Suara.com - Di panggung politik Indonesia, sedikit tokoh yang memiliki citra sekuat dan setegas Yaqut Cholil Qoumas.
Dikenal luas sebagai Panglima Tertinggi Banser yang "gahar" dan tak kenal kompromi, Gus Yaqut membangun reputasinya di atas garis perjuangan yang keras.
Namun, roda nasib berputar.
Sosok yang dulu disegani di jalanan, kini berada di ujung tanduk, berhadapan dengan lembaga yang tak kalah "gahar": Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pencekalan dirinya terkait dugaan korupsi di Kementerian Agama membuka babak baru yang tak terduga dalam perjalanannya.
Ini bukan lagi soal benturan ideologi di lapangan, melainkan pertarungan di ranah hukum yang menguji citra dan warisan politiknya.
Bagaimana perjalanan sang panglima hingga sampai di titik genting ini?
Sebelum namanya menghiasi tajuk berita sebagai menteri, Gus Yaqut adalah sinonim dari GP Ansor dan Banser.
Sebagai Ketua Umum GP Ansor, ia adalah figur lapangan yang suaranya lantang menentang kelompok-kelompok yang dianggap intoleran dan anti-Pancasila.
Baca Juga: Gus Yaqut Resmi Dicekal, KPK Dalami SK Kontroversialnya: Siapa 'Bos Besar' Beri Perintah?
Di bawah komandonya, Banser menjadi garda terdepan yang sering berhadapan langsung dengan kelompok radikal. Citra "gahar" melekat erat, bukan sebagai premanisme, melainkan sebagai simbol ketegasan dalam menjaga keutuhan NKRI.
Kepemimpinannya berhasil menarik simpati banyak anak muda yang resah dengan menguatnya politik identitas. Ia menawarkan narasi perlawanan yang konkret.
Pada fase ini, Gus Yaqut adalah seorang pejuang, seorang panglima yang teruji oleh panasnya aspal dan kerasnya benturan massa.
Ia lebih dikenal karena aksi dan retorikanya yang berapi-api ketimbang manuver politik di dalam gedung.
Gebrakan Kontroversial di Kursi Menteri
Penunjukannya sebagai Menteri Agama oleh Presiden Joko Widodo pada Desember 2020 adalah sebuah lompatan besar.
Sang panglima kini harus menjadi birokrat, mengelola sebuah kementerian raksasa dengan segala kompleksitasnya. Transformasi ini tak berjalan mulus dan sarat dengan gebrakan yang memicu kontroversi.
Ia mendeklarasikan diri bukan hanya sebagai menteri untuk umat Islam, sebuah pernyataan yang diapresiasi kelompok minoritas namun menuai kritik dari sebagian kalangan Muslim.
Kebijakannya mengatur volume pengeras suara di masjid menjadi polemik nasional. Niatnya untuk menjaga toleransi justru disalahtafsirkan dan memicu perdebatan sengit.
Setiap kebijakannya seolah membelah publik. Bagi pendukungnya, ia adalah pendobrak yang berani. Bagi pengkritiknya, ia dianggap tidak peka dan sering menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu.
Di fase ini, medan perangnya berubah. Ketegasan yang dulu ia tunjukkan di lapangan kini harus ia terjemahkan ke dalam kebijakan di atas kertas, sebuah proses yang terbukti jauh lebih rumit dan penuh ranjau politik.
Di Ujung Tanduk, Saat Ketegasan Diuji KPK
Inilah babak paling krusial dalam karier Gus Yaqut.
Pencekalan oleh KPK terkait dugaan intervensi dalam penerbitan SK untuk pejabat BPKH menempatkan citranya dalam ujian terberat. Ketegasan yang dulu menjadi senjata andalannya kini seolah berbalik.
Publik kini bertanya-tanya, apakah ketegasan yang sama akan ia tunjukkan saat berhadapan dengan penyidik KPK?
Bagaimana seorang figur yang selama ini memerangi "musuh negara" merespons saat dirinya dicap berpotensi merugikan negara?
Apakah citra "panglima gahar" masih relevan ketika yang dihadapi adalah dugaan kasus korupsi yang menuntut transparansi dan kepatuhan hukum?
Perjalanan kariernya kini berada di persimpangan paling krusial. Dari seorang panglima yang dihormati karena keberaniannya, menjadi seorang menteri yang kebijakannya membelah bangsa, hingga kini menjadi pejabat tinggi yang harus menjelaskan dugaan skandal di hadapan hukum.
Nasib Gus Yaqut tidak hanya akan menentukan masa depan politiknya, tetapi juga akan menjadi studi kasus menarik tentang bagaimana citra, kekuasaan, dan integritas saling berkelindan di panggung politik Indonesia yang penuh drama.
Menurut Anda, apakah citra "gahar" yang melekat pada Gus Yaqut akan membantunya melewati badai politik ini, atau justru menjadi beban yang memberatkan?
Bagikan pandangan Anda di kolom komentar!
Berita Terkait
-
Gus Yaqut Resmi Dicekal, KPK Dalami SK Kontroversialnya: Siapa 'Bos Besar' Beri Perintah?
-
Berapa Gaji Yaqut Cholil Qoumas saat Jadi Menag? Kini Dicekal KPK
-
Kasus Korupsi Kuota Haji, KPK Larang Gus Yaqut Bepergian 6 Bulan
-
50:50, Bukan 92:8, KPK Soroti Penyimpangan Fatal Kuota Haji
-
Gus Yaqut Dicegah ke Luar Negeri soal Dugaan Korupsi Kuota Haji, KPK Beberkan Alasannya
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Sebut Produksi Jagung Melesat, Titiek Soeharto Ungkap Andil Polri soal Swasembada Pangan
-
Mardiono Ungkap Kericuhan di Muktamar X PPP Akibatkan Korban Luka yang Dilarikan ke Rumah Sakit
-
Muktamar X PPP: Mardiono Akui Konflik Internal Jadi Biang Kegagalan di Pemilu 2024
-
Baru Hari Pertama Muktamar X PPP, Mardiono Sudah Menang Secara Aklamasi
-
Solid! Suara dari Ujung Barat dan Timur Indonesia Kompak Pilih Mardiono di Muktamar X PPP
-
Bukan Kader, tapi Provokator? PPP Curiga Ada Penyusup yang Tunggangi Kericuhan Muktamar X
-
15 Tahun Menanti, Bobby Nasution Jawab Keluhan Warga Bahorok
-
Bobby Nasution Minta Mitigasi Dini Banjir Bandang Bahorok
-
Prabowo Akui Keracunan MBG Masalah Besar, Minta Tak Dipolitisasi
-
Di Panggung Muktamar, Mardiono Minta Maaf dan Akui Gagal Bawa PPP Lolos ke Parlemen