Suara.com - Di era digital yang serba cepat, nasib seorang pemimpin daerah bisa ditentukan bukan hanya oleh kebijakan yang ia buat, tetapi juga oleh kata-kata yang ia ucapkan.
Dua peristiwa di Pati dan Jawa Barat menjadi studi kasus sempurna tentang bagaimana komunikasi politik bisa menjadi pembeda antara gejolak sosial dan simpati publik.
Di satu sisi, sebuah pernyataan Bupati memicu ribuan warganya turun ke jalan menuntutnya mundur. Di sisi lain, sebuah imbauan yang merangkul aspirasi publik justru menuai sorotan positif.
Ini bukan sekadar cerita tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), melainkan tentang bagaimana seorang pemimpin berbicara kepada rakyat yang memberinya mandat.
Efek Bumerang di Pati, Dari Kebijakan Tak Populer Menjadi Krisis Kepercayaan
Kenaikan PBB hingga 250 persen di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, sejatinya adalah pemicu awal. Namun, yang mengubah protes kebijakan menjadi gerakan massa yang menuntut pelengseran Bupati Sudewo adalah respons sang pemimpin itu sendiri.
Menurut para orator aksi, pernyataan Bupati Sudewo yang mempersilakan warga berunjuk rasa hingga "5.000 ataupun 50.000 orang sekalipun" menjadi bahan bakar yang menyulut api amarah.
Pernyataan tersebut dipersepsikan sebagai bentuk arogansi dan sikap meremehkan suara rakyat. Dalam sekejap, isu bergeser dari beban ekonomi menjadi harga diri kolektif warga yang merasa tidak didengar dan tidak dihargai.
"Tunjukkan bahwa warga Pati itu santun dan berakhlak, cinta damai dan tidak arogan," seru orator aksi, Syaiful Ayubi, sebuah sindiran tajam yang langsung ditujukan pada sikap kepemimpinan yang mereka tentang.
Baca Juga: Utang PBB di Jabar Diminta Dihapus! Ini 5 Fakta Penting dari Gebrakan Dedi Mulyadi
Aksi solidaritas pengumpulan air mineral menjadi simbol perlawanan yang damai namun penuh makna. Ini menunjukkan bahwa ketika dialog formal buntu dan komunikasi pemimpin menyakiti, warga akan mencari cara kreatif lain untuk memastikan suara mereka menggema lebih keras.
Dedi Mulyadi, Seni Komunikasi Politik Populis
Bergeser ke Jawa Barat, Dedi Mulyadi menampilkan pendekatan yang kontras. Instruksinya kepada kepala daerah untuk menghapuskan tunggakan PBB bukan sekadar kebijakan fiskal, melainkan sebuah manuver komunikasi politik yang cerdas.
Ia tidak hanya menawarkan solusi yang pro-rakyat, tetapi juga membingkainya dengan narasi yang memberdayakan publik.
"Kita imbau untuk semua, kalau tidak mengikuti ya biarkan saja masyarakat yang akan menilai," ujar Dedi.
Kalimat ini secara halus menempatkan "penilaian masyarakat" sebagai hakim tertinggi, sebuah posisi yang sangat berbeda dengan nada konfrontatif yang dirasakan warga Pati.
Tag
Berita Terkait
-
Utang PBB di Jabar Diminta Dihapus! Ini 5 Fakta Penting dari Gebrakan Dedi Mulyadi
-
Utang PBB Anda Bisa Lunas? Ini Panduan Lengkap Cek dan Hapus Tunggakan Pajak di Jawa Barat
-
Utang PBB Auto Lunas! Dedi Mulyadi Minta Seluruh Daerah di Jabar Hapus Tunggakan Pajak Warga
-
Bantul Lawan Arus: Saat Daerah Lain 'Cekik' Rakyat Naikkan PBB, Bupati Halim Malah Pangkas
-
Dedi Mulyadi Pamer Banyak Gelar usai Jadi Gubernur, Salah Satunya 'Mulyono Jilid 2'
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Tak Boleh Kurang, DPRD DKI Wanti-wanti Janji Pramono: Harus Ada 258 Sekolah Swasta Gratis 2026
-
Raja Abdullah II Anugerahkan Prabowo Tanda Kehormatan Bejeweled Grand Cordon Al-Nahda, Ini Maknanya
-
Bawaslu Ungkap Upaya Digitalisasi Pengawasan Pemilu di Tengah Keterbatasan Anggaran
-
Mafindo Ungkap Potensi Tantangan Pemilu 2029, dari AI hingga Isu SARA
-
Bilateral di Istana Merdeka, Prabowo dan Raja Abdullah II Kenang Masa Persahabatan di Yordania
-
August Curhat Kena Serangan Personal Imbas Keputusan KPU soal Dokumen Persyaratan yang Dikecualikan
-
Di Hadapan Prabowo, Raja Yordania Kutuk Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sebut Serangan Mengerikan
-
Usai Disanksi DKPP, Anggota KPU Curhat Soal Beredarnya Gambar AI Lagi Naik Private Jet
-
Dua Resep Kunci Masa Depan Media Lokal dari BMS 2025: Inovasi Bisnis dan Relevansi Konten
-
Soal Penentuan UMP Jakarta 2026, Pemprov DKI Tunggu Pedoman Kemnaker