- Pidato Prabowo di PBB jadi momentum refleksi arah politik luar negeri Indonesia
- Rizal Mallarangeng menilai dunia kini memasuki era “perang dingin kedua” dengan konfigurasi multipolar
- Konsep non-blok dianggap tak lagi relevan, Indonesia didorong menuju pendekatan “multiblok”
Kini, Rizal mempertanyakan relevansi konteks sejarah tersebut dengan kondisi kontemporer pasca-Perang Dingin.
“Konteks dengan Pak Prabowo sekarang, perang dingin sudah berakhir, apa penggantinya, geopolitik? apa ini multipolar world or what?” ucapnya.
Ia melihat adanya indikasi kuat bahwa dunia sedang bergeser ke fase yang oleh banyak pihak disebut sebagai "perang dingin kedua," meskipun dengan konfigurasi kekuatan yang berbeda dari sebelumnya.
“Kalau kita lihat orang berkata, ini perang dingin kedua, yang jelas pelakunya berganti, kalau dulu Soviet dengan Amerika, sekarang Soviet dengan China yang terdepan tapi bukan cuma mereka,” jelas Rizal.
Ia mengidentifikasi Tiongkok sebagai aktor utama baru yang menantang dominasi tradisional, meskipun ia juga menekankan bahwa dinamika ini tidak lagi sesederhana konfrontasi dua kutub.
Ada banyak pemain lain yang turut membentuk mosaik kekuatan global.
Pergeseran fundamental ini, menurut Rizal, membawa implikasi besar bagi prinsip dasar politik luar negeri Indonesia.
Doktrin "non-blok" yang telah lama menjadi identitas diplomasi Indonesia, di mana negara menolak untuk beraliansi dengan salah satu blok kekuatan besar, kini perlu dipertimbangkan ulang.
“So bukan lagi non-blok, kalau kita mau bicara jujur sekarang, kita harus multiblok,” tandas Rizal dengan tegas.
Baca Juga: Muhaimin Puji Prabowo di Pidato PBB : Presiden yang Berhasil Pidato dengan Baik setelah Bung Karno
Konsep "multiblok" yang ia ajukan menyiratkan sebuah realitas baru di mana Indonesia tidak bisa lagi hanya berdiri di tengah tanpa memilih sisi, melainkan harus secara proaktif menjalin hubungan strategis dan taktis dengan berbagai blok kekuatan yang ada, sesuai dengan kepentingan nasional.
Ini bukan berarti meninggalkan prinsip kemerdekaan dan kedaulatan, melainkan menginterpretasikannya secara lebih dinamis dalam menghadapi dunia yang semakin terfragmentasi namun juga saling terkoneksi.
Indonesia dituntut untuk memiliki keluwesan diplomasi yang lebih besar, mampu bernegosiasi dan berkolaborasi dengan berbagai entitas kekuatan, baik ekonomi maupun militer, tanpa secara permanen mengikatkan diri pada salah satu di antaranya.
Pidato Prabowo di PBB, dengan demikian, dapat dilihat sebagai momentum refleksi bagi Indonesia untuk meninjau kembali arah kebijakan luar negerinya.
Dalam menghadapi tantangan "perang dingin kedua" dan tatanan "multipolar" atau "multiblok," kemampuan Indonesia untuk beradaptasi, bernegosiasi, dan menjaga keseimbangan kepentingan akan menjadi kunci dalam mengamankan posisinya sebagai kekuatan regional yang berpengaruh di panggung global yang terus berubah.
Reporter: Safelia Putri
Berita Terkait
-
Pedas! Blak-blakan di Depan Mahfud MD, Rocky Gerung Sebut Prabowo Ngaco, Mengapa?
-
Prabowo Bertemu Bill Gates: Kasih Bintang Jasa dan Bahas Kolaborasi Besar buat Indonesia
-
Di Panggung PBB, Prabowo Bela Palestina dan Menolak Doktrin Si Kuat - Si Lemah
-
Di Hadapan PBB Prabowo Klaim Indonesia Sudah Swasembada Beras: Siap Jadi Lumbung Pangan Dunia
-
Bukan Omon-Omon! Prabowo Siap Kirim 20 Ribu Pasukan Perdamaian RI ke Zona Konflik
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan
-
Garis Polisi di SMA 72 Dicabut, KPAI Fokus Pulihkan Trauma Ratusan Siswa dan Guru
-
IPW: Penetapan Tersangka Roy Suryo Cs Sesuai SOP
-
Tampang Sri Yuliana, Penculik Bocah Bilqis di Makassar, Ngaku Kasihan Korban Tak Punya Ortu
-
Anggaran Proyek Monumen Reog Ponorogo Dikorupsi?
-
Dijual Rp80 Juta ke Suku Anak Dalam Jambi, Terungkap Jejak Pilu Penculikan Bocah Bilqis
-
DPD RI Gaungkan Gerakan Green Democracy Lewat Fun Walk dan Penanaman Pohon Damar
-
Terungkap! Bocah Bilqis Hilang di Makassar Dijual ke Kelompok Suku Anak Dalam Jambi Rp 80 Juta
-
Bukan Soal Kontroversi, Ini Alasan Soeharto Disebut Layak Dihargai Sebagai Pahlawan Nasional