"Memang yang mengajukan kebanyakan PPPK wanita, dan usia pernikahan rata-rata lebih dari 5 tahun. Kemudian suami atau pasangannya bukan pekerja tetap atau di sektor formal yang secara nominal tidak bisa dipastikan penghasilannya. Mungkin itu juga (jadi penyebabnya)," ujar Deni.
Setelah diangkat menjadi PPPK, para guru ini menerima gaji dan tunjangan yang terbilang stabil dan layak.
Berdasarkan peraturan yang ada, gaji PPPK bisa berkisar antara Rp2,5 juta hingga lebih dari Rp4,5 juta per bulan, tergantung golongan, belum termasuk berbagai tunjangan.
Dengan penghasilan ini, mereka tak lagi sepenuhnya bergantung pada suami untuk menopang ekonomi keluarga.
Kemandirian finansial inilah yang diduga kuat menjadi katalisator.
Ia memberikan keberanian dan pilihan bagi para istri untuk keluar dari pernikahan yang mungkin sudah lama terasa tidak sehat.
Bukan Cuma Soal Uang: Bongkar Isu Kepercayaan yang Terpendam
Meskipun faktor ekonomi menjadi alasan yang paling sering muncul di permukaan, rasanya terlalu dangkal jika menyimpulkan ini semua hanya karena uang.
Kemandirian finansial seringkali hanya menjadi pemicu yang membuka kotak pandora masalah rumah tangga yang lebih kompleks, salah satunya adalah trust issue atau krisis kepercayaan.
Baca Juga: Bikin Konten Mesum Demi Viral, Motovlog Pakansari Kini Merengek Minta Maaf
Beberapa faktor yang bisa dianalisa dari kasus perceraian ini:
Pergeseran Peran: Ketika istri yang sebelumnya mungkin tidak berpenghasilan atau berpenghasilan kecil tiba-tiba menjadi penopang utama ekonomi, dinamika kekuasaan dalam rumah tangga bisa berubah.
Jika tidak diimbangi dengan komunikasi dan rasa saling menghargai, ini bisa menimbulkan konflik.
Masalah Lama yang Terkuak: Persoalan seperti kurangnya tanggung jawab, komunikasi yang buruk, atau bahkan ketidaksetiaan yang selama ini coba ditelan dan ditoleransi karena ketergantungan ekonomi, kini tak ada lagi alasan untuk dipertahankan.
Gaji PPPK menjadi tiket untuk lepas dari jerat tersebut.
Hilangnya Rasa Hormat: Kesenjangan pendapatan yang drastis, di mana istri kini jauh lebih mapan, bisa menggerus rasa hormat dan memicu pertengkaran terus-menerus yang merusak fondasi kepercayaan antar pasangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 9 Sepatu Lokal Senyaman Skechers Ori, Harga Miring Kualitas Juara Berani Diadu
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Desember: Raih Pemain 115, Koin, dan 1.000 Rank Up
Pilihan
-
Penipuan Pencairan Dana Hibah SAL, BSI: Itu Hoaks
-
9 Mobil Bekas Paling Lega dan Nyaman untuk Mengantar dan Jemput Anak Sekolah
-
Belum Sebulan Diluncurkan, Penjualan Toyota Veloz Hybrid Tembus 700 Unit
-
Kekayaan dan Gaji Endipat Wijaya, Anggota DPR Nyinyir Donasi Warga untuk Sumatra
-
Emiten Adik Prabowo Bakal Pasang Jaringan Internet Sepanjang Rel KAI di Sumatra
Terkini
-
Menteri Pigai: Pembangunan Nasional Tak Cuma Ekonomi, Harus Berbasis HAM
-
Kebakaran Gedung Terra Drone Telan 22 Nyawa, Kemensos Bergerak Cepat Lakukan Asesmen Korban
-
DPR Dorong Status Bencana Nasional, Kesehatan Pengungsi Aceh Kian Memprihatinkan
-
Hasto PDIP: Bencana Alam Tak Lepas dari Korupsi SDA dan Mafia Kekuasaan
-
Kemensos Siapkan Santunan Rp 15 Juta untuk Korban Meninggal Bencana Sumatra, Kapan Cair?
-
Gempa M 4,7 Guncang Sumbar, BMKG Ungkap Sudah Terjadi 16 Kali Sepekan
-
Sidang Perkara Tata Kelola Minyak, Kerry Riza Bantah Intervensi Penyewaan Kapal Oleh Pertamina
-
Kurangi Risiko Bencana Hidrometeorologi, KLH Dukung Penanaman Pohon di Hulu Puncak
-
Penasihat DWP Kemendagri Tri Tito Karnavian Tegaskan Kualitas Manusia Indonesia: Mulai dari Keluarga
-
Trotoar 'Maut' di Tugu Yogyakarta, Pedestrian Jogja Belum Ramah Difabel