- Bencana Terparah Satu Dekade
- Penyebab Kompleks
- Kerugian Ekonomi Miliaran
Suara.com - Pulau Dewata berduka. Banjir bandang yang menerjang sejumlah wilayah di Bali pada Rabu (10/9/2025) menyisakan pilu mendalam. Tak hanya melumpuhkan aktivitas ekonomi dan sosial, bencana ini tercatat sebagai yang terparah dalam satu dekade terakhir dan telah merenggut belasan nyawa.
Namun, di tengah duka, pertanyaan besar mengemuka, apakah cuaca ekstrem menjadi satu-satunya kambing hitam dalam tragedi ini?
Melansir laman BBC Indonesia, hingga Kamis (11/9/2025) pukul 11.00 WIB, data resmi menunjukkan angka yang mengerikan. Total korban meninggal dunia yang berhasil ditemukan mencapai 14 jiwa, dengan dua warga lainnya masih dalam status pencarian.
Korban tersebar di beberapa wilayah, dengan rincian delapan jiwa di Kota Denpasar, dua di Kabupaten Jembrana, tiga di Kabupaten Gianyar, dan satu di Kabupaten Badung.
"Di Kota Denpasar ada 43 titik, tapi yang terbesar banjirnya adalah di wilayah Pasar Kumbasari dan wilayah Jalan Pura Demak," kata Gubernur Wayan Koster kepada wartawan Christine Nababan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Bencana ini dipicu oleh hujan dengan intensitas sangat lebat yang mengguyur Bali sejak Selasa (9/9/2025) pagi, akibat aktifnya gelombang ekuatorial Rossby. Luapan air dari sungai-sungai besar seperti Tukad Badung tak terhindarkan, mengubah jalanan menjadi sungai dan merendam ribuan rumah serta pusat bisnis. Terowongan (underpass) Simpang Dewa Ruci yang ikonik pun lumpuh total terendam air.
Namun, menyalahkan alam sepenuhnya agaknya terlalu menyederhanakan masalah. Kepala Pelaksana BPBD Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, menyoroti faktor lain yang tak kalah krusial.
"Pembangunan ini masalah infrastruktur, infrastruktur jaringan saluran air itu kan harus bagus, kemudian aliran-aliran sungai itu juga terganggu kan karena dampak pembangunan," katanya.
Pernyataan ini diamini oleh ekonom dari Universitas Udayana, Amrita Nugraheni Saraswaty. Menurutnya, perencanaan pembangunan dan alih fungsi lahan yang masif menjadi biang keladi utama.
Baca Juga: Cerita Malang Pasutri Yang Jadi Korban Banjir di Bali, Sempat Telepon Anak Jam 4 Pagi
"Dicari persoalannya kenapa aliran sungai terhenti, apa daerah resapannya hilang atau berkurang? Lalu cari solusinya apakah harus reboisasi atau penanaman pohon, jangan malah menghilangkan sempadan pantai dan aliran sungai terus dibangun," ujar dia.
Bagi warga, banjir kali ini meninggalkan trauma dan kerugian materi yang tidak sedikit. Tasha, seorang warga Padangsambian, Denpasar Barat, mengaku kaget dengan parahnya banjir yang menerjang rumahnya.
"Makanya orang sekitar sini pun kaget, parah banget banjirnya," tutur warga asal Jakarta yang berdomisili di Bali sejak 2022 lalu. Ia mengaku barang-barang elektroniknya habis terendam.
Kondisi serupa dialami Ronatal Siahaan di Batu Bulan, Gianyar, yang rumahnya terendam air setinggi 40 cm akibat luapan sungai.
"Tapi tidak separah sekarang. Banjir waktu tinggal di Kesiman Kertangu hanya sekitar mata kaki," ujarnya, membandingkan dengan pengalaman sebelumnya.
Tim SAR gabungan terus bekerja tanpa lelah. Ratusan warga berhasil dievakuasi dari titik-titik banjir terparah seperti di Ubung Kaja dan Jalan Pura Demak.
Berita Terkait
-
Detik-detik Vila Sultan Bali Ludes Terbakar Tersambar Petir, Pemilik Bule Cuma Bisa Melongo!
-
NTT dan Bali Dilanda Banjir, Apa Kabar Tata Ruang Kita?
-
Cerita Malang Pasutri Yang Jadi Korban Banjir di Bali, Sempat Telepon Anak Jam 4 Pagi
-
Tas Kecil Jadi Petunjuk, Satu Korban Banjir Bali Dikenali dari Kartu Koperasi Simpan Pinjam
-
Banjir NTT Telan Banyak Nyawa: Bayi Terseret 2 Km dari Rumah hingga Warga Meninggal Syok Berat!
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Imbas Insiden Mobil Terabas Pagar, Siswa SDN Kalibaru 01 Belajar Daring
-
RSUD Aceh Tamiang Kembali Buka, Warga Keluhkan Penyakit Kulit dan Gangguan Pernapasan Pascabanjir
-
BGN Tegaskan Mitra MBG Jangan Ambil Untung Berlebihan: Semangka Jangan Setipis Tisu!
-
Plus Minus Kapolri Ditunjuk Presiden Tanpa Restu DPR, Solusi Anti Utang Budi atau Sama Saja?
-
Polisi Buka Peluang Tersangka Baru dalam Tragedi Kebakaran Ruko Terra Drone
-
Puslabfor 'Bongkar' Ulang TKP Kebakaran, Buru Bukti Jerat Bos Terra Drone
-
Korban Tewas Bencana di Agam Tembus 192 Orang, 72 Masih Hilang
-
Lonjakan Pemilih Muda dan Deepfake Jadi Tantangan Pemilu 2029: Siapkah Indonesia Menghadapinya?
-
MKMK Tegaskan Arsul Sani Tak Terbukti Palsukan Ijazah Doktoral
-
Polisi Kembali Lakukan Olah TKP Terra Drone, Apa yang Dicari Puslabfor?