News / Nasional
Kamis, 21 Agustus 2025 | 12:17 WIB
Wamenaker Immanuel Ebenezer .

Kasus ini seolah menjadi pembenaran paling telak bagi adagium Lord Acton: "Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely." Kekuasaan, dengan segala fasilitas, privilese, dan godaannya, terbukti mampu melunakkan tulang punggung yang paling keras sekalipun.

Di media sosial, tsunami reaksi publik tak terhindarkan.

Kekecewaan dari para pendukungnya bercampur dengan sorak sorai sinis dari lawan-lawan politiknya.

Ini bukan lagi soal Noel sebagai individu, tetapi tentang sebuah pertanyaan yang lebih fundamental: Mungkinkah membawa perubahan dari dalam tanpa ikut tercemar oleh sistem itu sendiri?

Kini, nasib Immanuel Ebenezer berada di tangan KPK.

Namun, warisan dari kasusnya akan jauh lebih panjang. Ini adalah pengingat abadi tentang betapa tipisnya garis antara menjadi seorang pahlawan dan menjadi seorang pesakitan.

Pada akhirnya, apakah ini bukti bahwa sistem kekuasaan yang korup mampu menelan siapa saja, bahkan seorang aktivis idealis?

Ataukah ini sekadar kisah klasik tentang individu yang goyah di hadapan godaan?

Sampaikan analisis mendalam Anda di kolom komentar.

Baca Juga: Immanuel Ebenezer: Saya Lebih Baik Kehilangan Jabatan

Load More