Suara.com - Video lama Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, saat berpidato di Gedung DPR/MPR RI kembali viral di media sosial.
Pidato yang disampaikan pada 14 Agustus 1998 itu kembali menyita perhatian publik karena berisi pengakuan tegas dari BJ Habibie mengenai adanya kekerasan seksual terhadap perempuan, khususnya dari etnis Tionghoa, saat kerusuhan besar Mei 1998.
Dalam pidato perdananya sebagai Presiden RI di hadapan anggota dewan, BJ Habibie menggambarkan situasi mencekam yang dialami bangsa Indonesia pasca lengsernya Presiden Soeharto.
Ia menyinggung huru-hara massal yang dipicu gugurnya empat mahasiswa Universitas Trisakti, yang kemudian memicu gelombang besar kerusuhan, penjarahan, pembakaran, hingga kekerasan brutal terhadap warga sipil.
“Mereka juga masih dibayang-bayangi huru-hara massal yang dipicu oleh gugurnya keempat pahlawan reformasi pada 12 Mei 1998. Huru-hara berupa penjarahan, pembakaran pusat-pusat pertokoan,” ujar Habibie dalam video tersebut.
Namun yang paling mengguncang, Habibie secara terbuka mengakui adanya kekerasan seksual terhadap perempuan dalam peristiwa itu.
Ia menekankan bahwa tindakan keji itu menimpa kelompok perempuan dari etnis Tionghoa, dan menyebutnya sebagai perbuatan biadab yang tidak bisa ditoleransi.
“Dan rumah penduduk tersebut bahkan disertai tindak kekerasan dan perundungan seksual terhadap kaum perempuan, terutama kelompok etnis Tionghoa,” kata Habibie.
Lebih lanjut, ia menyebut seluruh rangkaian peristiwa tersebut sebagai hal yang sangat memalukan dan telah mencoreng nama baik Indonesia di mata dunia.
Baca Juga: Klarifikasi Soal Pemerkosaan Massal, Baskara Putra Soroti Tak Adanya Permintaan Maaf dari Fadli Zon
Ia pun menegaskan sikap pemerintah saat itu yang mengutuk keras semua bentuk kekerasan yang terjadi.
“Seluruh rangkaian tindak kejahatan tidak bertanggung jawab tersebut sangat memalukan dan telah mencoreng muka kita sendiri. Sebagai bangsa yang berbudaya dan beragama, kita mengutuk perbuatan biadab tersebut,” tegasnya.
Kembalinya video pidato ini menjadi sorotan lantaran bertentangan dengan pernyataan kontroversial politikus Partai Gerindra, Fadli Zon.
Fadli Zon belum lama ini menyatakan bahwa tidak ada bukti terjadinya pemerkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa dalam kerusuhan 1998.
Dia bahkan diduga ingin megabur sejarah di tahun 98 dengan menyebut isu tersebut sebagai rumor yang perlu diluruskan sesuai dengan fakta sejarah.
Pernyataan Fadli Zon itu memicu kecaman luas dari berbagai kalangan, termasuk aktivis HAM, akademisi, dan masyarakat umum.
Berita Terkait
-
Klarifikasi Soal Pemerkosaan Massal, Baskara Putra Soroti Tak Adanya Permintaan Maaf dari Fadli Zon
-
Menbud Fadli Zon: Coba Bayangkan jika Bangsa Kita Dicap Pemerkosa Massal
-
Didesak Minta Maaf, Koalisi Sipil: Fadli Zon Justru Kaburkan Pelanggaran HAM Tragedi 98
-
Setara Institute Anggap Fadli Zon Tidak Punya Empati Sebut Pemerkosaan Massal Mei 1998 sebagai Rumor
-
Tidak Mau Kalah dengan Fadli Zon, PDIP Bakal Tulis Sejarah Versi Sendiri?
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU