Suara.com - Isu dugaan ijazah palsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mencuat ke permukaan, menjadi sorotan panas yang tak kunjung padam. Spekulasi liar dan tanda tanya besar terus menyelimuti keabsahan dokumen pendidikan orang nomor satu di Indonesia ini.
Perdebatan ini tidak hanya melibatkan Jokowi, tetapi juga menyeret sejumlah nama penting, termasuk Rektor UGM dan bahkan dinamika politik nasional.
Jejak Keraguan pada Ijazah Presiden: Klaim Selamat Ginting
Kecurigaan publik terhadap ijazah Jokowi semakin meruncing setelah berbagai pihak mengemukakan analisis mereka.
Salah satu yang vokal adalah Selamat Ginting, analis politik dan militer dari Universitas Nasional. Dalam sebuah podcast di Forum Keadilan TV, Ginting secara blak-blakan mengungkapkan bahwa ijazah Jokowi patut diduga palsu.
"Ijazah Jokowi patut diduga palsu karena hanya sampai sarjana muda dan IPK di bawah 2,0 yang diragukan kelulusannya," ungkap Ginting dikutip dari YouTube.
Pernyataan ini sontak memicu gelombang diskusi dan menjadi bahan bakar baru dalam polemik yang sudah lama bergemuruh.
Lebih lanjut, Ginting juga menyoroti keengganan Jokowi untuk menunjukkan ijazah fisiknya secara terbuka kepada publik.
"Jokowi tidak pernah mau menunjukkan ijazah fisiknya," tegas Ginting.
Baca Juga: Roy Suryo vs Dian Sandi: Siapa Sebenarnya yang Patut Disalahkan?
Hal ini semakin menambah daftar pertanyaan yang belum terjawab, memperkuat dugaan di kalangan sebagian masyarakat.
Keterlibatan Pihak Lain: Dari Rektor UGM hingga Foto yang Membingungkan
Isu dugaan ijazah palsu ini tak hanya berhenti pada sosok Jokowi. Selamat Ginting turut menyeret nama-nama lain yang diduga terlibat atau tersandera dalam pusaran kontroversi ini.
Ia menyebutkan bahwa Rektor UGM saat ini, Prof. Ova Emilia, juga diduga tersandera karena kasus gagal bayar bank yang ditalangi penguasa.
Sebuah klaim serius yang menunjukkan adanya jaringan kompleks yang disebut-sebut berada di balik layar.
Ginting juga mengomentari sumpah Rektor UGM yang menyebut "memegang rahasia negara", sebuah frasa yang ia anggap janggal dalam konteks sumpah jabatan rektor.
Ini mengindikasikan bahwa dugaan keterlibatan pihak lain dalam isu ini bukan hanya sebatas opini, melainkan juga melibatkan institusi pendidikan terkemuka di Indonesia.
Selain itu, Ginting menyoroti foto yang diunggah oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terkait ijazah Jokowi. Menurutnya, foto tersebut justru menimbulkan pertanyaan baru karena diduga kuat adalah foto Hari Muliono, bukan Jokowi.
Kekeliruan detail ini, jika benar, tentu akan semakin memperkeruh suasana dan memicu kecurigaan publik.
Kunci Pembuktian dan Dampak Global Isu Ijazah Palsu
Menurut Selamat Ginting, kunci pembuktian dugaan ijazah palsu ini sebenarnya ada pada bukti fisik yang dimiliki oleh Rismon Sianipar, salah satu penggugat yang vokal dalam kasus ini, bukan sekadar pernyataan-pernyataan.
Ini menekankan pentingnya bukti konkret dalam membongkar kebenaran di balik dugaan ini.
Ginting bahkan menyamakan kasus dugaan ijazah palsu ini dengan isu serupa yang terjadi di kancah internasional.
"Kasus ijazah palsu ini menjadi isu dunia, serupa dengan kasus Presiden Nigeria," jelas Ginting.
Ia berharap UGM dapat bertindak transparan seperti Chicago University yang membantah klaim Presiden Nigeria, demi menjaga integritas institusi pendidikan.
Polemik dugaan ijazah palsu Jokowi ini adalah ujian berat bagi transparansi dan akuntabilitas.
Masyarakat menanti kejelasan, bukan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, tetapi juga untuk memastikan bahwa pemimpin tertinggi negara memiliki integritas yang tak diragukan.
Siapa yang pada akhirnya akan membongkar tabir ini? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Sejarah Panjang Gudang Garam yang Kini Dihantam Isu PHK Massal Pekerja
-
Pengamat Intelijen: Kinerja Listyo Sigit Bagus tapi Tetap Harus Diganti, Ini Alasannya
-
Terungkap! Rontgen Gigi Hingga Tato Bantu Identifikasi WNA Korban Helikopter Kalsel
-
Misteri Dosen UPI Hilang Terpecahkan: Ditemukan di Lembang dengan Kondisi Memprihatinkan
-
Dugaan Badai PHK Gudang Garam, Benarkah Tanda-tanda Keruntuhan Industri Kretek?
-
Israel Bunuh 15 Jurnalis Palestina Sepanjang Agustus 2025, PJS Ungkap Deretan Pelanggaran Berat
-
Mengenal Tuntutan 17+8 yang Sukses Bikin DPR Pangkas Fasilitas Mewah
-
IPI: Desakan Pencopotan Kapolri Tak Relevan, Prabowo Butuh Listyo Sigit Jaga Stabilitas
-
Arie Total Politik Jengkel Lihat Ulah Jerome Polin saat Demo: Jangan Nyari Heroiknya Doang!
-
Sekarang 'Cuma' Dapat Rp65,5 Juta Per Bulan, Berapa Perbandingan Gaji DPR yang Dulu?