Suara.com - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengizinkan kembali pemerintah daerah (pemda) menggelar ragam kegiatan hingga rapat di hotel dan restoran sepanjang tidak bermewah-mewahan. Hal itu dimaksudkan untuk menggerakkan roda perekonomian di daerah tersebut.
Namun meski sudah diizinkan oleh pemerintah, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tetap melarang para pejabat yang bertugas di Provinsi Jawa Barat untuk menggelar rapat di hotel.
Keputusannya rupanya menarik perhatian publik dan tak sedikit orang yang menanyakan alasan di baliknya. Dedi Mulyadi lantas menjelaskannya dalam sebuah video singkat yang ia unggah melalui akun TikTok miliknya @dedimulyadiofficial.
"Hari ini banyak orang bertanya, 'Kang Dedi, kenapa sih keukeuh nggak mau rapat di hotel-hotel untuk para pejabatnya dan para pegawainya?'. Kita tahu ya Provinsi Jawa Barat itu terhampar Kabupaten Kuta, Kabupaten Kutanya ada yang besar atau yang kecil. Dan kemudian siapa sih yang harus mendapat perhatian utama?" kata mantan Bupati Purwakarta tersebut.
Menurut Dedi Mulyadi, Jawa Barat memiliki wilayah yang sangat luas namun tidak semua daerah mendapatkan kemampuan keuangan daerah yang tinggi.
"Di Jawa Barat itu adalah daerah-daerah yang fiskalnya sangat rendah. Fiskalnya sangat rendah bagaimana? Pendapatan daerahnya kecil, habis untuk gaji pegawai, bahkan Kabupaten Pangandaran kasihan banget itu sama ibu bupatinya, kalau betemu saya selalu nangis. Kenapa? Tunjangan pegawainya sudah lima bulan tidak bisa dibayar karena kemampuan anggarannya sudah sangat terbatas dan harus dicari solusi," ujar Dedi Mulyadi.
Sebagai Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mencoba untuk bersikap adil terhadap semua wilayah. Dedi Mulyadi ingin tidak ada kesenjangan antara daerah dengan pusat kota.
"Ibu bupatinya sudah ke Jakarta, kemana-mana untuk cari solusi, dan saya juga lagi memikirkan untuk menyelesaikan. Nah, problemnya apa? Tidak boleh terjadi kesenjangan antara daerah dengan pusat kota," sambung Dedi Mulyadi.
Sebagai contoh, Dedi Mulyadi menilai jika mayoritas daerah terlalu mengeksploitasi alam namun tetap memiliki keuangan daerah yang terbatas untuk membiayai berbagai program dan kegiatan pemerintah daerahnya.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Akui Kesalahan Tak Pakai Helm, Minta Ditilang Usai Naik Motor Patwal
"Kenapa kesenjangannya? Saya contohin ya. Kalau di daerah, dapatin pendapatan misalnya gali pasir, alamnya rusak, jalannya rusak. Gali batu, alamnya rusak, jalannya rusak. Kemudian babatin pohon, alamnya rusak, jalannya rusak. Pendapatannya ya segitu-gitu juga, ditambah nggak pernah jujur itu ngitung pendapatan pajak," imbuhnya lagi.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan yang terjadi di daerah perkotaan, di mana mayoritas turis memilih untuk berlibur.
"Tetapi di pusat kota yang hotelnya banyak, mereka mendapatkan uang itu relatif besar, dengan turis segala macam, itu tinggi. Setelah itu tidak ada kerusakan apapun. Beda dengan orang desa," jelas Dedi Mulyadi.
Oleh karena itu, Dedi Mulyadi menilai alangkah baiknya jika daerah-daerah dengan fiskal yang masih rendah untuk tidak menghamburkan dana melalui pengadaan rapat di hotel.
"Nah, pertanyaannya adalah apakah kabupaten-kabupaten yang fiskalnya rendah, yang sekolahnya masih pada jelek, irigasinya jelek, jalan-jalannya jelek, puskesmasnya jelek, kemudian BPJSnya belum terbayar, kemudian sanitasi lingkungannya masih buruk, kemudian tingkat pendapatan per kapitanya masih rendah, kemiskinannya tinggi, rakyatnya terlibat pinjol, dan berbagai ragam lagi, mau? Uang yang dikumpulin dari pajak itu dibuat untuk kegiatan rapat-rapat di hotel di kota besar," tanya Dedi Mulyadi.
Terlebih, Dedi Mulyadi tampaknya sangat mengetahui selera para pejabat yang enggan menggunakan fasilitas hotel yang biasa-biasa saja. Karena itu, Dedi Mulyadi melarang para pejabat di Provinsi Jawa Barat untuk melakukan rapat di hotel dan lebih baik menggunakan fasilitas yang telah disediakan, seperti kantor.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf