"Bahkan ada sikap arogan yang memancing kemarahan, memancing kekecewaan publik di Pati," ungkap Herman.
Sikap inilah yang mengubah persoalan kebijakan menjadi krisis kepercayaan terhadap pemimpin.
Power dan Arogansi Pejabat Publik
Kasus Pati adalah studi kasus nyata tentang bagaimana kekuasaan (power) yang dimiliki seorang pejabat dapat disalahgunakan ketika tidak diimbangi dengan empati dan kebijaksanaan.
Kewenangan untuk membuat regulasi dan kebijakan adalah alat untuk menyejahterakan masyarakat, bukan untuk membebani mereka.
Ketika seorang kepala daerah merumuskan kebijakan yang vital seperti pajak tanpa 'melihat' kondisi riil warganya, ia tidak lagi berfungsi sebagai pelayan publik, melainkan penguasa yang terasing dari realitas.
Arogansi untuk merasa paling tahu dan mengabaikan suara-suara penolakan adalah jalan pintas menuju delegitimasi kepemimpinan.
Pelajaran Genting bagi Kepala Daerah Lain
Insiden di Pati harus menjadi alarm keras bagi seluruh kepala daerah di Indonesia.
Baca Juga: Mobil Polisi Dibakar saat Demo Pati, Kapolri Perintahkan Anak Buah Usut Pelakunya!
Pelajaran utamanya adalah: jangan pernah menantang rakyat.
Transparansi, komunikasi, dan pelibatan publik bukanlah jargon politik, melainkan syarat mutlak untuk menjaga stabilitas dan keberlangsungan pembangunan di daerah.
Sebelum palu kebijakan diketuk, simulasi dampak sosial-ekonomi dan dialog yang tulus dengan kelompok masyarakat terdampak wajib dilakukan.
Persoalan di Pati menjadi sangat genting bukan hanya karena nominal pajak yang mencekik.
Jika Sudewo tetap bertahan di posisinya tanpa perubahan fundamental dalam gaya kepemimpinannya, krisis kepercayaan ini akan menjadi bom waktu.
Masyarakat akan terus hidup dalam bayang-bayang kekhawatiran bahwa kebijakan lain yang menyulitkan bisa saja terbit sewaktu-waktu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Kronologi WNI Ditangkap Polisi Jepang Karena Pencurian Tas Seharga Hampir 1 Miliar
-
Aktivis Jogja 'Diculik' Aparat, YLBHI: Ini Penangkapan Ilegal dan Sewenang-wenang!
-
Tak Mau PPP Terbelah, Agus Suparmanto Sebut Klaim Mardiono Cuma Dinamika Biasa
-
Zulhas Umumkan 6 Jurus Atasi Keracunan Massal MBG, Dapur Tak Bersertifikat Wajib Tutup!
-
Boni Hargens: Tim Transformasi Polri Bukan Tandingan, Tapi Bukti Inklusivitas Reformasi
-
Lama Bungkam, Istri Arya Daru Pangayunan Akhirnya Buka Suara: Jangan Framing Negatif
-
Karlip Wartawan CNN Dicabut Istana, Forum Pemred-PWI: Ancaman Penjara Bagi Pembungkam Jurnalis!
-
AJI Jakarta, LBH Pers hingga Dewan Pers Kecam Pencabutan Kartu Liputan Jurnalis CNN oleh Istana
-
Istana Cabut kartu Liputan Wartawan Usai Tanya MBG ke Prabowo, Dewan Pers: Hormati UU Pers!
-
PIP September 2025 Kapan Cair? Cek Nominal dan Ketentuan Terkini