Suara.com - Rencana pemerintah melibatkan aparat TNI/Polri dalam pengajaran kedisiplinan di Sekolah Rakyat menimbulkan kekhawatiran.
Koordinator nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matardji mengkritisi kalau rencana tersebut berpotensi timbulkan masalah baru.
"Pelatihan kedisiplinan ala militer, seperti baris-berbaris, dalam konteks pendidikan umum, terutama bagi anak-anak dari keluarga miskin, adalah pendekatan yang tidak inklusif dan berpotensi sangat negatif," kata Ubaid kepada Suara.com, dihubungi Kamis (12/6/2025).
Menurut Ubaid, pelatihan kedisiplinan ala militer, seperti baris-berbaris, tidak cocok diterapkan di lingkungan pendidikan umum.
Ia menilai pendekatan itu juga cenderung bersifat eksklusif dan tidak peka terhadap kebutuhan peserta didik dari latar belakang kurang mampu.
Dia juga menekankan bahwa pendidikan seharusnya menjadi ruang yang memupuk pemikiran kritis, kreativitas, dan kemandirian, bukan sekadar kepatuhan tanpa nalar.
"Anak-anak, khususnya yang berasal dari latar belakang kurang mampu, memerlukan lingkungan yang mendukung perkembangan holistik mereka, bukan indoktrinasi yang berbau militeristik. Pendekatan ini berisiko mengebiri potensi anak untuk berinovasi dan beradaptasi secara fleksibel dengan tantangan zaman," kritiknya.
JPPI juga menyoroti sejumlah potensi dampak negatif dari kebijakan tersebut. Di antaranya adalah pembatasan kreativitas, terciptanya suasana belajar yang menakutkan, hingga potensi trauma psikologis bagi anak-anak yang sudah rentan secara emosional.
"Anak-anak dari keluarga miskin mungkin sudah rentan secara emosional. Pendekatan yang kaku dan berorientasi komando bisa memperparah kondisi psikologis mereka, alih-alih memberdayakan," katanya.
Baca Juga: 6 Orang Tinggal di Gubuk 4x4, Masyarakat Miskin Ekstrem di Bandung Ini Jadi Sasaran Sekolah Rakyat
Ia juga mempertanyakan efektivitas pendekatan militeristik untuk membentuk karakter tersebut.
Ubaid juga menganggap kalau rencana tersebut sebagai bentuk salah alokasi sumber daya.
Menurutnya anggaran yang digunakan untuk melibatkan TNI/Polri sebaiknya dialihkan untuk peningkatan kualitas guru, fasilitas belajar, serta dukungan psikologis dan gizi bagi siswa miskin.
"Sumber daya yang dialokasikan untuk melibatkan TNI/Polri seharusnya lebih diutamakan untuk meningkatkan kualitas guru, fasilitas belajar, dan dukungan psikologis serta gizi bagi anak-anak kurang mampu," tegasnya.
Lebih jauh, JPPI mengingatkan bahwa kebijakan ini berpotensi mendorong militerisasi pendidikan.
"Langkah ini berpotensi mengikis nilai-nilai sipil dan demokratis dalam pendidikan, menggantinya dengan hierarki dan ketaatan buta," ucapnya.
Berita Terkait
- 
            
              TNI/Polri Dilibatkan dalam Pendidikan di Sekolah Rakyat, M Nuh: Yang Kita Ambil Kedisiplinan
- 
            
              Akan Launching Juli 2025, Wamensos Agus Jabo Sebut Bangunan Sekolah Rakyat Tahap 1 Belum Permanen
- 
            
              Resmi Dibuka Lowongan Guru PPPK untuk Sekolah Rakyat, Ini Syaratnya
- 
            
              Di Tengah Putusan MK Gratiskan SD-SMP, Keluarga Miskin Lebih Pilih Sekolah Rakyat Prabowo, Mengapa?
- 
            
              Gus Ipul Tetap Pede Sekolah Rakyat Bakal Banyak Peminat Meski MK Gratiskan SD-SMP
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
- 
            
              Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
- 
            
              Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
- 
            
              Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
- 
            
              Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
- 
            
              Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
Terkini
- 
            
              Marak Narkoba Jenis Baru, Prabowo Disebut Bakal Perkuat Regulasi
- 
            
              Dasco Beberkan Alasan MKD DPR Tolak Mundurnya Rahayu Saraswati
- 
            
              Mengapa Jakarta Selatan Kembali Terendam? Ini Penyebab 27 RT Alami Banjir Parah
- 
            
              Korupsi Pertamina Makin Panas: Pejabat Internal Hingga Direktur Perusahaan Jepang Diinterogasi
- 
            
              Mengapa Kemensos Gelontorkan Rp4 Miliar ke Semarang? Ini Penjelasan Gus Ipul soal Banjir Besar
- 
            
              Soal Progres Mobil Nasional, Istana: Sabar Dulu, Biar Ada Kejutan
- 
            
              Kenapa Pohon Tua di Jakarta Masih Jadi Ancaman Nyawa Saat Musim Hujan?
- 
            
              Tiba di Korea Selatan, Ini Agenda Presiden Prabowo di KTT APEC 2025
- 
            
              Wakapolri Ungkap Langkah Pembenahan Polri: Aktifkan Pamapta dan Modernisasi Pelayanan SPKT
- 
            
              Pernah Jadi Korban, Pramono Anung Desak Perbaikan Mesin Tap Transjakarta Bermasalah