Suara.com - Di tengah upaya masyarakat mendapatkan kualitas pangan terbaik, sebuah fakta pahit terungkap dari pasar-pasar di Kalimantan Tengah.
Label "premium" yang tertera dengan meyakinkan pada karung beras ternyata tak lebih dari sekadar tulisan bagi sebagian besar produk yang beredar.
Kenyataannya, hanya sedikit yang benar-benar layak menyandang predikat tersebut.
Kenyataan ini dibeberkan oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Provinsi Kalimantan Tengah.
Melalui sebuah inspeksi senyap, tim gabungan turun langsung ke lapangan, menyasar lokasi-lokasi penjualan beras mulai dari Pasar Besar Palangka Raya, Pasar Kahayan, hingga toko ritel modern dan distributor. Mereka tidak datang untuk sekadar memeriksa, melainkan untuk membuktikan.
"Disdagperin Kalteng melakukan pengambilan sampel secara acak dengan membeli langsung beras yang dijual di pasar maupun gudang penyimpanan," kata Kepala Disdagperin Kalteng Norhani di Palangka Raya, Rabu (23/7/2025) sebagaimana dilansir Antara.
Sampel-sampel beras yang dibeli itu kemudian tidak hanya dilihat, tetapi diuji secara ilmiah di laboratorium Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Kalteng. Hasilnya menampar ekspektasi konsumen.
Dari delapan sampel beras premium yang diuji, hanya satu yang terbukti memenuhi standar mutu.
Tujuh lainnya, meski dijual dengan harga premium, memiliki kualitas yang tidak semestinya.
Baca Juga: Jangan Cuma Bikin Panik, DPR 'Sentil' Mendagri: Buka Nama Mafia Pengoplos Beras, Cabut Izinnya!
Ironisnya, di tengah temuan ini, beban untuk waspada justru seolah kembali dilimpahkan kepada pembeli.
"Kami mengimbau konsumen untuk lebih cermat dalam memilih beras premium," ujar Norhani.
Imbauan ini terdengar sumbang ketika dihadapkan pada kompleksnya standar kualitas beras premium itu sendiri.
Kepala Bidang Perlindungan Konsumen Disdagperin Kalteng, Maskur, menjelaskan bahwa pengujian mutu harus melalui serangkaian indikator teknis yang mustahil dilihat dengan mata telanjang.
“Penilaian-penilaian utama ini di antaranya seperti kadar air, butir kepala, butir patah, butir menir, butir merah-putih-hitam, butir rusak, dan beberapa lainnya,” kata Maskur.
Artinya, konsumen diminta "cermat" terhadap sesuatu yang hanya bisa dipastikan melalui uji laboratorium. Sementara itu, terkait potensi pelanggaran hukum atas ketidaksesuaian label dan kualitas ini, Disdagperin menyerahkannya kepada pihak yang lebih berwenang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 5 Sepatu Lari Rp300 Ribuan di Sports Station, Promo Akhir Tahun
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
27 Sampel Kayu Jadi Kunci: Bareskrim Sisir Hulu Sungai Garoga, Jejak PT TBS Terendus di Banjir Sumut
-
Kerugian Negara Ditaksir Rp2,1 T, Nadiem Cs Segera Jalani Persidangan
-
Gebrakan KemenHAM di Musrenbang 2025: Pembangunan Wajib Berbasis HAM, Tak Cuma Kejar Angka
-
LBH PBNU 'Sentil' Gus Nadir: Marwah Apa Jika Syuriah Cacat Prosedur dan Abaikan Kiai Sepuh?
-
Tok! DPR Sahkan Prolegnas Prioritas 2026: Enam RUU Dicabut, RUU Penyadapan Masuk Daftar
-
Sentil Ulah Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Bencana, Puan: Harusnya Kepala Daerah Punya Empati
-
Bencana Sumatra: Pengamat Sebut Menhut Terdahulu Perlu Diperiksa, Termasuk Zulhas
-
Habiburokhman: Polisi Harus Usut Soal Hasutan Aksi Rusuh Pakai Bahan Peledak 10 Desember
-
Gerindra Soal Wacana Pemecatan Bupati Aceh Selatan: Kita Serah ke DPRD
-
Mensos Akui Masih Ada Daerah Terisolasi di Sumatra, Tapi Pasokan Logistik Mulai Teratasi