKI, Pramono Resmikan Taman Bugar Jakbar
-
Menteri Hukum Ultimatum PPP: Selesaikan Masalah Internal atau AD/ART Jadi Penentu
-
Satu Bulan Tragedi Affan Kurniawan: Lilin Menyala, Tuntutan Menggema di Benhil!
-
Polemik Relokasi Pedagang Pasar Burung Barito, DPRD DKI Surati Gubernur Pramono Anung
-
Siapa Ketum PPP yang Sah? Pemerintah akan Tentukan Pemenangnya
-
KPAI Minta Polri Terapkan Keadilan Restoratif untuk 13 Anak Tersangka Demonstrasi
-
Program Magang Fresh Graduate Berbayar Dibuka 15 Oktober, Bagaimana Cara Mendaftarnya?
-
DPR RI Kajian Mendalam Putusan MK soal Tapera, Kepesertaan Buruh Kini Sukarela
-
Setelah Kasih Nilai Merah, ICW Tagih Aksi Nyata dari Pemerintah dan Aparat Penegak Hukum