Suara.com - Di saat dunia menghadapi krisis geopolitik yang kian meruncing, Konsul Jenderal Tiongkok di Denpasar, Zhang Zhisheng, menyoroti peran strategis Tiongkok dan Indonesia sebagai kekuatan vital dalam memelihara perdamaian global.
Pernyataan ini mengemuka dalam sebuah simposium di Denpasar yang sarat akan makna historis, yakni peringatan 80 tahun kemenangan perang perlawanan rakyat China melawan agresi Jepang dan perang antifasis dunia.
Dalam pidatonya, Zhisheng menekankan adanya kesamaan visi dan kepentingan antara kedua negara yang melampaui sekadar hubungan bilateral.
"Tiongkok dan Indonesia memiliki kepentingan serta misi bersama dalam menjaga perdamaian dunia dan menegakkan keadilan internasional," kata Zhisheng pada Selasa (13/8/2025) sebagaimana dilansir Antara.
Landasan kerja sama ini, menurutnya, berakar pada prinsip-prinsip historis yang telah teruji oleh waktu.
Ia merujuk pada Lima Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai yang menjadi pilar kebijakan luar negeri Tiongkok, serta semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955.
Konferensi legendaris tersebut menghasilkan Dasasila Bandung, yang kemudian diadopsi sebagai norma fundamental dalam hubungan internasional.
Bagi Zhisheng, prinsip-prinsip ini bukanlah sekadar catatan sejarah, melainkan fondasi yang relevan hingga kini.
"Itu secara efektif telah menjaga perdamaian dan stabilitas di Asia dan dunia serta mendorong perkembangan hubungan internasional yang sehat," ucapnya.
Baca Juga: Bank Indonesia Tutup 18 Agustus 2025, Kegiatan Operasional Libur
Era Baru Kerja Sama: Dari BRICS hingga Sabuk dan Jala
Sebagai dua negara berkembang dengan pengaruh signifikan di tingkat regional dan global, kemitraan Indonesia dan Tiongkok dinilai menjadi kekuatan penting dalam menjaga tatanan dunia pasca-perang.
Zhisheng menyinggung keanggotaan kedua negara dalam kelompok BRICS, yang merepresentasikan kekuatan negara-negara selatan global (Global South) yang posisinya kian meningkat di panggung internasional.
Lebih lanjut, ia mengajak untuk merealisasikan konsensus yang telah disepakati oleh kedua kepala negara.
Salah satu wujud konkretnya adalah melalui inisiatif ambisius yang telah berjalan.
"Secara aktif mendorong pembangunan Sabuk dan Jalan (belt and road) dan membangun pola kerja sama baru mencakup politik, ekonomi, budaya, maritim dan keamanan," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
Terkini
-
Ikut Duduk di Sekolah, Prabowo Minta Papan Interaktif yang Bikin Siswa Semangat Belajar Jangan Rusak
-
Profil Cucun Ahmad Syamsurijal, Anggota DPR yang Sebut MBG Tidak Perlu Ahli Gizi
-
Angka Kecelakaan di Jadetabek Meledak hingga 11 Ribu Kasus, Santunan Terkuras Rp100 Miliar Lebih
-
Kondisi Pelaku Ledakan SMAN 72 Membaik, Polisi Siapkan Pemeriksaan Libatkan KPAI
-
Usut Korupsi Bansos Beras, KPK Periksa Sejumlah Pendamping PKH di Jawa Tengah
-
Siswa SMP di Tangsel Tewas Diduga Akibat Perundungan, JPPI: Ini Kegagalan Negara
-
Bakal Jalani Fit And Proper Test, Pansel Serahkan 7 Nama Calon Anggota KY ke DPR, Termasuk Abhan
-
Fakta Pilu Siswa SMP di Tangsel: Diduga Dihantam Kursi Besi Oleh Teman, Meninggal Usai Kritis
-
Profil Rugaiya Usman: Cinta Sejak SMA, 'Pakaian' Wiranto yang Setia Hingga Hembusan Napas Terakhir
-
Geger Ijazah Arsul Sani, Komisi III DPR Merasa Jadi Kambing Hitam: Kami Tak Punya Kemampuan Forensik