Suara.com - Panggung politik nasional kembali memanas. Di tengah transisi kekuasaan menuju pemerintahan Prabowo Subianto, isu lama yang sensitif kembali meledak: dugaan ijazah palsu Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun, lebih dari sekadar perdebatan otentisitas, isu ini dicurigai sebagai 'bom asap' politik untuk mengalihkan perhatian publik dari agenda-agenda krusial pemerintahan baru.
Analisis tajam ini datang dari Selamat Ginting, seorang analis politik dan militer dari Universitas Nasional. Menurutnya, polemik ijazah ini bukan sekadar persoalan administratif, melainkan sebuah manuver politik yang berisiko mengaburkan prioritas bangsa.
Dalam sebuah diskusi di kanal YouTube Podcast Forum Keadilan TV, Ginting menyebut bahwa perhatian besar publik terhadap kasus ini justru bisa menjadi bumerang. Di satu sisi, ia melihatnya sebagai sinyal positif.
"Kasus dugaan ijazah palsu menandakan bahwa bangsa Indonesia masih bermoral," ungkap Selamat Ginting dikutip pada Selasa (22/7/2025).
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa masyarakat masih memiliki kepedulian tinggi terhadap integritas dan kejujuran seorang pemimpin, sebuah fondasi penting dalam demokrasi.
Namun, di sisi lain, Ginting mencium adanya agenda tersembunyi di balik masifnya sorotan terhadap isu ini.
Ia khawatir, energi publik yang terkuras habis untuk perdebatan ijazah akan membuat agenda-agenda strategis pemerintahan Prabowo Subianto lolos dari pengawasan kritis masyarakat.
Secara tegas, Ginting memperingatkan, "isu ijazah palsu menutupi agenda-agenda pemerintahan Prabowo lainnya". Ini menjadi sebuah alarm bahaya.
Baca Juga: Dokter Tifa Sebut Tukang Cetak Ijazah Jokowi dan Pembakar Pasar Pramuka Sudah Ditemukan, Siapa?
Saat publik sibuk menengok ke belakang, kebijakan-kebijakan fundamental seperti pembentukan kabinet, arah kebijakan ekonomi, hingga program 100 hari kerja presiden terpilih berpotensi berjalan tanpa sorotan memadai.
Lebih jauh, Ginting mengaitkan iklim politik yang mudah terdistraksi ini dengan warisan gaya kepemimpinan sebelumnya.
Ia menyoroti pentingnya memutus rantai ambisi politik yang tak terkendali, yang dapat merusak tatanan demokrasi dan kepercayaan publik secara jangka panjang.
"Ambisi politik liar Jokowi harus dihentikan," tegasnya.
Menurutnya, dampak dari ambisi politik yang melampaui batas etika dan hukum bisa terus terasa, menciptakan preseden di mana kontroversi lebih diutamakan daripada substansi kebijakan.
Dampak paling nyata dari pengalihan isu ini, menurut Ginting, adalah lahirnya apatisme massal. Masyarakat yang lelah dengan drama politik berisiko kehilangan kepekaan terhadap masalah riil di depan mata.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
Terkini
-
Kejagung Bongkar Kebohongan Sandra Dewi soal 88 Tas Mewah Hasil Endorsement, Begini Faktanya!
-
"Sudah Biasa Dihina Sejak Kecil" Jawaban Pasrah Bahlil Lahadalia untuk Pembuat Meme
-
Datang ke Bareskrim, Lisa Mariana Pasrah Jika Ditahan: Doakan Saja yang Terbaik
-
Rismon Sianipar Bongkar Dugaan Kejanggalan Ijazah Gibran: Enggak Ada Ijazah SMA-nya!
-
Skandal Ekspor POME, Kejagung Geledah Sejumlah Kantor Bea Cukai
-
kumparan AI for Indonesia 2025 Mempercepat Dampak Nyata Kolaborasi Penerapan AI
-
Kejagung Ungkap Alasan Memanggil PT Google Indonesia dalam Perkara Nadiem Makarim
-
Gibran Minta Ponpes Cetak Santri jadi Ahli AI hingga Robotik: Kita Harus Berani Lakukan Lompatan
-
"Jangan Berlindung di Balik Privasi!" Keluarga Arya Daru Tuntut Polisi Terbuka Soal 2 Saksi Kunci
-
Ketua Komisi X DPR RI: Pengajaran Bahasa Portugis Idealnya Diujicobakan di NTT Terlebih Dahulu