Suara.com - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, menilai persoalan mentalitas menjadi sebab utama yang membuat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tidak mendekat dan bersalaman dengan sejumlan menteri koordinator saat acara di Lapangan Udara Suparlan, Pusdiklatpassus, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (10/8).
Diketahui tindakan Gibran yang melewati sejumlah menteri koordinator saat baru tiba di tempat Upacara Gelar Pasukan Operasional dan Kehormatan Militer tersebut menjadi sorotan.
Sebabnya, Gibran tidak menyalami mereka dan berlalu berjalan menuju ke kursi tempat ia duduk.
Gibran tampak hanya berjabat tangan dengan sejumlah pejabat, mulai dari Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin dan tiga kepala angkatan staf yang berada di sisi kanan Burhanuddin, yakni KSAU Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono, KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, dan KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali.
Sementara jajaran menteri dan menteri koordinator yang berada di sisi kiri Burhanuddin tidak disalami Gibran, di antaranya Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno.
Melalui unggahan video di YouTube Refly Harun dengan judul "Live! Ada Apa Gibran Tak Mau Salami AHY?", Reflu menganalisis mengapa Gibran tidak menyalami AHY dan sejumlah menteri koordinator lain.
"Kenapa Gibran tidak menyalami AHY, tidak menyalami Zulkifli Hasan, Pratikno, dan menteri-menteri senior, begini. Ini secara psikologis ya. Gibran ini hanya nyaman kalau berada di relawan Jokowi, di kolamnya sendiri," kata Refly, dikutip Selasa (12/8/2025).
"Secara mentalitas, ini, ini analisis saya, secara mentalitas, dia hanya nyaman berada di wilayahnya sendiri. Kalau misalnya dekat dengan relawan Jokowi, relawan bapaknya, dia akan nyaman," sambung Refly.
Tetapi secara mentalitas, Gibran dianggap tidak bisa melihat para menteri tersebut sebagai anak buah. Putra bungsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo itu justru melihat AHY dan menko lain sebagai senior.
Baca Juga: Gercep Bahlil Bantah Isu Tak Disalami Gibran: Salah Ambil Gambar, Saya Satu Kereta Sama Mas Wapres
"Ketika dia bertemu dengan Agus Harimurti Yudhoyono, tidak, dia tidak melihat bahwa AHY anak buah dia. Bertemu dengan Pratikno, bertemu dengan Zulkifli Hasan, dia tidak melihat mereka-mereka ini adalah anak buah wakil presiden," tutur Refly.
"Yang mereka lihat adalah mereka ini adalah orang yang lebih senior dari dia, lebih berpengalaman dari dia kalau untuk Pratikno, Zulkifli Hasan dan lain sebagainya," katanya menambahkan.
Padahal menurut Refly, antara Gibran dan AHY masih terbilang sama-sama muda, kendati perbedaan usia yang cukup berbeda. Kendati demikian, Refly merasa Gibran secara mentalitas kalah.
"Tapi untuk AHY, ini orang yang sesungguhnya sama-sama muda, sama-sama anak presiden, tapi dia jauh lebih hebat daripada gua. Semuanya, mulai dari fisiknya, wajahnya, kemudian otaknya, kemampuan berbahasa Inggrisnya, gesture-nya dan lain sebagainya," tutur Refly.
"Jadi, AHY orang yang mewarisi kepercayaan diri SBY, ya. Kemudian kalau Gibran orang yang memiliki ketidakpercayaan ayahnya juga," kata Refly.
Walupun apa yang dimiliki AHY belum tentu baik secara keseluruhan, tetapi Refly melihat bahwa soaok AHY lebih siap baik secara kemampuan maupun gaya dan pola komunikasi. Hal itu tidak terlepas dari peran SBY yang menjadi contoh bagi AHY.
Berita Terkait
-
Momen Gibran Tak Salami AHY Disorot, Publik Bandingkan IPK: Cumlaude vs 2,3
-
Fakta di Balik Tudingan Wapres Gibran Pecah Kongsi dengan AHY, Video Ini Beri Bukti Sebenarnya
-
Ijazah SMA Diragukan, Gibran Disuruh Ikut Paket C oleh Dokter Tifa: Daftar Kuliah Pakai Ijazah Apa?
-
Benarkah Gibran Cuma Punya Suket Setara SMK? Jawab Dokter Tifa yang Suruh Wapres Kejar Paket C!
-
Gercep Bahlil Bantah Isu Tak Disalami Gibran: Salah Ambil Gambar, Saya Satu Kereta Sama Mas Wapres
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
-
Toyota Investasi Bioetanol Rp 2,5 T di Lampung, Bahlil: Semakin Banyak, Semakin Bagus!
Terkini
-
Tak Hanya Warga Lokal: Terbongkar, 'Gunung' Sampah di Bawah Tol Wiyoto Berasal dari Wilayah Lain
-
5 Fakta Ngeri Istri Pegawai Pajak Diculik-Dibunuh: Pelaku Orang Dekat, Jasad Dibuang ke Septic Tank
-
Darurat Informasi Cuaca: DPR Nilai BMKG Telat, Minta 'Jurus Baru' Lewat Sekolah Lapang
-
'Tak Punya Tempat Curhat', Polisi Beberkan Latar Belakang Psikologis Pelaku Bom SMA 72 Jakarta
-
Roy Suryo Bantah Edit Ijazah Jokowi: Yang Seharusnya Tersangka Itu Orangnya
-
Wakil Ketua DPD RI: Capaian 50% Penerima Manfaat MBG Harus Menstimulasi Kemandirian Pangan Daerah
-
Bukan Cuma Kapal, Ini Daftar Armada Basarnas yang 'Terparkir' Akibat Anggaran Dipangkas Rp409 M
-
Detik-detik Mencekam Ledakan Bom di SMA 72 Jakarta Terungkap, Pelaku Terlihat Tenang Saat Eksekusi
-
Jadi Tersangka Kasus Ijazah Jokowi, Roy Suryo Tuntut Keadilan dan Singgung Nama Silfester Matutina
-
Jadi Pembicara Kunci di COP30 Brasil, Sultan Baktiar Najamudin Tawarkan Gagasan Green Democracy