Suara.com - Ketua Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan periode 2024-2025, Muhammad Arif Nuryanta, kini duduk di kursi pesakitan Pengadilan Tipikor Jakarta. Ia didakwa menerima suap dengan nilai fantastis mencapai Rp15,7 miliar dalam sebuah konspirasi untuk merekayasa putusan kasus korupsi ekspor minyak sawit mentah (CPO) yang sempat membuat heboh publik.
Dalam sidang pembacaan dakwaan yang digelar pada Rabu (20/8/2025), Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Kejaksaan Agung (Kejagung) dengan tegas membeberkan dugaan permainan kotor ini.
Jaksa Syamsul Bahri Siregar menyebut Arif, yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Ketua PN Jakarta Pusat, menerima aliran dana haram dari para advokat yang mewakili tiga korporasi sawit raksasa yakni Wilmar Group, Permata Hijau Group, dan Musim Mas Group.
Uang pelicin itu digelontorkan demi satu tujuan, agar majelis hakim menjatuhkan putusan lepas (ontslag van alle rechtsvervolging) bagi para terdakwa korporasi tersebut. Sebuah putusan yang berarti perbuatan terdakwa terbukti, namun dianggap bukan sebagai tindak pidana.
"Padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili," ujar JPU Syamsul Bahri Siregar saat membacakan surat dakwaan di Pengadilan Tipikor Jakarta sebagaimana dilansir Antara.
Jaksa mengungkap bahwa Arif tidak bermain sendirian. Ia diduga menjadi bagian dari 'geng' yang bersekongkol untuk membagi-bagi uang suap.
Total komitmen suap yang disepakati untuk memenangkan perkara ini mencapai 2,5 juta dolar AS, atau setara dengan Rp40 miliar jika dirupiahkan dengan kurs saat ini.
Uang puluhan miliar itu kemudian dibagi-bagi kepada Panitera Muda Perdata PN Jakarta Utara, Wahyu Gunawan, serta tiga hakim yang menangani langsung perkara CPO tersebut, yakni Djuyamto, Ali Muhtarom, dan Agam Syarief Baharudin.
Jaksa merinci aliran dana haram ini diterima dalam dua tahap. Tahap pertama, uang tunai sebesar 500 ribu dolar AS (sekitar Rp8 miliar) dibagikan. Dari jumlah ini, Arif Nuryanta disebut mendapat jatah terbesar Rp3,3 miliar. Sisanya dibagi untuk Wahyu Gunawan (Rp800 juta), Djuyamto (Rp1,7 miliar), serta Agam dan Ali yang masing-masing menerima Rp1,1 miliar.
Baca Juga: Ngaku Sakit Chest Pain dan Butuh Istirahat 5 Hari, Sidang PK Silfester Matutina Diundur
Gelombang suap kedua datang dengan nilai yang jauh lebih besar, yakni 2 juta dolar AS atau setara Rp32 miliar.
Lagi-lagi, Arif Nuryanta diduga menerima bagian paling jumbo sebesar Rp12,4 miliar. Sementara sisanya mengalir ke Wahyu (Rp1,6 miliar), Djuyamto (Rp7,8 miliar), serta Agam dan Ali yang masing-masing kebagian Rp5,1 miliar.
Akibat perbuatannya, Muhammad Arif Nuryanta kini dijerat dengan pasal berlapis yang sangat berat. Jaksa mendakwanya dengan kombinasi pasal-pasal dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, termasuk Pasal 12 huruf c dan Pasal 11, juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP yang mengindikasikan perbuatan ini dilakukan secara bersama-sama.
Dalam persidangan yang sama, Panitera Wahyu Gunawan juga mendengarkan dakwaan terpisah atas perannya. Ia didakwa menerima total suap Rp2,4 miliar.
Sementara itu, tiga hakim lainnya yakni Djuyamto, Ali Muhtarom, dan Agam Syarief, dijadwalkan akan menjalani sidang perdana mereka pada hari Kamis (21/8), membuka babak baru dalam upaya membongkar praktik lancung mafia peradilan di Indonesia.
Berita Terkait
-
Ngaku Sakit Chest Pain dan Butuh Istirahat 5 Hari, Sidang PK Silfester Matutina Diundur
-
Diduga Terima Suap Rp 60 Miliar Buat Bebaskan Koruptor Sawit, Eks Ketua PN Jaksel Disidang Hari Ini
-
Kejagung Sudah Kasih 'Kode', Silfester Matutina Dieksekusi di Sidang PK Besok Siang?
-
Sidang PK Jadi Ajang 'Perburuan' Silfester Matutina, Roy Suryo Cs Tantang Jaksa Eksekusi di Tempat!
-
Bekingi Situs Judol: Rajo Emirsyah Dituntut 15 Tahun Penjara dan Denda Rp 1 Miliar
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Ketimbang Berpolemik, Kubu Agus Diminta Terima SK Mardiono Ketum PPP: Digugat pun Bakal Sia-sia?
-
Bima Arya: PLBN Sebatik Harus Mampu Dongkrak Ekonomi Masyarakat Perbatasan
-
Jangan Lewatkan! HUT ke-80 TNI di Monas Ada Doorprize 200 Motor, Makanan Gratis dan Atraksi Militer
-
Menhan Bocorkan Isi Pertemuan Para Tokoh di Rumah Prabowo, Begini Katanya
-
Efek Revisi UU TNI? KontraS Ungkap Lonjakan Drastis Kekerasan Aparat, Papua Jadi Episentrum
-
Ajudan Ungkap Pertemuan 4 Mata Jokowi dan Prabowo di Kertanegara, Setelah Itu Pamit
-
SK Menkum Sahkan Mardiono Ketum, Muncul Seruan Rekonsiliasi: Jangan Ada Tarik-Menarik Kepentingan!
-
Jokowi Sambangi Prabowo di Kertanegara Siang Tadi Lakukan Pertemuan Hampir 2 Jam, Bahas Apa?
-
Catatan Hitam KontraS di HUT TNI: Profesionalisme Tergerus, Pelibatan di Urusan Sipil Kian Meluas!
-
SDA Jamin Jakarta Tak Berpotensi Banjir Rob pada Bulan Ini, Apa Alasannya?