Suara.com - Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy (Rommy) dinilai terlalu bersikap pragmatis dan spekulatif dalam menjagokan Andi Amran Sulaiman menjadi ketua umum PPP periode 2025-2030.
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, menjelaskan, Rommy dinilai pragmatis karena mengajukan Andi Amran yang latar belakangnya tidak sesuai dengan visi dan misi peruangan PPP.
"Ini artinya, ideologi Andi Amran tak sejalan dengan ideologi PPP," kata Jamiluddin dalam keterangannya, Minggu (30/5/2025).
Lantas kemudian, lanjut Jamiluddin, sangat wajar bila dukungan Rommy terhadap Andi Amran justru mendapat penolakan di internal PPP. Rommy dituding ingin menggadaikan PPP ke calon eksternal, khususnya pengusaha.
Menurut Jamiluddin, apabila ada alasan kapitalisme di balik dukungan Rommy tersebut, menurutnya, kader PPP juga ada yang lebih kaya raya. Dia menyebutkan nama Sandiaga Uno yang saat ini sudah berstatus kader PPP dan dikenal sebagai pengusaha sukses.
"Kapital Sandiaga Uno tak kalah dengan Andi Amran. Bedanya, Sandiaga Uno kader PPP dan sudah memahami persis ideologi partai. Jadi, kalau hanya ingin mendapatkan kapital, tentu Sandiaga Uno sudah lebih dari cukup. Sandiaga tentu akan mengeluarkan kapitalnya bila dipilih menjadi ketum PPP," ujarnya.
Namun demikian, Jamiluddin menduga kalau dukungan terhadap Andi Amran juga karena rekomendasi dari mantan presiden Joko Widodo. Rommy dinilai masih terpukau dengan kehebatan Jokowi.
"Seolah siapa saja yang direkomendasikan Jokowi menjadi ketum pasti berhasil," kata Jamiluddin.
Namun, anggapan seperti itu, menurutnya keliru mengingat Jokowi saat ini hanya warga negara biasa dan seharusnya tidak punya kekuasaan yang dapat mendikte siapa saja untuk mengikuti kehendaknya.
Baca Juga: Masuk Bursa Caketum, Elite PPP Sebut Jokowi Disenangi Ulama: Buktinya Maruf Amin jadi Wapres
"Jadi, kalau Rommy berharap PPP akan kembali berjaya karena ketumnya hasil rekomendasi Jokowi, maka peluang kecewa akan sangat besar. Sebab, saat ini citra dan reputasi Jokowi sudah rendah. Hal ini membuat kepercayaan masyarakat terhadap Jokowi juga rendah," tuturnya.
Karena itu, menjadi kontra produktif bila mendukung calon ketum PPP hasil rekomendasi Jokowi. Internal partai dan masyarakat akan antipati terhadap calon ketum PPP bila nantinya terpilih.
"Jadi, Rommy sangat spekulatif bila tetap memaksakan Andi Amran menjadi ketum PPP. Bisa jadi bila Andi Amran terpilih jadi ketum, PPP akan tetap jadi partai gurem. Mimpi kembali ke Senayan bisa jadi hanya tinggal angan-angan belaka," pungkasnya.
Rommy Sampai Terbang ke Makassar Bujuk Andi Amaran
Sebelumnya, Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP M Romahurmuziy (Rommy) mengaku sempat terbang ke Makassar hanya untuk membujuk Menteri Pertanian Amran Sulaiman bersedia maju sebagai Ketua Umum PPP.
"Saya butuh berkali-kali meyakinkan beliau (Amran) untuk bersedia maju, sampai saya harus ke Makassar meyakinkan beliau," kata pria yang akrab disapa Gus Rommy dalam siaran pers resmi, Senin (25/5/2025).
Berita Terkait
-
Romahurmuziy: Pak Jokowi Tak Berminat Jadi Ketum PPP
-
Masuk Bursa Caketum, Elite PPP Sebut Jokowi Disenangi Ulama: Buktinya Maruf Amin jadi Wapres
-
Analis Sebut Aneh Jokowi Diusulkan Jadi Caketum PPP: Ideologinya Beda
-
Bukan Tokoh Kaleng-kaleng, Mahkamah Partai Ngarep Ini usai Jokowi Diusulkan Maju Caketum PPP
-
Nama Jokowi Masuk Bursa Caketum PPP, Ade Irfan: Dia Hari Ini Tak Berpartai
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Sejarah Panjang Gudang Garam yang Kini Dihantam Isu PHK Massal Pekerja
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?