Suara.com - Polemik soal latar belakang pendidikan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali mencuat usai dirinya direkomendasikan untuk melanjutkan pendidikan magister (S2) sebagai solusi memperkuat kepercayaan publik.
Namun, tanggapan sinis datang dari Dr. Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa, yang dikenal sebagai pengkritik keras Presiden Jokowi dan keluarganya.
Dalam unggahan di akun X miliknya, @DokterTifa, ia menyoroti kejanggalan dokumen pendidikan Gibran yang menurutnya belum pernah secara sah diperlihatkan ke publik, terutama terkait ijazah SMA yang menjadi syarat mutlak untuk masuk ke jenjang pendidikan tinggi.
“Sebentar… Jangan buru-buru daftar S2 dulu. Saya dan teman-teman sedang mencari dimana ijazah SMA mu,” tulis Dr. Tifa dalam unggahannya.
“Yang baru ditemukan adalah suket alias Surat Keterangan setara SMK. Padahal untuk daftar S1 butuh IJAZAH SMA!,” ucap dia.
Sindiran tak berhenti di situ. Dokter Tifa bahkan menyarankan Gibran untuk menempuh pendidikan paket C terlebih dahulu sebelum memimpikan gelar magister.
“Saran saya supaya ngga kejauhan, Fufuf...ups, Wapres sebaiknya ikut kejar Paket C. Nah kalau lulus, ijazah Paket C itu valid untuk daftar S1,” tulisnya, menyelipkan nada sarkastik.
Yang memicu kecurigaan publik, kata Dokter Tifa, adalah fakta bahwa surat keterangan setara SMK atas nama Gibran baru muncul tahun 2019, sementara gelar Bachelor of Science (B.Sc) dari University of Bradford diklaim diraih pada tahun 2010.
“Omon omon, Suketmu kenapa baru ada tahun 2019? Padahal ijazah B.Sc Bradford-mu katanya keluar tahun 2010? Lha terus waktu daftar Bradford pakai ijazah apa? SMP?” sindirnya lagi.
Baca Juga: Babak Baru Sengketa Ijazah Jokowi: Gugatan Rp69 Triliun Kandas, Penggugat Siapkan Langkah Banding
Unggahan tersebut viral dan langsung dibanjiri komentar netizen yang mempertanyakan keabsahan latar belakang pendidikan Gibran.
“Surat Keterangan Setara SMK tahun 2019. Ijazah B.Sc-nya tahun 2010. Itu sama aja dg: lulus insinyur katanya 1985, skripsi dibikin 2018,” tulis akun @wan****.
Netizen lain, @set****, menambahkan, “Aneh bin ajaib. Padahal persyaratan untuk kerja di perusahaan swasta banyak yang mensyaratkan lulusan sarjana. Ini yang bakal mengurus negara ijazahnya diragukan?.”
Sementara akun @tuk**** menyatakan, “Saya pribadi meragukan kemampuan intelektual beliau untuk menempuh studi magister apalagi selevel @UGMYogyakarta.”
Kritik terkeras datang dari akun @arw**** yang menulis, “Astaghfirullah, gak bapak gak anak ijazahnya gak jelas. Padahal uang seabreg, kenapa gak diprioritaskan kualitas diri?”
Dr. Tifa memang bukan nama baru dalam deretan pengkritik keluarga Jokowi. Ia sebelumnya juga pernah menggugat keabsahan ijazah Presiden Joko Widodo dan bahkan menyebut almamater presiden sebagai "Pasar Pramuka"—sindiran bahwa ijazah bisa "dibeli".
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Gebrakan Pramono Anung Lantik 2.700 Pejabat Baru DKI Dalam 2 Pekan, Akhiri Kekosongan Birokrasi
-
Pesan Menteri Brian ke Kampus: Jangan Hitungan Bantu Anak Tak Mampu, Tak akan Bangkrut!
-
Revisi UU Pemerintahan Aceh: DPR Desak Dana Otsus Permanen, Apa Respons Pemerintah?
-
DPR, Pemkot, dan DPRD Surabaya Satu Suara! Perjuangkan Hak Warga Atas Tanah Eigendom ke Jakarta
-
Pramono: Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Masih Berhak Terima KJP Plus
-
KPK Bentuk Kedeputian Intelijen, Jadi Mata dan Telinga Baru Tangkap Koruptor
-
Minta Pemerintah Pikirkan Nasib Bisnis Thrifting, Adian: Rakyat Butuh Makan, Jangan Ditindak Dulu
-
Peneliti IPB Ungkap Kondisi Perairan Pulau Obi
-
Ngaku Dikeroyok Duluan, Penusuk 2 Pemuda di Condet: Saya Menyesal, Cuma Melawan Bela Diri
-
Kepala BGN: Minyak Jelantah Bekas MBG Diekspor Jadi Avtur Singapore Airlines, Harganya Dobel