Mereka menganggapnya sebagai tindakan yang tidak menghormati simbol negara atau bahkan berpotensi mengganggu ketertiban.
Seruan-seruan ini terdengar begitu serius, seolah-olah bendera dari dunia fiksi ini adalah ancaman nyata bagi kedaulatan.
Namun di sisi lain, beberapa kepala daerah justru menunjukkan sikap yang lebih santai.
Mereka memandang fenomena ini sebagai bagian dari kreativitas anak muda dan tidak melihatnya sebagai ancaman.
Sikap permisif ini bahkan diamini oleh Presiden Prabowo Subianto yang dalam beberapa kesempatan menyatakan tidak mempermasalahkan pengibaran bendera tersebut, yang justru membuat popularitasnya semakin meroket di kalangan anak muda.
Paradoks Ketakutan: Takut Bendera, Tapi Tidak Takut Hukum dan Tuhan?
Di sinilah letak satir paling menusuk dari fenomena ini.
Sejumlah pejabat publik yang begitu getol menyuarakan larangan terhadap bendera One Piece, seolah menunjukkan ketakutan yang luar biasa pada selembar kain bergambar tengkorak.
Namun, ketakutan yang sama nyaris tidak terlihat ketika mereka berhadapan dengan hal-hal yang lebih esensial.
Baca Juga: Reaksi Pemerintah Soal Bendera One Piece Dinilai Lebay, Kang Maman: Takut Pada Simbol?
Mereka takut pada bendera fiksi, tetapi seolah tidak takut pada jerat hukum saat melakukan korupsi atau menyalahgunakan wewenang.
Mereka cemas dengan simbol tengkorak topi jerami, tetapi seolah tidak cemas dengan pengawasan Tuhan atas setiap tindakan mereka.
Mereka panik oleh kebebasan berekspresi lewat anime, tetapi seolah tidak panik saat rakyat yang memilih mereka menyuarakan kritik dan penderitaan akibat kebijakan yang tidak pro-rakyat.
Ketakutan pada Bendera Jolly Roger menjadi cermin yang memalukan, memperlihatkan di mana sebenarnya letak prioritas dan ketakutan para pejabat tersebut.
Mereka lebih khawatir pada simbol perlawanan ketimbang substansi masalah yang memicu perlawanan itu sendiri.
Pada akhirnya, bendera Jolly Roger yang berkibar di langit Indonesia adalah lebih dari sekadar demam budaya pop.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Kapan Awal Puasa Ramadan dan Idul Fitri 2026? Simak Jadwalnya
- Tanah Rakyat Dijual? GNP Yogyakarta Geruduk DPRD DIY, Ungkap Bahaya Prolegnas UUPA
Pilihan
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
-
Akankah Dolar AS Tembus Rp17.000?
Terkini
-
Isyana Bagoes Oka Dikabarkan Jadi Wakil Ketua Umum PSI, Kaesang Siap Umumkan
-
SMAN 62 Pastikan Farhan Masih Berstatus Siswa Aktif Meski Ditahan Polisi
-
Kementerian BUMN Bakal Tinggal Kenangan, Ingat Lagi Sejarahnya Sebelum Dihapus
-
Minta KPK Segera Tetapkan Tersangka Kasus Haji, Awan PBNU: Jangan Digoreng Ngalor Ngidul
-
Bengis! Begal Bersajam di Jakarta Timur Sabet Korban Gunakan Celurit, Pelaku Masih Diburu
-
Dua Kali Sekolah di Luar Negeri, Beda Kampus Gibran di Orchid Park Singapura dan UTS Australia
-
Polisi soal Video Kendaraan Mati Pajak Tak Bisa Isi BBM di SPBU: Hoaks, Tak Ada Larangan Itu!
-
'Saya Penjaga Rumah', Cerita Ahmad Sahroni Nyamar ART saat 'Diamuk' Massa Penjarah!
-
Berakhir Tewas usai Dibuang ke Depan Panti Anak Yatim, Pembuang Bayi di Palmerah Diburu Polisi
-
Ada 4.711 Kasus Keracunan MBG, Dasco Minta Aparat Ikut Investigasi