- Koalisi sipil menolak pelibatan militer dalam menangani aksi protes massa.
- Kebijakan ini berisiko menempatkan rakyat sebagai musuh negara.
- Negara harus hentikan kekerasan aparat dan usut tuntas semua korban jiwa.
Suara.com - Koalisi masyarakat sipil untuk Reformasi II mengeluarkan peringatan keras kepada negara.
Mereka menolak tegas wacana penggunaan isu keamanan nasional untuk melibatkan militer dalam menangani demonstrasi
Sebab, langkah tersebut dinilai akan menempatkan rakyat sebagai musuh.
Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, yang mewakili koalisi, menyatakan bahwa fungsi militer harus tetap berada dalam koridor konstitusional.
Yakni sebagai alat pertahanan negara, bukan untuk menghadapi ekspresi kebebasan berpendapat rakyatnya.
Menurutnya, eskalasi keamanan melalui status darurat yang membenarkan pelibatan militer adalah langkah yang tidak diperlukan dan berbahaya.
“Melibatkan militer di luar urusan pertahanan atas nama Keamanan Nasional untuk turun menangani ekspresi kebebasan berpendapat akan menempatkan rakyat sebagai musuh,” kata Usman, dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/9/2025).
Negara Gagal Paham Akar Masalah
Usman menilai, reaksi represif negara lahir dari kegagalan dalam memahami penderitaan rakyat yang sesungguhnya.
Baca Juga: Siapa yang Berhak Nyatakan Darurat Militer? Sosok Ini yang Pegang Kendali
Akar masalah, menurutnya, berawal dari kebijakan yang tidak berpihak pada publik.
“Negara gagal paham soal penderitaan rakyat yang berakar dari kebijakan pajak, lapangan kerja, bahan pokok, proyek strategis yang merusak lingkungan, hingga tunjangan wakil rakyat dan penanganan unjuk rasa,” jelasnya.
Kondisi ini diperburuk oleh perilaku pejabat yang kerap melukai rasa keadilan publik.
“Ini adalah akar masalah yang harus dipecahkan karena melebarkan kesenjangan sosial dan ketidakadilan,” tegas Usman.
Simbol Kegagalan Negara
Koalisi menyoroti bahwa konstitusi secara jelas melindungi hak rakyat untuk berekspresi melalui demonstrasi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Pendidikan Sebut Keputusan Gubernur Banten Nonaktifkan Kepsek SMAN 1 Cimarga 'Blunder'
- Biodata dan Pendidikan Gubernur Banten: Nonaktifkan Kepsek SMA 1 Cimarga usai Pukul Siswa Perokok
- Maaf dari Trans7 Belum Cukup, Alumni Ponpes Lirboyo Ingin Bertemu PH Program Xpose Uncensored
- 6 Shio Paling Beruntung Kamis 16 Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka? Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan Ayam Basi
Pilihan
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
-
Kabar Gembira! Pemerintah Guyur BLT Ekstra Rp30 T, 17 Juta Keluarga Baru Kebagian Rezeki Akhir Tahun
-
Prabowo Mau Beli Jet Tempur China Senilai Rp148 Triliun, Purbaya Langsung ACC!
Terkini
-
6 Mahasiswa Unud Dapat Sanksi Usai Bully Korban Bunuh Diri, Minta Maaf di Media Sosial
-
Kadiv Propam Minta Maaf Akui Kekurangan Polri, Janji Berbenah Total
-
Kadiv Propam Polri Sampaikan Permohonan Maaf Terbuka ke Publik
-
Ngobrol Santai Bareng Para Duta Besar, Menpar Bicara Peningkatan Turis dan Kualitas Pariwisata
-
Labuan Bajo Naik Kelas: Mawatu Hadir Sebagai Ikon Gaya Hidup Internasional di Timur Indonesia
-
Tak Hanya Noel, KPK Kini Kejar Semua 'Tangan' yang Terima Duit Korupsi Kemenaker
-
Pramono Anung Akui Relokasi Pedagang Pasar Barito Tak Berjalan Mulus: Tak Mungkin Semua Senang
-
Sultan Najamudin Apresiasi Satu Tahun Kepemimpinan Prabowo - Gibran
-
Survei IYCTC: Kandungan Polusi PM2,5 di Ruangan Merokok Lebih Tinggi Ketimbang Area Tanpa Rokok
-
Hak Reproduksi Dianggap Beban, Komnas Perempuan Desak Reformasi Kebijakan Ketenagakerjaan