- Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi Gerindra, Azis Subekti, menyoroti perubahan APBN 2026 yang menurunkan pos Transfer Keuangan Daerah (TKD) meski total belanja untuk daerah meningkat.
- Azis menekankan perlunya koordinasi lintas kementerian dan pemerintah daerah agar pembangunan berjalan efektif, kebutuhan publik terpenuhi, dan potensi ketimpangan di daerah berkapasitas fiskal rendah dapat diminimalkan.
- Legislator tersebut mengingatkan bahwa sinergi yang kokoh antara pusat dan daerah menjadi kunci keberlanjutan pembangunan nasional dan pemerataan manfaat program APBN hingga pelosok desa.
Suara.com - Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi Gerindra, Azis Subekti, menyoroti dinamika Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2026 yang menunjukkan pergeseran fokus dalam hubungan fiskal antara pusat dan daerah. Meskipun total belanja negara untuk daerah meningkat, pos Transfer Keuangan Daerah (TKD) justru mengalami penurunan.
Menurut Azis, hal ini bukan berarti pemerintah pusat mengurangi komitmen terhadap daerah, melainkan mengindikasikan adanya arah kebijakan baru di mana program kementerian dan lembaga kini dirancang langsung menyasar daerah melalui mekanisme sektoral.
"Pembangunan daerah tidak lagi semata bergantung pada besaran transfer fiskal, melainkan pada sinergi antara program pusat dan kebutuhan regional di lapangan," ujar Azis kepada wartawan dikutip Jumat (17/10/2025).
Azis menekankan pentingnya koordinasi lintas sektor yang kuat antara kementerian/lembaga dengan pemerintah daerah.
Sinergi ini dianggap sebagai kebutuhan struktural agar pembangunan berjalan efektif dan merata. Ia khawatir jika koordinasi tidak optimal, akan ada daerah yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar seperti pembayaran gaji pegawai, operasional pemerintahan, dan pelayanan publik.
Oleh karena itu, Azis mendorong Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk memainkan peran sentral sebagai fasilitator utama.
"Kemendagri harus menjadi penghubung aktif antara kementerian teknis dan pemerintah daerah, menyelaraskan prioritas pembangunan, serta memastikan setiap program nasional memiliki relevansi nyata terhadap kebutuhan masyarakat di daerah," tegasnya.
Pengurangan TKD disebut Azis sebagai langkah pemerintah untuk mengefisienkan distribusi anggaran, yang diklaim oleh Kementerian Keuangan bukan sebagai bentuk “resentralisasi fiskal”, melainkan strategi untuk memperbesar dampak program nasional di daerah. Namun, Azis mengingatkan akan risiko yang ditimbulkan, terutama bagi daerah berkapasitas fiskal rendah.
"Tanpa perencanaan dan koordinasi matang, pemangkasan TKD bisa menghambat kemampuan daerah membayar gaji ASN, tunjangan tenaga P3K, hingga mengancam kelancaran layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur publik," paparnya.
Baca Juga: Jurus Sumitronomics Menkeu Purbaya: APBN 2026 Fokus ke Rakyat
Untuk mewujudkan sinergi yang kokoh, Azis menyarankan agar perencanaan program kementerian melibatkan daerah sejak awal. Ia juga mengusulkan mekanisme evaluasi bersama yang transparan untuk menghindari tumpang tindih kebijakan.
Belanja kementerian/lembaga yang diarahkan ke daerah juga harus memiliki efek berganda, tidak hanya menuntaskan proyek tetapi juga membangun kapasitas dan daya tahan ekonomi lokal.
"APBN dan APBD bukan dua entitas yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan sistem pembangunan nasional," katanya.
Azis juga menekankan fungsi pengawasan DPR, khususnya komisi terkait, harus berjalan cermat agar penyesuaian anggaran tidak menabrak fungsi dasar pemerintahan daerah.
Menutup pernyataannya, Azis menyerukan untuk menghindari pembangunan yang timpang. APBN 2026 diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat rekonsiliasi fiskal nasional, menjaga keseimbangan peran dan tanggung jawab antara pusat dan daerah secara adil.
"Sinergi yang kokoh adalah jaminan bahwa pembangunan tidak hanya berhenti di kota besar, tetapi benar-benar dirasakan hingga pelosok desa," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- Nggak Perlu Jutaan! Ini 5 Sepatu Lari Terbaik Versi Dokter Tirta untuk Pemula
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah Terbaru Desember 2025, Pilihan Wajib Gamer Berat dan Multitasker Ekstrem
-
Tak Sampai Satu Bulan, Bank Jakarta Klaim Salurkan 100 Persen Dana dari Menkeu Purbaya
-
Rupiah Melemah Tipis ke Rp16.626, Pasar Cari Petunjuk dari Risiko Global
-
iQOO 15 Resmi Meluncur di Indonesia: HP Flagship Monster Pertama dengan Snapdragon 8 Elite Gen 5
-
Rosan Tunjuk Purbaya Usai Sebut Kerjaan Kementerian Investasi Berantakan
Terkini
-
Ancaman Serius KLHK, Pemda Perusak Lingkungan Bakal 'Dihukum' Sanksi Berlapis
-
Banjir Sumatra Jadi Petaka, KLHK 'Obrak-abrik' Izin, Bakal Panggil Perusahaan Pekan Depan
-
Media Sustainability Forum 2025: Perkuat Daya Hidup Media Demi Topang Demokrasi
-
Golkar Semprot Cak Imin soal 'Tobat Nasuha': Anda Bukan Presiden, Cuma Menko!
-
Pakai Citra Satelit, Pemerintah Buru Terduga di Balik Kayu Gelondongan Banjir Sumatra
-
Evaluasi Bantuan Dilempar dari Heli, Panglima TNI Ubah Strategi Pakai Box CDS dan Payung Udara
-
Ngeri! Curah Hujan Jakarta Diprediksi Bakal Tembus 300 mm, Pramono: 200 Saja Pasti Sudah Banjir
-
Ketika Niat Baik Merusak Alam: Kisah di Balik Proyek Restorasi Mangrove yang Gagal
-
Heboh! Parkir di Polda Metro Jaya Berbayar, Ini Jawaban Resmi Polisi Soal Dasar Hukumnya
-
Waspada! Ratusan Pengungsi Banjir Sumatra Diserang Demam, Ini Biang Keroknya