Suara.com - Di tengah misteri penyebab kematian seorang diplomat muda Kementerian Luar Negeri, sebuah fakta menarik terungkap dari latar belakang pekerjaannya.
Mantan Kabareskrim Polri, Komjen Pol (Purn.) Ito Sumardi dalam wawancaranya bersama dengan beritasatu, menyoroti bahwa almarhum pernah menangani kasus-kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan bertugas di Myanmar, sebuah wilayah yang dikenal rawan aktivitas kejahatan lintas negara.
Fakta ini membuka kemungkinan adanya motif lain di luar masalah pribadi, dan menuntut penyidik untuk melihat kasus ini dari sudut pandang yang lebih luas.
Ito, yang juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Myanmar, mengakui bahwa tugas yang diemban almarhum bukanlah pekerjaan yang ringan dan tanpa risiko.
"Yang saya dengar, yang almarhum itu juga mendalami atau menangani kasus-kasus TPPO ya, Tindak Pidana Perdagangan Orang. Dan saya juga kebetulan mengingat yang bersangkutan adalah bekas lokal staf di Myanmar," ungkap Ito.
Menurutnya, penanganan kasus TPPO seringkali bersinggungan langsung dengan sindikat kejahatan terorganisir yang tidak segan menggunakan cara-cara kekerasan untuk melindungi bisnis ilegal mereka. Oleh karena itu, penelusuran terhadap lingkungan kerja dan kasus-kasus yang pernah ditangani korban menjadi sangat relevan.
"Ini tentunya harus diruntut dari berbagai kejadian atau berbagai bukti-bukti lain yang bisa kita rangkai," jelas Ito.
Penyidik, kata Ito, perlu mendalami beberapa hal terkait latar belakang pekerjaan korban:
Di tengah kabut misteri kematian diplomat muda Arya Daru Pangayunan, muncul pertanyaan krusial: apakah ada kasus serius—terutama terkait Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)—yang tengah atau baru saja ditangani almarhum? Mengingat posisinya sebagai diplomat di Kementerian Luar Negeri, sangat mungkin Arya bersinggungan langsung dengan isu-isu global yang sensitif dan berisiko tinggi.
Baca Juga: Tahlilan 7 Hari Diplomat UGM di Bantul, Keluarga Arya Daru Pangayunan sempat Bicara soal Jual Mobil
Jejak digitalnya, baik melalui komunikasi email, percakapan telepon, maupun aplikasi pesan singkat, perlu diperiksa secara mendalam. Apakah ada indikasi tekanan, intimidasi, atau bahkan ancaman yang berkaitan dengan pekerjaannya?
Lingkungan kerjanya pun tak bisa diabaikan. Siapa kolega terdekatnya? Apakah ada dinamika internal yang menyimpan gesekan tersembunyi? Dalam kasus seperti ini, seringkali potongan-potongan informasi kecil—yang awalnya dianggap sepele—menjadi kunci untuk mengurai simpul kematian yang janggal ini.
Ito, dengan pengalamannya sebagai diplomat dan perwira tinggi polisi, memahami betul bahwa ancaman terhadap para diplomat adalah hal yang nyata.
"Saya juga kebetulan mengingat yang bersangkutan adalah bekas lokal staf di Myanmar. Saya juga pernah menjadi duta besar di Myanmar," katanya.
Pengalamannya ini memberinya perspektif unik tentang potensi bahaya yang dihadapi para diplomat di garda terdepan.
Meskipun spekulasi yang berkembang di publik lebih banyak mengarah pada kemungkinan bunuh diri atau masalah personal, Ito mengingatkan bahwa semua kemungkinan harus tetap terbuka, termasuk yang paling rumit sekalipun.
Berita Terkait
-
Tahlilan 7 Hari Diplomat UGM di Bantul, Keluarga Arya Daru Pangayunan sempat Bicara soal Jual Mobil
-
Mantan Kabareskrim Bongkar 5 Langkah Krusial dalam Teka-Teki Kematian Diplomat Muda
-
Bukan Bunuh Diri Biasa? Pakar Sebut Metode Kematian Arya Daru Sangat Janggal
-
Gerak-gerik Terakhir Diplomat Arya Daru di CCTV, Pakar: Tak Ada Niat Bunuh Diri
-
Pakar Ungkap 5 Keanehan Kematian Diplomat Arya Daru, Bukan Bunuh Diri?
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
Geger Isu Patrick Kluivert Dipecat Karena Warna Kulit?
-
Parah! SEA Games 2025 Baru Dimulai, Timnas Vietnam U-22 Sudah Menang Kontroversial
-
Adu Gaji Giovanni van Bronckhorst vs John Heitinga, Mana yang Pas untuk Kantong PSSI?
-
5 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Kebutuhan Produktivitas dan Gaming
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
Terkini
-
Tiga Bupati Aceh 'Menyerah' Tangani Bencana, Mendagri Tito Menyanggah
-
Gus Miftah Kritik Bantuan Bencana yang Dilempar dari Helikopter: 'Niat Baik Harus dengan Cara Baik'
-
Luhut Menghadap Prabowo di Istana, Ini Tiga Hal yang Dilaporkan
-
Gus Miftah Sebut Bencana Sumatra Layak Jadi Bencana Nasional, Ajak Introspeksi Massal
-
Gus Miftah Berharap PBNU Segera Rukun dan Fokus Bantu Korban Bencana
-
Dewi Astutik Diringkus Tapi Perang Belum Usai, Membedah Ancaman dan Solusi Perang Narkoba Indonesia!
-
Ratu Zakiayah Ajak ASN Pemkab Serang Donasi Bantu Korban Bencana Sumatra
-
Akhirnya! Pemerintah Akui Kerusakan Lingkungan Perparah Bencana Banjir Sumatra
-
Hasil DNA Kerangka Positif, Jenazah Alvaro Kiano akan Dimakamkan Besok
-
Awas Cuaca Ekstrem, DPR Minta Kemenhub hingga BMKG 'Kawin' Data Demi Mudik Nataru Aman