Suara.com - Program pendidikan karakter berbasis disiplin ketat yang digagas oleh mantan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, kembali menjadi sorotan publik setelah menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan.
Kebijakan yang mengarahkan siswa dengan perilaku nakal untuk mengikuti pelatihan ala barak militer ini sempat menuai kritik keras, salah satunya datang dari seorang wali murid asal Babelan, Kabupaten Bekasi, Adhel Setiawan.
Dalam sebuah acara televisi, Adhel dengan lantang menolak kebijakan tersebut dengan membandingkannya dengan sistem pendidikan di Finlandia, negara yang dikenal memiliki kualitas pendidikan terbaik di dunia.
“Yang pendidikannya maju nih, Finlandia dan lain sebagainya, gak ada satu pun menggunakan instrumen militer,” ujar Adhel seperti Suara.com kutip pada Selasa (20/5/2025).
Ia bahkan meragukan pemahaman Dedi Mulyadi terhadap filosofi pendidikan yang berakar dari nilai-nilai kemanusiaan dan empati. Namun pernyataan tersebut justru dibantah oleh seorang netizen Indonesia yang tinggal dan bekerja sebagai guru taman kanak-kanak di Finlandia.
Melalui akun TikTok-nya @diananjs, Diana memberikan penjelasan rinci yang mengejutkan banyak warganet. Menurut Diana, sistem serupa barak militer juga diterapkan di Finlandia, meski dengan pendekatan yang lebih halus dan nama yang berbeda.
“Disini tuh namanya adalah kayak family center gitu, ada bahasa Finlandianya sendiri,” jelas Diana.
Ia melanjutkan bahwa tempat tersebut diperuntukkan bagi anak-anak yang mengalami masalah perilaku serius, seperti tidak mau sekolah, sering tawuran, kecanduan alkohol atau zat terlarang, hingga berasal dari keluarga disfungsional.
“Mereka itu akan dimasukkan ke dalam sekolah ini dan dia pun menginap disitu. Jadi dia tidak tinggal dengan keluarganya,” terang Diana.
Baca Juga: Kontroversi Kolegia: Kemenkes atau Organisasi Profesi? Ini Sikap FK Unpad
Meski bukan barak militer dalam arti harfiah, sistemnya kata Diana mirip dalam hal pengawasan ketat dan penanaman disiplin. Anak-anak juga tidak sepenuhnya dikurung, karena tetap bersekolah di luar institusi tersebut dan diantar jemput oleh aparat keamanan.
“Untuk antar jemput ke sekolah itu melakukan yang antar jemputnya itu bapak polisi… polisi sama TNI sama nggak sih? Beda ya, tapi itu militer juga nggak sih? Jatuhnya sama-sama aparat negara kan, aparat keamanan kan,” ungkap Diana dengan nada kritis namun informatif.
Diana juga menyoroti bahwa di pusat rehabilitasi tersebut tersedia fasilitas lengkap seperti dokter, psikolog, psikiater, dan guru. Anak-anak juga mendapatkan makan gratis, serta lingkungan yang kondusif untuk membentuk kembali perilaku dan karakter mereka.
Meski metode pelatihan di barak militer terkesan keras, sistem ini bukan tanpa dukungan. Sebagian orang tua dan pengamat pendidikan melihatnya sebagai solusi alternatif dalam mengatasi krisis moral generasi muda yang sulit ditangani dengan pendekatan konvensional.
Dengan kemunculan testimoni dari Diana, warga Indonesia yang bekerja di sistem pendidikan Finlandia, kini masyarakat memiliki perspektif baru: bahwa sistem pendidikan terbaik dunia pun memiliki cara tersendiri dalam menangani anak-anak bermasalah dan itu tidak sepenuhnya jauh berbeda dari gagasan Dedi Mulyadi.
Seperti yang disampaikan Diana dalam penutup videonya, “Secara nggak langsung, disini aku mau bilang kepada Gubernur Jawa Barat, Bapak hebat karena sudah menerapkan sistem yang ada disini, dibawa ke Indonesia, negara kita tercinta.”
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
BPJS Kesehatan Angkat Duta Muda: Perkuat Literasi JKN di Kalangan Generasi Penerus
-
Kondisi Gunung Semeru Meningkat ke Level Awas, 300 Warga Dievakuasi
-
Soal Pelimpahan Kasus Petral: Kejagung Belum Ungkap Alasan, KPK Bantah Isu Tukar Guling Perkara
-
Semeru Status Awas! Jalur Krusial Malang-Lumajang Ditutup Total, Polisi Siapkan Rute Alternatif
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Resmi Limpahkan Kasus ke Tangan KPK, Ada Apa?
-
DPR-Kemdiktisaintek Kolaborasi Ciptakan Kampus Aman, Beradab dan Bebas Kekerasan di Sulteng
-
Fakta Baru Sengketa Tambang Nikel: Hutan Perawan Dibabat, IUP Ternyata Tak Berdempetan
-
Survei RPI Sebut Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Polri Tinggi, Ini Penjelasannya
-
Momen Roy Suryo Walk Out dari Audiensi Reformasi Polri, Sentil Otto Hasibuan: Harusnya Tahu Diri
-
Deteksi Dini Bahaya Tersembunyi, Cek Kesehatan Gratis Tekan Ledakan Kasus Gagal Ginjal