-
Hanya 30 persen dosen di setiap kampus yang aktif melakukan penelitian.
-
Peneliti di kampus itu-itu saja, tidak ada regenerasi yang signifikan.
-
Riset dan publikasi harus jadi rutinitas, bukan lagi hal yang hebat.
Suara.com - Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktisaintek) Brian Yuliarto melontarkan kritik tajam terhadap budaya riset di kalangan dosen Indonesia.
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menyoroti fakta bahwa hanya segelintir akademisi yang secara konsisten aktif meneliti, sementara mayoritas lainnya lebih terbiasa dengan rutinitas mengajar.
Dalam acara Peluncuran Program Riset Prioritas di Jakarta, Brian blak-blakan menyebut bahwa dosen belum terbiasa menjadikan penyusunan proposal penelitian sebagai bagian dari tugas utama mereka.
"Kita ingin membuat budaya, menyusun proposal penelitian itu menjadi kebiasaan dosen. Dosen kita ini sudah terbiasa membuat PPT untuk ngajar, sudah terbiasa membuat UTS, sudah terbiasa membuat, memeriksa DNA (daftar nilai akhir), tetapi belum terbiasa membuat proposal penelitian," kata Brian, Selasa (21/10/2025).
30 Persen yang Aktif
Menurut Brian, data informal menunjukkan sebuah pola yang mengkhawatirkan, yakni penelitian di kampus hanya didominasi oleh sekelompok kecil dosen yang sama dari tahun ke tahun, tanpa adanya regenerasi yang signifikan.
"Saya nggak tahu datanya ada apa nggak, tapi yang membuat proposal penelitian itu biasanya dari setiap kampus 30 persen, itu lagi, itu lagi. Jadi ini kita ingin orang terbiasa membuat proposal penelitian dan melakukan penelitian," ucapnya.
Lebih jauh, Brian menegaskan bahwa riset dan publikasi ilmiah seharusnya tidak lagi dipandang sebagai pencapaian luar biasa, melainkan menjadi bagian integral dan rutin dari tugas seorang dosen.
"Menulis paper juga seharusnya bagian dari rutinitas tugas sebagai seorang dosen. Jadi dia memasukkan proposal, dia mendapat grand research, dia menulis paper itu bagian dari rutinitas sebagai seorang dosen. Ini harus terbiasa. Sehingga dosen publikasi itu sebenarnya bukan sesuatu yang hebat," ucapnya.
Baca Juga: Anggaran Riset Dosen Naik Rp3 Triliun! Tapi Ada 'Titipan' Prabowo, Apa Itu?
Melalui dorongan ini, Brian berharap budaya riset di perguruan tinggi dapat tumbuh secara merata dan tidak lagi menjadi domain eksklusif segelintir akademisi.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah secara resmi menaikkan anggaran riset bagi para dosen menjadi lebih dari Rp 3 triliun pada tahun 2026, disertai komitmen untuk mempercepat pencairan dana.
Namun, di balik kenaikan signifikan ini, ada "titipan" khusus dari Presiden Prabowo Subianto: menjadikan riset tata kelola air bersih sebagai prioritas nasional.
Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktisaintek), Brian Yuliarto, mengumumkan hal ini dalam acara Peluncuran Program Riset Prioritas di Jakarta.
"Total dana tahun depan lebih dari Rp3 triliun. Jadi ini bentuk keberpihakan pemerintah konsisten, tahun ini juga (anggaran riset) lebih dari Rp2,5 triliun. Itu di luar (riset) yang strategis ya. Jadi silahkan ini dimanfaatkan," kata Brian, Selasa (21/10/2025).
Brian secara terbuka mengungkapkan bahwa salah satu agenda riset utama untuk tahun depan datang langsung dari arahan Presiden Prabowo saat rapat kabinet.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
DPR Usul Presiden Bentuk Kementerian Bencana: Jadi Ada Dirjen Longsor, Dirjen Banjir
-
Pemerintah Pulangkan 2 WN Belanda Terpidana Kasus Narkotika Hukuman Mati dan Seumur Hidup
-
Aksi 4 Ekor Gajah di Pidie Jaya, Jadi 'Kuli Panggul' Sekaligus Penyembuh Trauma
-
Legislator DPR Desak Revisi UU ITE: Sikat Buzzer Destruktif Tanpa Perlu Laporan Publik!
-
Lawatan ke Islamabad, 6 Jet Tempur Sambut Kedatangan Prabowo di Langit Pakistan
-
Kemensos Wisuda 133 Masyarakat yang Dianggap Naik Kelas Ekonomi, Tak Lagi Dapat Bansos Tahun Depan
-
27 Sampel Kayu Jadi Kunci: Bareskrim Sisir Hulu Sungai Garoga, Jejak PT TBS Terendus di Banjir Sumut
-
Kerugian Negara Ditaksir Rp2,1 T, Nadiem Cs Segera Jalani Persidangan
-
Gebrakan KemenHAM di Musrenbang 2025: Pembangunan Wajib Berbasis HAM, Tak Cuma Kejar Angka
-
LBH PBNU 'Sentil' Gus Nadir: Marwah Apa Jika Syuriah Cacat Prosedur dan Abaikan Kiai Sepuh?