- Ray menyebut program MBG adalah contoh nyata kebijakan yang terlalu tersentralisasi di pemerintah pusat.
- Menurutnya fenomena ini merupakan kelanjutan dari model pemerintahan yang dibangun sejak era Presiden Joko Widodo.
- Ray menegaskan, kebijakan MBG memang terlihat populis, namun dijalankan tanpa perencanaan matang.
Suara.com - Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, mengkritik program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang merupakan kebijakan unggulan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming setahun ini.
Menurutnya, MBG terlalu dipaksakan dan kurang melibatkan pemerintah daerah.
Hal ini disampaikannya dalam diskusi bertajuk “1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Indonesia Emas atau Cemas?” di Jakarta, Minggu (19/10/2025).
Ray menyebut program MBG adalah contoh nyata kebijakan yang terlalu tersentralisasi di pemerintah pusat.
“Proyek MBG misalnya bagian yang bisa disebut sebagai satu program yang terlalu dipaksakan untuk dikerjakan oleh semua pemerintah daerah tanpa mereka dilibatkan secara subtantif dan prosedural,” kata Ray.
Menurut Ray, pola sentralisasi kebijakan itu tidak hanya terjadi pada program MBG, tetapi juga pada banyak keputusan pemerintah yang sebelumnya menjadi kewenangan daerah.
Ia menilai fenomena ini merupakan kelanjutan dari model pemerintahan yang dibangun sejak era Presiden Joko Widodo.
“Tentu pemusatan kekuasaan ini dapat dilihat jejaknya sejak dari era pemerintahan Pak Jokowi. Yang membuat undang-undang omnibus law, tentang Ketenagakerjaan, dimana banyak izin-izin yang selama ini berada di tangan pemerintahan daerah, sekarang kewenangannya diambil oleh pemerintah pusat,” ujarnya.
Ray menegaskan, kebijakan MBG memang terlihat populis, namun dijalankan tanpa perencanaan matang dan tidak membuka ruang partisipasi bagi pemerintah daerah.
Baca Juga: Setahun Pemerintahan Prabowo, Pengamat Kasih Nilai Enam
Akibatnya, daerah hanya menanggung kewajiban tanpa memiliki peran berarti dalam proses perencanaan maupun evaluasi.
“Mereka hanya dibebani kewajiban, harus sukses, tapi apakah suara mereka didengar, apakah suara mereka dilibatkan, apakah pendapat mereka disaring untuk mengerjakan MBG ini kayak apa itu, sepanjang yang saya tahu tidak terdengar oleh kita,” kata Ray.
Lebih jauh, Ray mengaitkan pola sentralisasi ini dengan menurunnya kualitas demokrasi di tahun pertama pemerintahan Prabowo-Gibran.
Menurutnya, kebijakan yang bersifat top-down seperti MBG mencerminkan kecenderungan pemerintah untuk mengendalikan agenda politik dan ekonomi dari pusat, tanpa memberi ruang bagi inisiatif lokal.
Ia juga menyoroti kebijakan pemotongan dana transfer daerah yang dinilai memperlemah kemampuan daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan publik.
“Transfer daerah itu dipotong tidak berdasarkan kesepakatan. Jadi hanya data keputusan pusat, pokoknya kalian ada 30 persen, ada yang 20 persen dana transfernya dipotong. Dan daerah dipersilahkan nanggung sendiri efek dari pemotongan transfer daerah itu,” ujarnya.
Berita Terkait
-
Ray Rangkuti: Serbuan Massa ke DPR Bukti Gagalnya Politik Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran
-
Karena Faktor Ini, Ray Rangkuti Sebut Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran Semrawut
-
Ditanya Siapa Menteri Kena Tegur Prabowo, Bahlil: Saya Setiap Dipanggil Pasti Ditegur...
-
Prabowo Panggil Bahlil, Kepala BIN hingga Panglima TNI ke Kertanegara, Bahas Apa?
-
Setahun Pemerintahan Prabowo, Pengamat Kasih Nilai Enam
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- Innalillahi, Aktor Epy Kusnandar Meninggal Dunia
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
Pilihan
-
Drama Sidang Haji Alim: Datang dengan Ambulans & Oksigen, Ratusan Pendukung Padati Pengadilan
-
KLH Sebut Tambang Milik Astra International Perparah Banjir Sumatera, Akan Ditindak
-
5 HP Memori 512 GB Paling Murah Desember 2025: Ideal untuk Gamer dan Content Creator Pemula
-
Roblox Ditunjuk Jadi Pemungut PPN Baru, Penerimaan Pajak Digital Tembus Rp43,75 T
-
Bank Indonesia Ambil Kendali Awasi Pasar Uang dan Valuta Asing, Ini Fungsinya
Terkini
-
Pemerintah Beri Relaksasi Pelunasan Biaya Haji untuk Calon Jemaah di Tiga Provinsi
-
Korban Tembus 770 Jiwa, Muzani Beberkan 'Kalkulasi' Pemerintah Soal Status Bencana Nasional
-
Mendagri Tito Minta Daerah Bersolidaritas untuk Bencana Sumatra: Waktunya Kepala Daerah Saling Bantu
-
Jakarta di Bawah Tekanan Cuaca Ekstrem: Seberapa Siap Kita?
-
Malam Panjang di Stasiun Cikarang, Lantai Peron Jadi Tempat Tidur Penumpang: Mungkinkah KRL 24 Jam?
-
Ironi Pahit: Rumah Sendiri Jadi Lokasi Paling Sering Terjadinya Kekerasan Seksual pada Perempuan
-
Neraka Itu di Kediaman Sendiri, Mengapa Rumah Jadi Tempat Paling Berbahaya Bagi Anak di Jakarta?
-
Buntut Bencana Sumatra, Menhut Raja Juli Bidik 12 Perusahaan di Sumut yang Terindikasi Melanggar
-
Bukan Dimutilasi, Polisi Beberkan Mengapa Kerangka Bocah Alvaro Berceceran di Tenjo
-
Viral Tanggul Muara Baru Bocor, Pramono Anung: Tanggung Jawab Pelindo, Tapi Kami Bantu Tambal